Seni Adaptif Dalam Kehidupan Ala Nunchi

Judul : Nunchi: Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain
Penulis : Euny Hong
Penerjemah : Rani Rachmani Moediarta
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbit : Cetakan Keenam, Juni 2022
Tebal : 254 Halaman
ISBN : 978-602-06-4258-1
Peresensi : Arwin Andrew
Beberapa karya tulisan terbit di media cetak maupun media daring. Bisa
dihubungi melalui Instagram: @arwin_andreww.

Satu-satunya yang pasti terjadi adalah perubahan. Menjadi bagian dari perubahan memerlukan kemampuan beradaptasi agar tak lekang oleh zaman.

Dulu, Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia tanpa memiliki sumber daya alam.

Dalam kurun waktu setengah abad, Korea Selatan bertransformasi menjadi raksasa ekonomi dengan barang-barang elektronik, ponsel pintar, terutama Budaya K-POP yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat dunia. Keberhasilan itu tak lepas dari prinsip yang disebut Nunchi. Nunchi adalah sebuah seni memahami dengan seketika apa yang orang-orang rasakan agar bisa meningkatkan kualitas hubungan dalam hidup (hal. 3).

Buku Nunchi: Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain menjelaskan Nunchi sebagai prinsip hidup dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya interaksi sosial. Prinsip ini erat kaitannya dengan kemampuan mengamati seseorang sebelum berbicara dan mengambil tindakan. Seseorang dengan Nunchi yang baik mampu “membaca” orang-orang yang ada di sekitarnya secara emosional, kemudian orang lain meresponnya dengan isyarat yang muncul secara spontan. Ketulusan yang dipancarkan dari perilaku kita membuat orang lain terbuka dan nyaman bertukar pikiran.

Pada bagian awal, Euny Hong menjelaskan bahwa seseorang dengan Nunchi yang cepat memiliki kekuatan dalam menyimak. Dalam Bab “Dua Mata, Dua Telinga, Satu Mulut” Euny menerangkan agar dalam setiap kesempatan perlu lebih banyak memperhatikan dan mendengarkan daripada berbicara. Kemampuan ini dipertegas dengan aturan-aturan Nunchi yang selalu hadir di setiap bab pada buku.

Tata krama adalah salah satu aturan Nunchi yang tidak bisa disepelekan. Tata Krama mengatur batas-batas sehat yang berlaku agar membuat orang lain merasa tenang dan tak sembarangan berperilaku. Setiap tempat kadang memiliki tata krama yang berbeda, misalnya tata krama saat makan tidak diperbolehkan untuk berbincang. Mematuhi tata krama menjauhkan diri dari kesempatan untuk menyinggung orang lain (hal. 104).

Beradaptasi pada lingkungan baru dilakukan dengan membuat kesan pertama yang menyenangkan. Saat menemui orang baru, kita bisa meniru gerakan dan menyesuaikan nada bicara agar menciptakan kedekatan. Lawan bicara akan merasa ingin terus beramah-tamah karena kesamaan pikiran dan tindakan (hal 149-150). Agar lebih sederhana, Euny Hong menunjukkan konsep ini melalui suatu percakapan ringan tanpa banyak istilah ilmiah, membuat isi buku lebih mudah ditangkap logika pembaca.

Sebagian dari kita mungkin bertanya, apakah Nunchi adalah bawaan lahir atau bisa dilatih? Hong tidak menampik bahwa ada seseorang yang terlahir dengan Nunchi yang bagus, dan ada yang bekerja keras hingga potensi Nunchi muncul perlahan. Jurnalis juga Polygotempat bahasa ini menyebut Ninja Nunchi sebagai seorang yang mahir menggunakan Nunchi dalam setiap situasi dan kondisi.

Buku yang terdiri dari 9 bab ini memberikan perspektif berbeda dari buku Self-Improvement yang biasanya fokus membantu diri sendiri. Paradigma fokus terhadap orang lain bisa jadi solusi, bila kita menggeser cara pandang kita pada suatu persoalan. Hal itu sesuai dengan aturan Nunchi lainnya yang berbunyi “Jadilah Orang yang Cepat dan Lincah” saat melihat keadaan. Dinamis dan Fleksibel mengikuti value yang berlaku.

Secara keseluruhan, buku ini telah merampungkan tugasnya dalam mengenalkan konsep Nunchi kepada khalayak pembaca. Euny Hong sebagai penulis tidak ragu mencantumkan sisi negatif Nunchi bila dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab. Paradoks itu menurutnya kerap membuat musuh tercipta dalam diri sendiri. Hal itu karena fokus orang lain, tak jarang kita enggan peduli pada suara dalam diri. Euny objektif dalam mengupas sisi positif maupun sisi negatif dalam seni menilik pikiran orang lain.

Melalui 254 halaman buku ini, Euny Hong membeberkan konsep Nunchi dengan gaya bahasa ringan, sehingga mudah dipahami dan dilakukan pada aktivitas sehari-hari. Setiap akhir bab disuguhkan kuis singkat yang melatih pemahaman pembaca akan makna Nunchi. Sebuah upaya komunikatif agar pembaca tidak semata membaca sambil lalu, namun juga menganalisis setiap materi. Akan lebih baik apabila buku ini dibaca secara berurutan sehingga tak kehilangan esensi dalam mencerna setiap kiat dan saran yang ada pada buku.

Buku terjemahan Rani Rachmani Moediarta ini mengungkapkan Nunchi sebagai prinsip hidup yang ramah dan mudah dilakukan. Beradaptasi membuat kita harus terbiasa keluar dari zona nyaman dalam waktu yang tak singkat. Sepanjang perjalanan, akan ada trial and error serta kedisiplinan dalam setiap mengambil keputusan. Kemampuan beradaptasi menjadi pegangan pada setiap bidang agar tetap bertahan pada tren yang berkembang, baik di lingkup pekerjaan atau bisnis, juga lingkup pergaulan sosial yang penuh dengan dinamika.

———- *** ————

Tags: