Siswa SDN Kebo Guyang Kabupaten Sidoarjo Dihantui Atap Jebol

Ruang kelas SDN Kebo Guyang reyot sehingga dikawatirkan jebol dan mengancam keselamatan para siswa. [hadi suyitno/bhirawa]

Kab Sidoarjo, Bhirawa
Para siswa SDN Kebo Guyang, Kec Jabon, belajarnya tidak nyaman karena dihantui atap ruang kelas yang reyot dan mulai miring termakan rayap. Dikuatirkan atap itu jebol dan menimpa anak didik yang tengah belajar.
Ada dua kelas yang kondisi ruang kelasnya amat memprihatinkan, yakni kelas II A dan II B. Selain dinding tembok kelasnya yang rapuh dan lembab, kusen jendela dan pintu yang reyot, dan paling bahaya adalah atap plavon yang permukaannya sudah menggantung. Jebolnya plavon hanya tinggal menunggu waktu saja.
Para siswa seakan tidak menyadari ancaman bahaya di depan mata.
Kepala Sekolah SDN Kebo Guyang, Kasmari, Kamis (4/1) pagi, memahami dua ruang kelas yang ditempati murid kelas II itu tak layak ditempati. Ruang itu sebelumnya tidak difungsikan karena membahayakan keselamatan siswa, namun gara-gara Diknas Sidoarjo, tidak segera menyelesaikan rehab ruangan di sekolahan itu.
Bangunan rehab yang dikerjakan 2016 itu mandeg di tengah jalan karena kehabisan dana. Rehab itu meliputi empat ruangan, yakni ruang guru, ruang kepsek, dua ruang kelas untuk anak II A dan II B.
Diknas Sidoarjo mengalokasikan anggaran Rp 360 juta melalui anggaran DAK swakelola, namun instruksi Diknas tidak jelas anggaran sebanyak itu seharusnya yang bisa digunakan untuk rehab hanya 60% saja, dan 40% untuk nonfisik.
Pihak sekolah tak diberi instruksi yang jelas, sehingga sekolah mulai mengerjakan proyek rehab dengan konsep 100% dengan harapan bisa mencairkan Rp360 juta. Namun dalam realisasinya Diknas hanya mencairkan Rp180 juta saja. Otomatis dengan anggaran itu hanya digunakan memasang fondasi, tembok serta kerangka atap.
”Saya menagih kekurangannya, sudah tidak bisa. Diknas tidak bisa mencairkan, karena anggaran yang yang dialokasikan hanya Rp180 juta. Bukan Rp360 juta,” ujarnya.
Bangunan yang dikerjakan itu tidak bisa ditempati karena memang belum ada atapnya. Tidak ada solusi lain, akhirnya ruangan di utara pintu gerbang dengan pertimbangan jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar digunakan sementara.
”Saya sebenarnya kuatir akan terjadi hal buruk bila atap jebol, tetapi mau belajar di mana lagi. Seluruh ruangan sudah terpakai semua,” tambahnya.
Ia membenarkan lebih dari satu tahun proyek rehab mangkrak, dan Diknas menjanjikan penuntasan rehab akan diselesaikan tahun 2018. Upaya lain yang akan dilakukan pihak sekolah, menunggu lulusnya anak kelas VI. Dengan keluarnya anak kelas VI maka ruang kelasnya bisa ditempati anak kelas II A dan II B.
Sementara siswa kelas V yang naik kelas tidak perlu pindah ruangan. Jadi menempati kelasnya yang lama. Namun bila rehab kelas yang didanai DAK swakelola selesai, sudah tidak masalah lagi.
”Saya juga lega kalau ruang kelas darurat yang saat ditempati II A dan II B dikosongkan saja daripada membahayakan siswa,” pintanya.
Anggota FKB, Dhamrony Chudlori, merasa heran kenapa Diknas tidak mengajukan anggaran untuk rehab, padahal anggaran daerah cukup untuk membeayai rehab itu. ”Berapapun anggarannya, kalau untuk kepentingan masyarakat pasti kita setujui,” ujarnya. [hds]

Tags: