Raport Buruk Kota Batu di HUT Ke-16

Sejumlah aktivis AMPKB melakukan aksi keprihatinan atas prestasi buruk Kota Batu yang dilaksanakan di Alun-Alun Kota Batu.

Kota Batu, Bhirawa
Aksi keprihatinan dilakukan puluhan aktivis yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Peduli Kota Batu (AMPKB) di Alun-Alun Kota Batu, Selasa (17/10). Banyaknya kasus korupsi di Kota Wisata ini telah menimbulkan keresahan warga Kota Batu atas nasib mereka ke depan. Untuk itu dalam aksi tersebut para demonstran membuat miniatur gunung yang digerogoti oleh tikus-tikus berdasi.
“Ini merupakan bentuk keprihatinan kita dalam memperingati HUT Kota Batu ke-16, dimana tahun ini terjadi Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang menangkap Walikota kita (Eddy Rumpoko oleh KPK,”ujar salah satu orator aksi AMPKB, Haris Elmahdi.
Iapun menyatakan keprihatinan atas kondisi Kota Batu saat ini yang cenderung lebih suka berkonflik daripada mengembangkan dunia pertaniannya. Akibatnya, muncul banyak kasus tukar guling tanah maupun proyek/ kegiatan dan semua itu melibatkan oknum eksekutif sebagai aktornya.
“Aksi hari ini (kemarin) harus didengar Pemkot Batu agar mereka tidak hanya enak-enak duduk di lantai 5. Kita masyarakat Kota Batu berharap tidak akan ada OTT jilid 2, dan jangan sampai generasi muda Batu meniru prilaku korupsi yang dilakukan generasi tua. Apalagi jika Kota Batu dicap menjadi tempat wisata korupsi,”tambah Haris.
Prilaku korupsi yang telah terjadidi Kota Batu telah berdampak pada merosotnya budaya, politik, ekonomi, maupun mental warga setempat. Karena itu AMPKB mengajak semua pihak untuk ‘membuang koruptor pada tempatnya’. Merekapun berterima kasih pada KPK yang melirik Batu dan menindak pelaku korupsi yang ada.
“Kita terus berharap KPK maupun Polisi terus memberantas para pelaku korupsi di Kota Batu yang masih tersisa dan masih berkeliaran di Kota Wisata ini,”ujar orator AMPKB yang lain, Mayedha.
Pria yang juga aktivis Malang Corruption Watch (MCW) ini menyampaikan hasil penelitian MCW dimana Pemerintah Kota Batu sejauh ini abai atas tugas dan tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dalam kajian MCW pada Januari-Februari 2017 ada beberapa temuan tentang gagalnya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Yaitu, 20 persen Warga Batu masih mengeluhkan pelayanan kesehatan, 19 persen mengeluhkan sulitnya pekerjaan, 18 persen mengeluhkan sulitnya air, 17 persen mengeluhkan sulitnya sembako, dan 11 persen mengeluhkan pendidikan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap upaya perbaikan kehidupan Warga Batu, puluhan aktivis ini membuat miniatur gunung yang habis digerogoti tikus. Kemudian mereka menyiramkan air suci Kota Batu ke gunung tersebut dan menangkap tikus serta memasukkannya ke dalam sampah (simbolis penjara).
Selain itu, ada beberapa catatan kasus korupsi yang belum ditangani penegak hukum di Kota Batu. Padahal masing-masing dari kasus itu telah menyebabkan kerugian Negara hingga milyaran Rupiah.
Ada 10 kasus yang dijadikan catatan MCW. Dan beberapa di antaranya yaitu, pengurangan piutang pajak JTP1 dengan kerugian Rp2,2M, penunggakan pajak hiburan dengan potensi kerugian Rp 24M, korupsi PT BWR senilai Rp 1,2M, dugaan korupsi pembangunan Balaikota Among Tani Batu, dugaan korupsi tukar guling tanah di Desa Dadaprejo.
“Usai aksi di alun-alun ini kita akan lanjutkan untuk menyerahkan data dugaan korupsi tukar guling di Dadaprejo ini kepada Kejari Batu, agar kasus ini segera ditangani,”pungkas Mayedha.(nas)

Rate this article!
Tags: