Polisi Periksa Lima Saksi Tewasnya Dua Pendekar

Polrestabe Surabaya, Bhirawa
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya memeriksa lima saksi terkait bentrokan massa Bonek, julukan suporter Persebaya, dengan sejumlah anggota perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang menewaskan dua orang pendekar.
“Penyelidikan awal telah dilakukan oleh tim gabungan dari Polrestabes Surabaya dan Kepolisian Sektor Tandes Surabaya,” ujar Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya Komisaris Polisi Lily Djafar kepada wartawan di Surabaya, Senin (2/10).
Dia menjelaskan lima orang saksi yang telah diperiksa itu terdiri dari dua orang saksi anggota kepolisian yang pertama kali tiba di tempat kejadian perkara. “Selain itu kami juga memeriksa tiga orang saksi dari masyarakat yang menyaksikan di sekitar tempat kejadian perkara,” katanya.
Bentrokan massa Bonek dengan sejumlah anggota PSHT terjadi saat kedua kubu berpapasan di Jalan Tambak Osowilangon Surabaya, usai pertandingan laga kandang Persebaya melawan Persigo Semeru FC Lumajang pada sekitar pukulĀ  23.30, Sabtu (30/9) malam.
Pada saat itu sebenarnya polisi telah berhasil membubarkan bentrokan. Namun polisi gagal mengantisipasi massa Bonek yang melakukan penghadangan di Jalan Raya Balongsari, yang kemudian membakar sebuah unit motor hingga dua orang menjadi korban meninggal dunia dari kubu PSHT.
Dua korban tewas teridentifikasi bernama Eko Ristanto (25), warga Tlogorejo Kepuh Baru Bojonegoro, serta Mohammad Anis (20), warga Simorejosari Bojonegoro.
Menurut Lily, seketika usai kejadian polisi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara. “Bukti-bukti dari hasil olah tempat kejadian perkara telah kami kumpulkan sebagai bahan untuk melakukan penyelidikan,” ujarnya.
Dua korban yang meninggal dunia, lanjut dia, juga telah diotopsi di RSUD Dr Soetomo Surabaya dan sejak Minggu malam telah dikembalikan ke pihak keluarganya untuk dikebumikan di daerah asalnya masing-masing.
Diminta Menahan Diri
Sementara itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta semua pihak bisa menahan diri pasca terjadinya bentrok antara suporter Persebaya alias Bonek dengan pendekar silat PSHT. Risma berharap, agar kejadian serupa tidak terulang.
Menurut Risma, hilangnya dua nyawa dalam bentrokan tersebut patut disayangkan. Mengingat setiap warga negara sudah dijamin kehidupannya dalam undang-undang. “Semua orang berhak untuk hidup. Saya berharap ini kejadian yang terakhir,” tegas Tri Rismaharini, Senin (2/10).
Risma mengingatkan, tujuan utama datang ke stadion adalah untuk menyaksikan pertandingan bola. Begitu juga untuk berguruan silat, Risma juga meminta agar tidak jumawa.
“Jangan ada yang merasa paling kuat. Itu tidak boleh. Buktinya ketika kita diberi cobaan berupa bencana oleh Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa,” ingatnya.
Terkait bentrok antara Bonek dengan PSHT beberapa waktu lalu, Risma mengaku tidak membela salah satu kubu. Oleh karenanya Risma menyerahkan masalah itu kepada pihak yang berwajib.
“Kalau emosi jangan sampai membunuh. Mari kita saling menghormati dan tidak main hakim sendiri,” tandas mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) ini.
Dalam kesempatan itu, dia juga meminta seluruh koordinator Bonek untuk saling mengingatkan anggotanya. Sebab jika sudah terjadi seperti sekarang, ada banyak pihak yang dirugikan. [bed, dre]

Tags: