Semipro Tahun Ini Diwarnai Kerapan Kambing Dalam Jaga Tradisi

Kerapan kambing dalam upaya pemerintah kota Probolinggo menjaga tradisi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkot Probolinggo, Bhirawa.
Tradisi kerapan kambing tetap lestari di Semipro 2023 ini. Bertempat di Lapangan Progo Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok. Sekira 74 pasang kambing mengikuti kerapan yang digelar sehari itu.

Meski panitia mematok uang pendaftaran sebesar Rp 250 ribu, peserta tak surut. Malah banyak juga peserta dari luar Kota Probolinggo datang. Seperti dari Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember dan Situbondo.

“Tiap tahun kami menggelar tradisi (kerapan kambing) ini di Semipro. Jadi dalam satu tahun ini ada dua agenda, yang pertama Semipro dan HadiPro di bulan sembilan,” terang Wakil Ketua Panitia, Miari ditemui sebelum penyelenggaraan berlangsung.

Menurutnya, awal mula diadakannya tradisi ini berasal dari kambing jenis domba yang bisa lari kencang. “Sudah diuji coba, kok unik bisa lari kencang dan pengalaman saya ini sejalan dengan penggemar atau sesama peternak domba. Sehingga paguyuban mengadakan lomba uji coba kemudian diajukan ke pemda dan rutin diadakan oleh panitia sampai sekarang,” tuturnya, Rabu (12/7).

Tak hanya oleh penggemar usia tua saja tradisi ini dinikmati, melainkan anak-anak usia muda pun turut larut dalam event ini. “Iya generasi yang tua sampai ke yang muda, bisa dikatakan regenerasi.

Jadi pengikut kerapan kambing ini bukan anak kecil saja tapi dari dewasa, orang tua dan remaja. Semuanya menyeluruh mengikuti lomba kerapan kambing karena unik. Dari segi keamanan tidak masalah dan tidak mengganggu anak sekolah karena diadakannya waktu liburan sekolah dan jadwal sudah ditentukan oleh Pemda jatuhnya pada event Semipro,” terangnya.

Betul saja, segala usia mengikuti tradisi ini salah satunya Fahril Ariel. Pelajar kelas 1 SMAN 3 itu menuturkan jika dirinya mengikuti lomba. Untuk menjaga stamina agar kondisi kambing lombanya tetap sehat, Ariel rela merogoh koceknya dengan membelikan kambingnya telur kampung.

“Kalau pagi dimandiin, kalau malam dijamuin. Jamunya kunyit dan telur kampung, pemberiannya setiap hari,” urainya.

Ariel mengatakan, keluarganya pernah menjuarai lomba serupa di Lumajang, sekitar tahun 2017. “Karena mas saya sudah punya istri dan tidak tinggal di Probolinggo lagi, saya tertarik untuk meneruskan hobi kerapan ini.

Sebelumnya saya diajari oleh mas dan kambing dilatih di sawah atau di lapangan ini. Biasanya latihan bersama dengan teman-teman, latihannya seminggu dua kali, setiap hari Kamis dan Minggu. Motivasi saya ikut lomba ini pengen tenar dan punya nama,” seloroh Ariel yang membawa sepasang kambing terdiri dari seekor pejantan dan betina berusia 4 bulan. Wap.gat

Gelaran ini membawa berkah bagi Lasmini dan Nia, warga yang tinggal tak jauh dari Lapangan Porong. Menurut kedua perempuan yang sehari-harinya berjualan pracangan dan mlijo keliling itu jika ada event-event seperti ini mereka menjual aneka gorengan, minuman kopi, masakan mie instan dan makanan ringan lainnya. “Alhamdulillah pasti ada keuntungan sedikit-sedikit. Semoga ada terus, lanjut,” tutup Lasmini diamini Nia.

Kerapan kambing ini pun mempunyai paddock layaknya balapan mobil. Paddock ini difungsikan untuk mengecek kesehatan dan kesiapan kambing sebelum menunggu giliran beradu cepat di lintasan.

Di paddock, sang pemilik kambing memberikan treatment khusus sebelum berlaga, seperti memberikan pijetan, ramuan hingga memandikannya. Treatmen ini memang berbeda dengan kambing yang ada pada umumnya.

Arief Hidayat, salah satu peserta lomba Karapan Kambing mengatakan, kambing untuk karapan ini hampir mayoritas berjenis kelamin perempuan dan belum pernah memiliki keturunan. Usianya pun masih muda, tidak kurang dari 1.5 tahun.

Kambing karapan ini pun secara fisik pasti terlihat berbeda dengan kambing pada umumnya. Hal ini terjadi karena treatmen yang diberikan memang berbeda. Kambing karapan asupan gizinya jauh lebih bagus. Pun begitu dengan cara memandikannya.

“Karapan kambing menjadi salah satu potensi pariwisata yang harus terus dikembangkan mengingat itu merupakan salah satu budaya lokal yang perlu dilestarikan agar tak tergerus zaman,” kata Miari.

“Melalui kegiatan itu, kami memiliki tujuan melestarikan dan mengembangkan budaya lokal sebagai potensi budaya sekaligus sebagai ajang promosi wisata yang diharapkan dapat menambah daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kota Probolinggo,” tambahnya.(Wap.gat)

Tags: