PII Gandeng Cangkir Opini Syi’arkan Islam Wasatiyah

Ungkap Penyesalan Mantan Pejuang Suriah
Pasuruan, Bhirawa
Konsepsi tentang moderasi beragama menjadi perhantian khusus dari kalangan Pelajar Islam Indonesia (PII) di Kabupaten Pasuruan. Untuk menanamkan wawasan in, PII Pasuruan bersama komunitas Cangkir Opini menggelar Diskusi Inspiring Students dengan mengusung tema Risalah Moderasi Agama, Kamis (29/9) di New Gazebo Restaurant, Bangil.
Dalam diskusi ini, turut hadir sebagai pembicara yakni Ketua Umum PW PII Jawa Timur Faza Fatiyurobbani, Eks Napiter Wildan dan Mudir Speam Pasuruan Dadang Prabowo.
Menurut Wildan, pengalamannya saat terlibat sebagai bagian dari gerakan terorisme. Awalnya, dia di gerakan ekstrimisme Pada tahun 2010 saat perang di Suriah marak hingga tahun 2015. Saat itu pihaknya tertarik untuk menjadi relawan. Dia pun dikenalkan kepada seorang ustadz hingga pada tahun 2013 dia berangkat ke Suriah selama hampir 1 tahun.
“Hari pertama di Suriah, saya sudah di kagetkan dengan suara bombardir dan tembak – menembak. Setelah dua minggu di sana, saya dikirim ke camp pelatihan militer selama beberapa bulan. Di camp itu saya diajari mengoperasikan berbagai jenis senjata. Mulai dari AK4, M16, A1 dan beberapa peledak,” ujar Wildan.
Setelah pelatihan militar, Wildan mendapat tugas sebagai tim evakuator penduduk sipil yang menjadi korban bombardir pesawat. Banyak peperangan yang telah dia lewati sehingga banyak korban berjatuhan tampak di depan matanya. ”Saya sempat menggendong anak kecil yang tewas,” kenangnya.
Wildan awalnya tidak bertugas sebagai tim evakuatir, melainkan pasukan bom mobil. ”Tapi alhamdulillah tidak jadi dan dipindah ke bagian lain,” sambungnya.
Pada tahun 2014 Wildan akhirnya dapat kembali ke Indonesia. Dia pun merasa sangat bersyukur karena tidak menjumpai lagi peperangan, bombardier, dan situasi negara sangat aman. Kemudian pada 2016 dengan sangat terpaksa pihak Densus 88 Anti Teror menangkapnya dan divonis 5 tahun penjara melalui pengadilan.
“Perjalanan saya ini mungkin dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik pelajar yang masih dalam tahap menjari jati diri, galau atau mudah ikut-ikutan sama teman. Jangan sampai mengikuti jalan seperti yang saya lalui,” ujar Wildan.
Kondisi usia pelajar yang belum labil adalah sesuatu yang wajar. Nah yang tidak wajar itu adalah teman yang mengajak ke arah pemberontakan dalam artian melakukan perlawanan dengan atas dasar jihad. Padahal Indonesia ini adalah negeri yang aman. Ajakan ini kadang cukup menarik karena sering kali dibumbui dengan potongan-potongan ayat Alquran. Padahal, dia sendiri tidak paham dengan maksud ayat itu.
“Tugas adik – adik dan kita semua adalah ijut menjaga suasana damai dan kenyamanan di Indonesia. Karena sasaran terorisme bukan hanya orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi juga ada anak-anak usia belasan tahun dan bisa membuat bom. Jadi pola teroris hari ini bahkan sudah masuk ke ranah pelajar setingkat SMP. Teman teman berkewajiban untuk menjaga temannya agar jangan sampai terpengaruh atau terjerumus ke hal hal yang berbau terorisme,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PW PII Jatim, Faza Fatiyurobbani menambahkan, konsepsi Islam wasatiyah adalah Islam yang mengajarkan toleransi dan selalu menghargai orang lain. Sehingga perlu di dukung dengan berbagai agenda agar tidak membuat internal PII mudah terpengaruh dengan paham ekstrimisme.
Faza juga menambahkan, dalam hubungan pertemanan tidak ada batasan dengan siapapun, bahkan jika berbeda agama. Sebab, dalam perbedaan ini juga dapat ditemukan kesamaannya. ”Misalnya kita beda agama tapi kita sama sama anak Indonesia, kemudian apa yang bisa kita kolaborasikan untuk bangsa dan negara,” ujar dia.
Para founding father Indonesia juga telah merumuskan dasar negara disebut dengan Pancasila. Maka tugas pelajar adalah memahami dan mengamalkan 5 sila yang sudah ada.
Sementara itu, Mudir Speam Pasuruan Dadang Prabowo menegaskan, paham ekremisme itu mudah dilihat dari perilaku seseorang yang suka mengkafir – kafirkan orang lain. ”Mereka juga menganggap bahwa nilai utama dari Islam adalah jihad yang dimaknai dengan peperangan sehingga tindakan mereka sangat dekat dengan kekerasan,” tandasnya. [tam.fen]

Tags: