Sepagi Ini Dirinya Menceritakan Senja

Oleh :
De Eka Putrakha

Mimpi-mimpi belum sepenuhnya buyar dalam dekapan lamunan semalam
Ia ingin bangun membawa serta mimpi itu sebelum mentari kembali terbit
Sebelum mentari kembali terbenam dan senja pun hilang
Hingga malam tak menjanjikan mimpi kembali

Pagi buta meraba-raba tanpa bayangan
Siang terang menghentikan langkah merintang
Malam kelam membawakan selimut suram
Sementara senja terbiar tanpa pengharapan

Sepagi ini mimpi mengajaknya segera berlari sekencang-kencangnya
Mengejar waktu yang berkejaran menguatkan pijakan, meluaskan langkah
Melangkahi berbagai rintangan memijak kembali asa yang tertanam

Senja itu bukanlah penghabisan waktu
Hanya saat harapmu menemui mimpi
Menanyakan sejauh mana nyata telah mengajakmu berlari
Meninggalkan mimpi-mimpi sebelum semuanya buyar lagi!

27.11.20

Lelaki di Persimpangan

Adakah yang paling setia selain kesunyian?
Pertanyaan yang acap kali mengikuti langkah kakinya
Berkali-kali sebuah pilihhan menjadikannya tersisih
Harapannya masih ada walau sejengkal
Ingatannya masih menyala walau redup
Pandangannya menuju pada satu titik
Dirinya hanya perlu melangkah

Jalannya masih jauh, pun perjalanannya masih panjang
Pijakan kakinya mulai goyah meski payah
Dirinya tak akan menyerah
Segala upaya memusnahkan harapannya dulu
Hingga kini dihadapi dengan pilihan
Acuh kepada orang-orang yang meninggalkannya
Atau acuh pada harapan yang mulai dirajutnya kembali
Nyatanya hidup memang penuh berbagai pilihan
Sejenak langkah kakinya terhenti di persimpangan
Menanyakan hati sebelum memilih
: satu di antara keduanya.

01.04.21
Catatan Air Mata

Tak banyak kata yang tergores dibandingkan luka
Tak banyak waktu membacanya dibandingkan hati yang berdiam

Catatan ini memang singkat
Cerita air mata ini berkepanjangan
Ada begitu banyak lembaran kosong
Kata-kata akan kembali menggoreskan rasa
Entah tentang apa?

12.9.21

Menepilah Gundah

Menuju rumah aku membawa kebimbangan itu
Namun, rindu terus mengalun pilu
Kepada siapa hendak kuceritakan
Perihal hati gundah
Menepilah!
Sebagaimana hati selalu saja tersudut sepi

31.10.22
Tak Dapat Pulang

meskipun sebenarnya segala rindu menggebu
gema takbir mengundang keharuan
guratan pilu berpadu linangan air mata
meratapkembali bertemu ayah dan ibu
memeluk dalam dekat erat haru-biru
namun,
lebaran kali ini tidak dapat pulang
segala maaf dipinta dari kalbu
dari negeri jauh seorang perantauan
tengah berusaha menguatkan hatinya

satu persatu segala kenangan jadi ingatan
masa kecil dalam keriangan idulfitri
kelak waktu jua yang akan menjemput pulang
mengulang segala rindu
seiring gema takbir hari raya

2021

Kopi Oktober

seduhan kopi ini seumpama menyatukan
antara Oktober yang dingin dengan situasi yang panas

jelaganya adalah kebimbangan
endapannya menjelma kerisauan
namun, seduhan ini mesti dihidangkan
untuk dinikmati pahit ataukah manis pada secangkir pilihan

PB, 16.10.22

Kebisuan Kebekuan

Setiap sesiapa menyimpan diam yang sebenarnya tidak dapat didiamkan
Setiap sesiapa menyimpan kata yang sebenarnya tidak dapat dikatakan

Kemudian,
Diam membisu
Kata membeku.

Ruang Sunyi, –.11.2021

Tentang Penulis:
De Eka Putrakha
Berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Profilnya dimuat dalam buku Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid 6 (FAM Indonesia). Berbagai jenis tulisannya telah menghiasi beberapa buku antologi bersama, media cetak dan online (Indonesia, Malaysia dan Brunei). Terpilih sebagai Pemenang 10 Resensi Terbaik – Resensi Buku peringkat ASEAN anjuran Persatuan Pemuisi Malaysia 2020.

——- *** ——–

Rate this article!
Tags: