Pasien Ditolak RSUD Caruban, Meninggal saat Perjalanan Pulang

Konferensi pers pihak RSUD Caruban, Selasa (27/7) terkait video viral pasien meninggal setelah sempat dibawa ke IGD RSUD Caruban. [sudarno/bhirawa]

Kabupaten Madiun, Bhirawa
Diviral di media sosial video berdurasi 16 dan 28 detik, lima orang menaiki kendaraan roda tiga yang memeluk seseorang tergeletak di bak belakang sambil menangis. Terdengar dari rekaman video seseorang menyebut bahwa orang dalam reman tersebut adalah pasien yang ditolak RSUD Caruban.

“Iki dulur lanangku gais, mulih seko panti (RSUD Caruban.red), arep di-swab gak oleh aku. Saiki dadi mayit. Elingo gaes, awak dewe wong ra gablek gaes. Iki lho rakyate ngene ki,”(Ini saudara laki-lakiku, pulang dari panti (RSUD Caruban, akan di swab tidak saya izinkan. Sekarang jadi mayat. Ingat gaes, kita orang tidak punya gaes. Ini lho rakyatnya seperti ini, red),” teriak orang yang merekam kelima orang dalam kendaraan roda tiga tersebut dari belakang.

“Gaes, rumah sakit panti (RSUD Caruban) ki ngene ki lho, wong loro ra dirumat. Tak gowo mulih, elingo gaes. Wong ra gablek dinggo peralat, tak viralno gaes. (Gaes, rumah sakit Caruban seperti ini lho, orang sakit tidak dirawat. Saya bawa pulang, ingat gaes. Orang tidak punya diperalat, saya viralkan gaes), lanjut laki-laki dalam penggalan video kedua tersebut.

Dari rekaman tersebut, terlihat laki-laki dalam rekaman itu ingin menunjukan bahwa saudaranya baru saja meninggal dunia, setelah sempat dibawa ke IGD RSUD Caruban. Ini karena tim dokter meminta agar saudaranya dilakukan swab, namun dirinya keberatan dan lebih memilih membawa saudaranya kembali untuk pulang ke rumah.

Menanggapi video viral tersebut, Kepala Bidang Pelayanan RSUD Caruban, dr. Ali Murtadlo didampingi Humas RSUD Caruban Yoyok Andi Setyawan kepada awak media Selasa (27/7) menjelaskan, bahwa pasien dalam video tersebut berinisial T berusia 45 tahun, warga Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun tersebut, memang sempat dibawa istri dan keluarga pasien ke IGD RSUD Caruban, namun karena ada penolakan untuk dilakukan tes

“Kami melakukan tindakan sesuai protap di IGD. Dari hasil pemeriksaan, pasien ini dinyatakan harus dirawat inap. Karena kondisi pasien dalam keadaan sesak nafas, kesadaran menurun dan perut membesar selama lebih kurang satu bulanan. Menurut hasil pemeriksaan dan dari hasil skrining awal, pasien diperkirakan sakit liver. Namun karena disertai sesak nafas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan sakit yang diderita pasien. Kebijakan dari RS, memang ruangan rawat inap kami bedakan, untuk pasien umum dan untuk pasien isolasi Covid-19,” kata dr. Ali Murtadlo.

Dijelaskan oleh dr. Ali Murtadlo, pada saat akan dilakukan tes swab, ada satu orang saudara pasien yang ikut mengantar ke rumah sakit menolak. Padahal menurutnya, saat itu istri pasien sudah menyetujui untuk dilakukan swab. Sempat terjadi perembugan yang panjang antara pihak RSUS Caruban dengan keluarga selama 30 menit, hingga akhirnya pihak keluarga menutuskan untuk membawa pasien kembali ke rumah.

“Istrinya menyetujui (tes swab), namun ada keluarga pasien menolak. Kami beri waktu 30 menit untuk rembugan, tapi akhirnya mereka menolak dan memaksa untuk membawa pulang pasien,” lanjut Ali.

Terkait dengan video viral tersebut, dikatakan Ali pihaknya sangat dirugikan. Karena menurutnya, pihak keluarga memberikan informasi yang tidak benar dan kurang berimbang. Ali menilai, pendapat keluarga merupakan asumsi sepihak. Dalam hal ini, pihaknya bakal melakukan kajian lebih lanjut. Artinya, apakah akan mengambil tindakan hukum dengan melaporkan pembuat dan penyebar video atau tidak. [dar]

Tags: