Puisi Kocak Khofifah ‘Hanya Emak yang Tahu’

Khofifah Indar Parawansa membacakan puisi berjudul ‘Hanya Emak yang Tahu’ saat mengunjungi Kampoeng Ilmu di Jalan Semarang, Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mengunjungi Kampoeng Ilmu di Jalan Semarang, Surabaya, Sabtu (21/4) kemarin. Paslon nomor urut 1 ini bertemu dengan ibu-ibu untuk memperingati hari RA Kartini. Lantunan doa dan lagu menggema di pendopo utama pusat penjualan buku di Kota Pahlawan.
Sebelumnya, Khofifah dan rombongan tiba sekitar pukul 15.30 dan langsung mengelilingi stan. Sesampai di Toko Hikmal, mantan Menteri Sosial (Mensos) mencari buku dan bertemu Raden Ajeng Kartini. Di toko milik Feri Fiansyah, Khofifah membeli enam buku tentang RA Kartini dan biografi Gus Dur. Salah satu di antaranya buku berjudul Habislah Gelap Terbitlah Terang merupakan buku karangan Armin Pane. Satu buku berharga Rp 15 ribu.
Setelah memborong buku, Khofifah bertemu dengan puluhan ibu di pandopo. Ia bercerita dan teringat kisah Kartini yang meninggal di usia muda karena komplikasi persalinan. Yakni di usia 25 tahun. Menurut Khofifah, banyak refleksi strategis yang bisa dipelajari di peringatan Hari Kartini.
Menariknya, Khofifah membacakan puisi berjudul ‘Hanya Emak yang Tahu’. “Saat Emak baru memejamkan mata, pecah tangisan si kecil dengan nyaring. Dalam keadaan mengantuk, anak harus digendong sepenuh cinta. Rasanya? Cuma emak yang tahu,” Khofifah memulai puisinya.
“Saat lapar melanda, terbayang makanan enak di atas meja. Ketika suapan pertama, anak pup di celana. Rasanya?” kata Khofifah. “Cuma emak yang tahu rasanya,” hadirin serempak menyambut sambil tertawa.
“Saat badan sudah lelah tak ada tenaga, ingin segera mandi menghilangkan penat yang ada, mumpung anak-anak sedang ‘anteng’ di kamarnya. Belum sempat sabunan, anak sudah nangis berantem rebutan boneka. Kacaulah acara mandi emak, batal mandi walau daki masih menempel di badannya. Bagaimana rasanya? Cuma Emak yang tahu rasanya,” kata Khofifah.
Puisi tersebut dibaca Khofifah sampai akhir. Ia melantunkan puisi tersebut sebagai apresiasi betapa pentingnya peran perempuan, terutama dalam mendidik anak. “Semoga ini menjadi renungan bagi para suami, bahwa emak-emak telah melakukan banyak hal untuk anak, sampai anak sukses,” ujarnya.
Usai membacakan puisi, Khofifah berpesan dan mengajak masyarakat untuk Iqro menjelang bulan Ramadan. Peran Kartini itu, kata dia, memintarkan. “Sama, ibu-ibu memintarkan juga. Hari ini masih banyak lansia membaca huruf pegon tapi kurang pinter membaca huruf latin,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, kata Khofifah, Kartini mengajak perempuan melek aksara. Ini bisa menjadi awal yang baik untuk membaca dunia dan dengan membaca akan mendapatkan lautan ilmu. “Tradisi membaca untuk kelas menengah ke bawah harus terus didorong,” papar Khofifah. [geh]

Tags: