Pemkab Madiun Kirim Beras ke Jabodetabek

Bupati Madiun, H. Muhtarom, S.Sos didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kab Madiun, drh Lilin Syarifah Aniesah dan anggota Forkopimda Kab Madiun, memberangkatkan pengiriman perdama beras dari 110 ton hari ini baru dikirim 10 ton ke Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat ke toko Tani Indonesia di sekitar Jakarta, (Jabodetabek), Senin (8/5). [sudarno/bhirawa]

Kab Madiun, Bhirawa
Bupati Madiun H. Muhtarom, S.Sos didampingi anggota Forkopimda, Sekda, Kepala OPD dan Camat dengan disaksikan oleh penurus dan anggota Gapoktan Kab. Madiun dan karyawan/ti Pemkab. Madiun, memberangkatkan pengiriman perdama beras  Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat ke toko  Tani Indonesia di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Senin (8/5).
Dalam sambutannya Bupati Madiun Muhtarom, menjelaskan, pengiriman beras kali ini sebagai kelanjutan pengiriman beras tahun 2016 yang lalu. Perlu diketahui, Gapoktan Kab. Madiun sejak lama telah bekerja sama dengan Toko Tani Indonesia se Jakarta, (Jabodetabek) dalam penyediaan beras. Kerjasama ini terlaksana karena sebelunya Pemkab. Madiun melalui  Dinas  Ketahanan Pangan Kab. Madiun telah menjalin kerjasama (MoU) yang saling menguntungkan dengan Toko Tani Indonesia se Jabodetabek.
“Karena Gapoktan Kab. Madiun telah konsisten dengan kerjasama tersbut  maka pada tahun 2017 ini kerjasama tersebut dilanjutkan kembali. Ini merupakan bagian dari program Pemkab. Madiun dalam upaya Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat dalam rangka merealisasikan Nawacita Presiden RI,”ungkap Bupati Muhtarom.
Dikatakannya, bagi Pemerintah Kabupaten Madiun, peningkatan hasil produski pertanian bukan semata-mata karena target atau yang lain, tetapi ini memang sesuai kebutuhan. Perlu diketahui, Kab. Madiun dipercaya untuk menjalankan Pengembangan  Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) pola baru yaitu pasokan beras sebanyak 110 ton dikirim ke Toko Tani Indonesia se Jabodetabek. Dan pada hari ini kiriman perdana sebanyak 10 ton.
Diinformasikan pula, pada tahun 2016 produksi beras Kab. Madiun mencapai 311 ribu ton dengan surplus beras lebih dari 240 ribu ton. Dengan demikian Kab. Madiun tidak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan beras meskipun sebagain hasil panen dipasok ke daerah lain. Dengan kondisi beras yang demikian adanya berarti Pemkab. Madiun telah memberikan kontribusi riil dalam penyediaan pangan nasional. Jadi apabila di Kab. Madiun sampai terjadi puso, maka yang merasa rugi bukan saja petani Kab. Madiun tetapi juga pemerintah.
Demikian pula, kalau sampai terjadi serangan hama/penyakit tanaman, maka Pemkab. Madiun akan selalu memberikan pembinaan dan bimbingan kepada petani. Untuk itu kepada Gapoktan, Kelompok Tani, PPL dan Mantri  pertanian semuanya harus aktif turun kewilayah.
Di Kab. Madiun untuk mengeksistensi petani telah menggunakan penyuluh dengan pola poly valen, dimana masing-masing pnyuluh harus menguasai 4 materi baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan peternakan maupun perikanan dan lain-lain.
“Untuk mendukung pola tersebut seluruh PPL telah diberikan pendidikan dan pelatihan khusus sehingga mereka dapat langsung terjun kelapangan dan berinteraksi dengan petani. Selanjutnya masing-masing  PPL tersebut  akan bisa bertanggungjawab hingga 2 desa sekaligus. Ini berarti apabila sewaktu-waktu petani membutuhkan pimbingan dan pembinaan akan cepat menemukan PPL nya, sehingga komunikasi bisa lebih cepat,”tegas bupati Muhtarom.
Saat ini negara telah mempunyai/menetapkan standart harga pasar artinya tidak menutup kemungkinan HPP ini akan berada dibawah harga pasar. Sedangkan saat ini berorientasi bagaimana caranya agar produksi pertanian kita mempunyai nilai lebih. Saat ini Kab. Madiun sedang mengembangkan agro bisnis jadi petani harus berorientasi bisnis agar hasil produksi pertaniannya terus mempunyai nilai tambah.
“Agar hasil pertaniannya bisa mempunyai nilai tambah disarankan agar pada saat panen raya petani tidak rame-rame menjual hasil penennya. Tahan dulu sampai ada kenaikan harga baru dijual. Jangan seluruh hamparan ditanami padi, harus ada tanaman lain seperti Melon, Lombok, Tomat dan sebagainya untuk menjaga stabilitas harga tanaman pangan dalam arti luas. Ini sebagai salah satu bentuk petani berorientasi bisnis,”pungkas Muhtarom menyarankan. [dar]

Tags: