Pemkab Banyuwangi Launching Tiga Festival

Salah satu festival di Banyuwangi, yakni festival buah lokal. [nan/bhirawa]

Salah satu festival di Banyuwangi, yakni festival buah lokal. [nan/bhirawa]

Banyuwangi, Bhirawa
Kabupaten Banyuwangi menggelar tiga festival sekaligus dalam satu hari, Sabtu (28/3). Ketiga festival ini terdiri atas Festival Sego Tempong, Banyuwangi Art Week, dan Festival Buah Lokal. Kegiatan diawali dengan mengulek sambal secara massal di atas cobek menjadi pemandangan yang seru di Festival Sego Tempong Banyuwangi. Para ibu berlomba menyajikan nasi tempong terbaik untuk memperebutkan juara. Acara ini semakin meriah dengan kehadiran Chef Marinka, yang melakukan demonstrasi pembuatan sambel tempong secara langsung.
Ajang ini diikuti oleh 213 peserta yang terdiri atas penjual sego tempong, koki hotel maupun restoran, ibu-ibu PKK, anggota dharma wanita dan masyarakat umum lainnya. Para peserta ini diwajibkan membuat sambal secara langsung untuk dinilai oleh dewan juri. Selanjutnya sambal tadi disajikan bersama nasi dan semua lauk pauk. Cara penyajian dan tampilan visual dari nasi tempong ini juga menjadi salah satu kriteria penilaian.
Chef Marinka mempraktekkan langsung cara pembuatan sambal tempong. Ia lincah mengulek semua bahan sambal di atas cobek. Yng paling menarik, Chef Marinka menyajikan sego tempong berbeda. Nasi, sambal dan lauk-pauknya  ditata cantik ala hotel bintang lima. “Yang penting presentasinya. Kalau menarik pasti mengundang orang untuk mencoba,” kata Chef Marinka.
Usai membuat sego tempong, Chef Marinka dan Bupati Abdullah Azwar Anas makan bersama sego tempong. Meski terlihat kepedasan, tapi chef Marinka menghabiskan sego tempong yang terhidang di depannya. “Sego tempong ini kelihatannya simpel ya, tapi begitu dimakan semuanya enak mulai nasinya, tahunya, pokoknya semuanya. Ini semua karena sambalnya yang pedas mantap. Menurut saya makanan enak ya seperti ini,” kata Chef Marinka.
Bupati Abdullah Azwar Anas menambahkan, Festival Sego Tempong bagian dari pengembangan wisata kuliner untuk memberdayakan masyarakat sebagai pelaku ekonomi. “Dengan festival ini, cita rasa dan penampilan sego tempong akan meningkat. Penjual tahu bagaimana cara penyajian yang menarik wisatawan,” ujar Anas.
Usai membuka sego tempong, Bupati Anas lantas menuju Festival Buah Lokal di Taman Blambangan Banyuwangi. Festival ini menyajikan beragam komoditas hortikultura buah-buahan, seperti durian, semangka, melon, rambutan, pisang, buah naga, jeruk, jambu biji, belimbing dijajakan di sana. Selain itu, ada hortikultura sayuran, seperti cabai dan tomat. Wisatawan juga berkesempatan makan durian gratis. Acara berlangsung mulai 28 Maret sampai 3 April 2015.
Panitia menyusun ratusan durian lokal menyerupai gunungan untuk diberikan gratis kepada pengunjung. Festival menjadi sarana promosi buah lokal asal Banyuwangi dan mendongkrak pendapatan petani buah. “Selain meningkatkan nilai jual dan keuntungan pedagang buah, festival ini digelar sebagai ajang belajar melayani pembeli dengan penyiapan packaging (kemasan) yang baik,” ujar Bupati Anas.
Dalam festival ini, pengunjung bisa memborong buah dengan harga miring. Buah manggis, misalnya, yang biasanya dijual Rp 13 ribu per kg, di festival ini dijual dengan Rp 9 ribu per kg. Begitu juga dengan jambu kristal yang biasanya satu kilogram mencapai Rp 20 ribu, di festival cukup Rp 15 ribu. Sementara Banyuwangi Art Week menjadi ajang promosi beragam sektor ekonomi kreatif, khususnya para pelaku batik Banyuwangi. Banyuwangi Art Week digelar di Gesibu Taman Blambangan. [nan]

Tags: