Puisi Moh. Zainur Rozy

Oleh :
Moh Zainur Rozy

Puisiku tak bisa kusebut puisi
Puisiku tak bisa kusebut puisi
Bila semua angan menjadi misteri
Dengan semua apa yang bergejolak
Dalam hati meski sudak membengkak.

Puisiku tak bisa kusebut puisi
Bila semua kalut dengan asap kopi
Pergi untuk tenang
Dan sibuk untuk melukai.

Puisiku tak bisa kusebut puisi
Jika tentangmu masih tersisa
Merayu untuk bersetubuh
Dalam baiat kata-kata.

Puisiku bisa disebut puisi
Jika semua sudah mengerti
Akan suara hati yang mulai tutup diri
Dan melupakan sesuatu
yang telah menipu.
Annuqayah, 2022
Bisik Wajahmu
Candumu membeludak dalam kalbu
Saat ku tahu bahwa namamu mulai berbisik
Berpadu dengan kicauan burung disana
Bagaimana detak hati ini berpacu
Jika angin-angin tak lagi berhembus
Dan deburan ombak yang beradu,
Siapa yang akan menang? Kasih
Bila jiwa dan sukmaku berkelahi
Didalam ring peraduan

Akh.. aku yang mengalah saja
Bila rembulan dan melati kau hidangkan
Dan tak ada sebotol air yang kau suguhkan.

Gugus bintang kau tunjukkan pertama kali
Kemudian disusul dengan rembulan
Namun, percuma ku tak mau itu
Yang ku mau adalah pepatah murni
Dari kau yang kini bungkam
Annuqayah, 2022

Terlintas…….
Aku tidak tahu
Semua tertulis dan terlintas begitu saja
Tak ada yang mengganggu
Apa lagi kau yang setia menunggu
Dalam mimpi yang kadang menjadi misteri

Sekarang aku ambigu
Mau mandi namun termandikan air mata
Basah dari keresahan mau apa
Dan apa-apa yang mulai lupa

Bidadari senja
Memahat luka di singgasana air mata
Sambil menikmati senyum sang raja.
Annuqayah, 2022
Sebuah Dosa
Gemintang terus bersua
Menemani aksara tercipta
Bersama debur ombak beraksara
Akankah terbaca?

Melampaui sejuta kata
Demi sebuah rasa
Yang sedikit termaktub
Dalam abjad terkutuk

Terasa serak kalimat bermunajat
Menghantui sosok pendosa
Yang terasa tercekat dalam dada
Bersama gerimis yang mulai reda
Annuqayah, 2022
Harapan Yang Hilang
Bila kukatakan serang
Maka sejuta yang akan maju menerjang
Menembus temeng-temeng
Menyayat harapan yang hilang
Mengisi amunisi dengan peluru pengorbanan

Aku berdiri di depan
Menahan peluru-peluru lemah
Membolak balikan peluru itu
Siap untuk dilepaskan

Sejuta amunisi baru
Berisi sejuta harap
Dan keluh kesah perjuangan
Agar kau tak pupus dalam perjalanan
Annuqayah, 2022

Terlintas 1
Kau selalu tersirat
Didalam benih-benih padi
Tanpa henti kujaga setiap hari
Bersama angin dan juga kopi
Menjadi teman dikala sunyi
Padi melambai-lambai, Burung berkicau
Mendambakan sang terkasih
Yang telah dulu kusisihkah
Terganti bunyi layang-layang
Terngiang dalam pikiran
Kesana kemari tanpa tujuan
Oh. Ada apa gerangan?
Memanggilku lewat selir angin
Terasa menjalar diantara lanugo waktu
Wajahnya alir ayu dimata
Itulah dia perempuan bermata senja
Annuqayah, 2022
Ekolalia tubuh
Kini ia bersemayam disana
Tak akan pernah hilang ditelan samudra
Berselimut petaka
Terombang-ambing di bahtera kecewa

Disana ia tetap begar
Dengan harapan abu-abu
Tetap tergenggam
Sejuk sedingin salju

Ia akan patuh
Bila engkau menemukan kuncup klemensi
Diseluruh sifat yang menentang
Bersama tubuh ekolalia
Annuqayah, 2022
Tentang Ke-Abadi-An
Jarum jam terus berdetak
Menelusuri keabadian
Tentang anafora yang tak dimengerti
Dan bukan juga tentang brahma.

Apakah itu keabadian?
Apa hanya tentang kematian?
Atau tentang amerta
Semuanya bingung
Hanya ada kerangka tengkorak
Ditinggal dan ditempa suatu saat

Tak ada yang tahu
Perihal keabadian, kematian bahkan keadilan
Semua akan menjadi satu
Keabadian waktu.
Annuqayah, 2022
Moh. Zainur Rozy Lelaki yang lahir di Pera Pettak, patilasan Keraton Pangeran Batuputih dan merupakan siswa kelas akhir MAT Annuqayah yang berdomisil di BPBA B. Enggris PP. Annuqayah Lubangsa. Aktivis Sanggar Pangeran, Lipensa, Istana Pers Jancukers (IPJ).

———- *** ————

Rate this article!
Puisi Moh. Zainur Rozy,3.50 / 5 ( 2votes )
Tags: