Perluas Revitalisasi SMK ke Sembilan Bidang Keahlian

Foto: ilustrasi

Jurusan Kesehatan Terbentur Aturan Kemenkes

Surabaya, Bhirawa
Pencanangan revitalisasi SMK memasuki tahun kedua sejak ditetapkannya Inpres Nomor 9 tahun 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bertekad melakukan perluasan bidang keahlian yang direvitalisasi dari empat bidang menjadi sembilan bidang.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud M Bakrun menuturkan, bidang keahlian yang direvitalisasi semula hanya kemaritiman, pertanian, industri kreatif dan pariwisata. Tahun ini, revitalisasi SMK juga akan diberlakukan pada bidang keahlian teknologi rekayasa, energi pertambangan, teknik informasi dan komunikasi, kesehatan dan perjaan sosial serta bisnis manajemen. “Jurusan kita cukup banyak dari bidang keahlian tersebut. Kecuali bidang kesehatan yang mungkin akan sedikit terhambat,” tutur Bakrun ditemui usai Sosialisasi Revitalisasi SMK di Gedung Robotika ITS, Rabu (10/1).
Khusus bidang kesehatan, lanjut dia, membutuhkan usaha ekstra dalam melaksanakan revitalisasi ini. Sebab, Kemenkes saat ini telah memiliki aturan khusus terkait tenaga kesehatan. Karena itu, lulusan SMK juga tidak lagi mengantongi STR (Surat Tanda Registrasi). Selain itu, siswa SMK juga sulit diterima magang di rumah sakit.
“Tenaga kesehatan masih harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi fokus kita pada bidang ini adalah pekerja sosial seperti perawat orang tua,” tutur Bakrun. Terkait hal tersebut, pihak Kemendikbud terus berupaya melakukan kordinasi dengan Kemenkes.
Bakrun menjelaskan, revitalisasi SMK akan dilakukan melalui sinkronisasi kurikulum dengan DUDI. Selain itu pembentukan karakter sesuai kebutuhan industri dan teaching factory. Target lulusan SMK kita bisa diterima magang dan diserap menjadi tenaga kerja oleh DUDI. “Tapi serapan lulusan SMK ke DUDI masih sangat kecil. Karena itu, yang juga harus diperkuat adalah mengarahkan siswa SMK pada kewirausahaan,” lanjut dia.
Perubahan status tenaga kesehatan diakui Kepala SMK Farmasi Hari Subagio. Pihaknya mengaku, lulusan jurusan SMK Farmasi tidak lagi disebut tenaga teknis atau asisten apoteker. Status lulusan SMK hanya menjadi asisten tenaga teknis yang lebih utama pada urusan administrasi. Kalaupun mengerjakan resep, asisten tenaga teknis harus diawasi oleh tenaga teknis. “Sebenarnya lulusan SMK juga sudah bisa membaca resep dan mengerjakannya. Tapi tidak bisa berhadapan langsung dengan pasien,” tutur dia.
Kendati tidak lagi mengantongi STR, lulusan SMK tetap memiliki sertifikasi yang dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi – Pihak 1 (LSP-P1). Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) lulusan SMK berada di level kedua. “Di bidang farsmasi ada delapan level kompetensi. Sehingga harus melanjutkan minimal ke D3 untuk sampai ke level tersebut dan mendapat STR,” tutur Hari.
Hari mengakui, tuntutan tenaga kesehatan yang semakin tinggi adalah wajar. Sama seperti guru yang dulu bisa lulusan SPG kini harus sarjana strata-1. “Kenyataannya tuntutan masyarakat juga semakin tinggi. Great pendidikan pasien yang dihadapi juga semakin tinggi,” kata dia.
Sementara itu, Kabid Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Jatim Dr Hudiyono menambahkan, revitalisasi SMK berjalan cukup efektif di Jatim. Sebab, Jatim telah memiliki sejumlah regulasi yang mendukung revitalisasi SMK. “Kita punya pergub revitalisasi SMK dan dan Perda Pendidikan yang mencantumkan revitalisasi SMK,” tutur Hudiyono.
Sosialisasi kali ini diharapkannya dapat menyinkronkan program revitalisasi dari pusat, provinsi hingga ke sekolah. Saat ini, di Jatim terdapat 175 sekolah rujukan yang menjadi pilot project revitalisasi SMK. Namun, ada 800 sekolah atau 40 persen dari total SMK di Jatim yang layak untuk dijadikan sekolah rujukan.
“Lulusan SMK yang terserap di dunia industry masih sekitar 40 persen. Karena itu, perlua perubahan arah revitalisasi pada sector teknologi yang mengarah pada industry kreatif,” kata dia.
Disinggung soal jurusan kesehatan, Hudiyono mengaku di Jatim ada sekitar 300 jurusan bidang kesehatan. Jumlah tersebut cukup besar dan tetap harus mendapat perhatian khusus dalam pengembangan kurikulum, sarana pra sarana dan serapan kerjanya. [tam]

Tags: