Sepanjang 2021, 158 Kasus Cikungunya di Kabupaten Probolinggo

Dinas Kesehatan kab Probolinggo gencar foging di paiton.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab Probolinggo, Bhirawa
Selain demam berdarah dengue, penyakit chikungunya menjadi ancaman penyakit saat musim hujan. DI Kabupaten Probolinggo Dinas Kesehatan mancatat ratusan kasus yang terjadi selama tahun 2021. Tidak tanggung-tanggung jumlahnya ada 158 kasus.

Chikungunya menjadi salah satu penyakit yang diwaspadai saat masuk musim ghujan. Pasalnya dapat berkembang dengan cepat jika tidak dilakukan antisipasi. Sebab tren lonjakan penyakit terjadi bersamaan dengan puncak musim hujan.

“Sama halnya dengan penyakit demam berdarah chikungunya juga ditemukan saat masuk musim hujan. Sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan akan penularan penyakit ini,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, Mujoko, Rabu (12/1).

Dari data yang dihimpun oleh dinas kesehatan, selama kurun waktu januari hingga desember 2021. Terdapat 158 temuan penyakit cikungunya. Diantaranya pada bulan januari terdapat 26 kasus. Bulan februari terdapat 22 kasus. Selanjutnya bulan maret terdapat 36 kasus. Bulan april terdapat 11 kasus. Dan terjadi lonjakan yang cukup signifikan pada bulan desember. Yakni terdapat 63 kasus.

“Temuan kasus cikungunya hanya terjadi selama empat bulan saat masuk musim hujan. Hanya bulan Mei hingga November tidak ada temuan penyakit. Seluruh pasien ditangani secara medis dan tidak ada korban meninggal,” tuturnya.

Mujoko menuturkan, penyakit musiman ini tidak dapat dianggap remeh. Sebab jika gegabah penyakit akan mudah menular. Karenanya perlu ada penanganan yang tepat. Tidak hanya penanganan secara medis. Tetapi juga perlu pencegahan secara serius.

Upaya utama pencegahan yang dilakukan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tindakan 3M. Yakni m enutup rapat tempat penyimpanan air; menguras tempat penampungan air; mengubur barang bekas yang bisa menampung air.

“Sama halnya dengan demam berdarah, penyakit ini berasal dari gigitan nyamuk. Pencegahannya juga sama. Karenanya perlu ada upaya antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menekan kasus chikungunya,” tegasnya

Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo benar-benar perlu diwaspadai. Dalam setahun 2021, jumlahnya meningkat. Tercatat ada 191 kasus. Dari jumlah itu, 3 pasien di antaranya meninggal dunia.

Angka kasus tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Selama 2020, tercatat ada 170 kasus. Dari jumlah itu, hanya seorang pasien yang meninggal dunia. Karenanya, kondisi ini menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo. Apalagi, dalam beberapa hari pada awal tahun 2022 sudah muncul 8 kasus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko mengatakan, kasus DBD pada 2020 sempat turun drastis dibanding 2019. Saat itu, tembus 440 kasus. Namun, tahun kemarin kasusnya kembali naik. Meski tidak signifikan. “Kasus DBD selama 2021 bertambah dibanding tahun sebelumnya,” katanya.

Dari data kasus DBD, terlihat terjadi lonjakan kasus DBD saat Desember 2021. Seringnya hujan dengan intensitas sedang sampai tinggi, sangat berpengaruh terhadap perkembangan kasus DBD. “Selama Desember 2021, tercatat ada 50 kasus dan 2 kasus sampai meninggal dunia,” terangnya.

Di tengah musim hujan, kata Mujoko, masyarakat harus lebih waspada terhadap kasus DBD. Selain mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19, masyarakat juga harus perhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya.

Apalagi, pada Januari-Februari, diperkirakan memasuki puncak musim hujan. Katanya, jangan sampai ada barang-barang bekas dan genangan air yang bisa menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Wap.gat

“Sekarang masih musim hujan. Paling rawan penyakit DBD menyerang. Apalagi, Januari-Februari diperkirakan intensitas hujan masih tinggi. Masyarakat harus menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk dari rumah masing-masing hingga lingkungan sekitarnya. Dengan pemberantasan sarang nyamuk, akan membunuh jentik-jentik nyamuk,” tuturnya.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica menambahkan, DBD menjadi ancaman saat musim hujan. Karenanya, secara berkala pihaknya melakukan pemantauan di setiap wilayah. Terutama di daerah yang terdapat temuan DBD dan menyebabkan korban meninggal.

“Temuan kasus DBD cenderung meningkat bersamaan dengan puncak musim hujan. Karena penyakit musiman. Juga perlu diwaspadai karena trennya selalu naik, apabila curah hujan tinggi,” tambahnya.(Wap.gat)

Tags: