Sembilan Waduk di Nganjuk Mengering

Petani asal Kecamatan Gondang memanfaatkan dasar Waduk Sengon yang mongering untuk menanam jagung dan palawija.(ristika/bhirawa)

Petani asal Kecamatan Gondang memanfaatkan dasar Waduk Sengon yang mongering untuk menanam jagung dan palawija.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Musim kemarau belum mencapai puncak, namun 9 dari 10 Waduk di Kabupaten Nganjuk telah mengering. Seperti  Waduk Sumberkepuh dan Logawe di Kecamatan Lengkong, Waduk Perning di kecamatan Jatikalen, Waduk Sumber Agung dan Kedung Sengon di Kecamatan Gondang, serta Waduk Manggarejo di Kecamatan Wilangan kini mulai kering kerontang.
Sementara itu 3 Waduk Sumbersono di Kecamatan Lengkong, Waduk Ngomben di Kecamatan Rejoso dan Waduk Sumbersuko di Kecamatan Bagor masih menyisakan air yang diperkirakan akan segera mengering bila pada bulan November mendatang tidak segera turun hujan. Karena mengeringnya sejumlah Waduk itu sekitar 2490 hektar lahan persawahan di Nganjuk terancam kekurangan air.
Sementara itu, minimnya pasokan air untuk irigasi membuat sebagian petani membiarkan sawahnya tidak ditanami. “Percuma kalau nekat ditanami, nantinya akan mati karena air disini cukup sulit dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja,” ucap Kandar, petani asal desa Tawang Kecamatan Gondang.
Menurutnya, sejak 3 bulan lalu air dari Waduk Sumberagung mulai menipis. Akibatnya sekitar 322 hektar lahan persawahan yang menggantungkan pengairan dari Waduk Sumberagung sudah mengering semuanya. Sedangkan untuk mendapatkan air irigasi dari dalam tanah tidak mungkin dilakukan karena sumbernya cukup dalam dan debit airnya kecil.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Daerah Pemkab Nganjuk, Ir Hudoyo MM, mengeringnya sejumlah Waduk di Kabupaten Nganjuk terjadi sejak bulan Juli lalu. Sehingga para petani yang sawahnya kekurangan air kini mengandalkan pompa air diesel. Tetapi bila bulan November mendatang belum juga turun hujan, dipastikan kekeringan hebat akan menimpa wilayah Kabupaten Nganjuk karena debit air tanah dipastikan semakin berkurang.
Dikatakan Hudoyo, seperti Waduk Kedungsengon di Gondang mampu mengairi areal persawahan di wilayah Desa Balonggebang dan sekitarnya seluas  439 hektar.
Namun pihaknya, diakui Hudoyo telah melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Jawa Timur. “Memang, waduk mengering namun dari data yang kami terima sekitar 80 persen areal tanaman padi telah panen. Karena itu kecil kemungkinan terjadi gagal panen,” papar Hudoyo.
Sedangkan kondisi waduk yang hingga saat ini mulai mengering adalah Waduk Sumberkepuh, Kecamatan Lengkong. Waduk yang biasanya untuk mengairi areal persawahan sekitar 135 hektar tersebut sudah tampak menyusut drastis. Kondisi yang sama juga terlihat di Waduk Logawe dan Sumbersono. Waduk Logawe  saat ini persediaanya airnya tinggal sepertiga. Padahal, Waduk ini berfungsi untuk mengairi sawah di Desa Ketandan, Jatisari seluas 259 hektar. Sedangkan waduk Sumbersono untuk mengairi sekitar 162 hektar.
Kondisi waduk lain yang mengalami penyusutan sumber airnya adalah Waduk Manggarejo. Waduk yang berada di wilayah Kecamatan Wilangan tersebut digunakan petani untuk mengairi persawahan di Desa Mancon dan sekitarnya. Ada sekitar 80 hektar areal perswahan yang menggantungkan dari pengairan waduk Manggarejo ini. Waduk yang sedang dilakukan dilakukan normalisasi ini kondisi airnya tinggal sepertiga.
Kemudian waduk Puh Salak, luas areal yang mampu diairi dari waduk atau embung ini seluas 131 hektar. Kondisinya normal. Berikutnya Waduk Ngomben yang ada di Desa Sambikerep Kec. Rejoso. Luas layanan 122 hektar yang meliputi areal pertanian di Desa Sambikerep dan sekitarnya.
Menariknya, mengeringnya sejumlah waduk justru dimanfaatkan para petani untuk menanami jagung. Karena dasar waduk yang berada di dataran rendah membuat petani mudah mencari air, untuk keperluan tanam. Ini terjadi pada Waduk Sengon yang berada di Desa Balonggebang, Kecamatan Gondang. Sementara kondisi air di waduk tersebut berada di bawah titik nol jika dilihat dari alat ukur waduk. [ris]

Rate this article!
Tags: