Ratusan Korban Tragedi Kanjuruhan Dapatkan Trauma Healing dari DP3A

Kepala DP3A Kab Malang drg Arbani Mukti Wibowo. [cahyono/Bhirawa]

Kab Malang, Bhirawa
Ratusan korban Tragedi Kanjuruhan sudah mendapatkan bantuan trauma healing dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang.

Trauma healing sendiri yakni sebuah proses penyembuhan setelah trauma yang dilakukan agar seseorang bisa terus melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang kejadian. Dan hal ini sering kali terjadi pada anak-anak serta remaja, akibat pengalaman traumatis tertentu.

Di mana, dalam peristiwa itu telah membawa ratusan korban jiwa suporter Aremania meninggal dunia, dan ratusan orang mengalami luka-luka. Sehingga korban yang mengalami luka maupun yang mengalami trauma, sebagian sudah mendapatkan trauma healing dari DP3A kabupaten setempat.

“Pihaknya sudah melakukan pendampingan psikologis secara intensif terhadap korban Tragedi Kanjuruhan, yang setidaknya terdapat 265 orang anak-anak korban Tragedi Kanjuruhan, dari total keseluruhan 600 orang, sudah kita lakukan trauma healing,” kata drg Arbani Mukti Wibowo, Rabu (30/11), kepada wartawan.

Menurutnya, korban yang selamat kita tangani secara maksimal dengan melakukan kunjungan dan pendampingan psikologis secara komunal. Serta secara praktek psikolog, kemudian menggali keterangan apa dialami korban, agar dapat menceritakan keluh kesah mereka.

Sedangkan dari kegiatan pendampingan secara komunal tersebut, maka kemudian dipetakan tingkat keparahan gangguan psikologis korban. Dan jika korban mengalami gangguan psikologis berat, tim psikolog DP3A Kabupaten Malang langsung mengunjungi rumah korban dengan melanjutkan pendampingan secara intensif.

“Dari diagnosa sementara, masih pada trauma ringan dan sedang. Dan pihaknya juga mengalami kendala di lapangan, karena tidak semua korban dapat menceritakan keluhan atas Trageni Kanjuruhan tersebut,” jelas Arbani.

Dia menyampaikan, bahwa korban selamat tidak kesemuanya dapat menceritakannya, karena bisa jadi dipendam sendiri. Sementara itu di sisi lain, seharusnya jangan menjadi pikiran sendiri, sebab efeknya jika tidak mencurahkan isi hati, maka akan menjadi traumatis seumur hidup.

Dan pada awalnya, pada Minggu pertama pihaknya melakukan pendampingan dengan metode home visit kepada 265 orang korban Tragedi Kanjruhan. Namun sekarang sudah menggunakan metode komite building atau metode pendampingan psikologis yang dilakukan oleh satu orang psikolog kepada 10 korban secara bersamaan.

Dengan pendampingan psikolog, kata Arbani, tentunya akan menggali permasalahan-permasalahan yang dialami korban dan memfasilitasi setiap korban untuk menceritakan keluh kesah mereka.

Dengan melalui metode tersebut, korban yang mencakup secara keseluruhan, yakni 600 orang yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan, terdiri dari 265 anak, perempuan, dan korban dewasa. Sehingga dengan melalui trauma healing, maka psikolog akan memetakan dampak psikis yang terjadi pada para korban.

“Apabila terdapat salah satu korban mengalami gangguan psikologis kategori berat, maka akan dilanjutkan dengan home visit atau kunjungan ke rumah masing-masing,” tandasnya. [cyn.gat]

Tags: