Pasien Difteri di RSUD dr Soetomo Surabaya Bertambah

Suasana ruang isolasi khusus RSUD dr Soetomo Surabaya, Senin (11/12) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Jatim sampai saat ini masih belum bebas dari ancaman penyakit difteri. Terbukti, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo menerima satu pasien positif difteri dari Tulangan, Sidoarjo pada, Minggu (10/12) malam. Total pasien yang terkena penyakit mematikan kini berjumlah empat pasien yang masih berusia anak-anak dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jatim.
Sedangkan di Pasuruan ada 9 kasus difteri. Temuan itu terjadi sepanjang Januari hingga akhir tahun ini, yakni Desember 2017
Ketua Divisi Infeksi Anak RSUD dr Soetomo, dr Dominicus Husada SpA(K) ketika ditemui Bhirawa di ruang kerjanya, Senin (11/12) kemarin. Menurut dia, pihaknya telah menerima satu pasien difteri lagi dari Tulangan, Sidoarjo berusia tiga tahun berjenis kelamin laki-laki.
“Ada satu lagi pasien usia 3 tahun dari Sidoarjo yang positif difteri. Kondisinya awal masuk hampir sama dengan sebelumnya. Saat ini total ada 4 pasien yang dirawat di sini (RSUD dr Soetomo, red),” terangnya.
Dominicus menilai bahwa keempat pasien difteri kondisinya cukup baik. Meski demikian, pihaknya tidak serta merta melepas pasien difteri begitu saja. Perlu adanya perawatan intensif agar penyakit tersebut tidak menular ke pihak keluarga dan kerabat dekatnya. “Kami akan melanjutkan pengobatan agar sebelum pasien telah dinyatakan negative itu tidak boleh punya potensi menular,” jelas dia.
Seseorang bias bebas dari penyakit difteri, lanjut dia, bila sudah diimunisasi sampai tiga kali. Namun, hal itu hanya cukup untuk 18 bulan lamanya. “Artinya, pada 18 bulan keatas itu harus melakukan pengulangan imunisasi. Kalau usia sudah menginjak 20 tahun minimal harus 6 kali imunisasi,” imbuhnya.
Dikatakan Dominicus bahwa kasus difteri di Jatim relative tinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mau imunisasi. “Seharusnya difteri ini tidak ada. Nah, ini yang menjadi PR bersama,” imbuhnya.
Ditetapkan difteri di Jatim sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dominicus membenarkan. Hal tersebut agar supaya Jatim terkait pasien difteri tidak bertambah banyak. “Itu tujuannya agar Jatim jangan sampai ada pasien lagi,” teragnya.
Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Ansarul Fahrudda menyebutkan sampai dengan Oktober 2017 sebanyak 427.029 bayi yang sudah diimunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) lengkap tiga kali dari total keseluruhan 588.131 bayi. Artinya, 72,6 persen bayi yang ada di Jatim sudah diimunisasi dari yang ditargetkan 90 persen.
“Kami mengimbau para orang tua mengajak putra-putrinya untuk mendapatkan imunisasi dan memastikan telah diimunisasi secara lengkap. Bila ada yg belum lengkap, juga segera ke Puskesmas, imunisasi difteri lengkap 7 dosis,” pintanya.
Selain itu, Ansarul meminta masyarakat untuk aktif mengajak bila menemukan penderita sakit nyeri telan dibawa ke Pukesmas atau rumah sakit terdekat. “Bila termasuk kontak erat dari penderita difteri, maka harus minum obat profikasis secara teratur dan lengkap sesuai dosis, tidak boleh drop out minum obat,” pungkasnya.
Sementara itu selama 2017, ada 9 kasus difteri di Kota Pasuruan. Temuan itu terjadi sepanjang Januari hingga Desember 2017.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pasuruan, dr Bambang Pramono menyatakan ke sembilan kasus difteri terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, Nopember dan Desember. “Total kasus difteri di Kota Pasuruan mencapai 9 kasus. Hingga awal Desember ini terdapat tujuh kasus. Sisanya di sepanjang bulan Januari hingga Awal Desember 2017,” ujar dr Bambang Pramono.
Meski mencapai 9 kasus difteri, namun Kota Pasuruan belum dinyatakan sebagai wilayah rawan epidemi difteri. Karena jumlah tersebut masih tergolong relatif kecil. Saat ini Dinkes Kota Pasuruan terus melakukan upaya pencegahan. Yakni dengan memetakan epidemiologi di areal wilayah, yang diduga terjangkiti virus difteri. “Sebagian besar masyarakat luas maupun instansi, memberikan apresiasi dan dukungan terkait bahayanya difteri kepada kami,” papar dr Bambang Pramono.
Menurutnya, virus difteri menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Menginfeksi paling sering di tenggorokan dan kulit. Apabila menyerang tenggorokan bisa terjadi penyumbatan saluran pernapasan hingga berujung kematian.
“Harapan kami untuk orang tua, agar anak-anak harus memiliki kartu vaksinasi. Hal itu dilakukan supaya kasus difteri di Kota Pasuruan nihil kasus,” tambah dr Bambang Pramono. [geh,hil]

Tags: