Petani Singkong Bondowoso Perlu Gandeng Perusahaan

Foto: ilustrasi

Bondowoso, Bhirawa
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Bondowoso Muhammad Erfan mengatakan petani singkong perlu menjalin kemitraan dengan perusahaan guna mengantisipasi turunnya harga singkong seperti saat ini.
“Petani singkong di Bondowoso memang harus mulai membentuk asosiasi dan selanjutnya menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan dengan membuat perjanjian kontrak pembelian singkong kepada petani,” katanya di Bondowoso, Jatim, Selasa (2/5).
Ia mengemukakan, ketika petani singkong sudah membuat perjanjian kontrak dengan perusahaan-perusahaan ketika harga singkong turun petani tidak akan khawatir singkongnya akan dibeli murah karena sudah ada kesepakatan sejak awal.
Langkah pemerintah kabupaten, katanya, akan memfasilitasi petani singkong dengan perusahaan yang selama ini membeli singkong milik petani di Kota Tapai itu. “Bagi pengusaha tapai di Bondowoso juga harusnya menjalin kemitraan dengan petani singkong dan harapan kami pengusaha tapai juga harus bisa mengatrol petani singkong yang artinya harus saling memahami antara petani dengan pengusaha tapai,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Usaha Perdagangan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bondowoso Suhartono mengemukakan harga singkong turun jadi Rp400 per kilogram dari harga sebelumnya Rp600 hingga Rp700 per kilogram.
“Harga singkong putih maupun yang kuning mengalami penurunan 30 hingga 40 persen harga sejak tiga bulan lalu sehingga para petani mayoritas enggan memanen tanaman singkongnya,” katanya.
Menurut dia, turunnya harga singkong Rp400 per kilogram terjadi sejak petani mulai memasuki masa panen (tiga bulan) diakibatkan intensitas hujan di Bondowoso cukup tinggi sehingga berdampak pada kadar air singkong tinggi.
Dengan kondisi singkong yang kadar airnya tinggi, katanya, menyebabkan dalam proses pembuatan tepung dan lainnya menjadi tidak bagus dan sehingga perusahaan (pabrikan tepung) membelinya dengan harga murah.
“Kalau pemerintah kabupaten tidak bisa berbuat banyak karena singkong putih khususnya hanya dibeli serta pemasarannya ke perusahaan-perusahaan pembuatan tepung. Dan oleh karena itu sebagian petani saat ini memilih tidak memanen singkongnya,” ujarnya.
Tidak hanya petani singkong yang mengeluhkan turunnya harga, lanjut Suhartono, ratusan Industri Kecil Menengah (IKM) tapai juga mengeluh, karena dengan kondisi kadar air singkong tinggi saat ini para IKM mengurangi jumlah produksi tapai.
“Ada sekitar IKM tapai di Bondowoso yang saat ini mengurangi produksi tapai, karena kalau singkong kadar airnya terlalu tinggi hanya mampu bertahan maksimal tiga hari, sedangkan kalau singkong yang kadar airnya cukup bisa bertahan hingga enam hari,” tuturnya.
Ia menambahkan, setiap IKM tapai saat ini hanya memproduksi tapai sebanyak 5 kuintal singkong kuning dari sebelumnya produksi mulai 1 ton hingga 4 ton singkong per hari. [ant]

Tags: