SMPN 3 Tulungagung Kembali Kebanjiran akibat Hujan Deras

Siswi SMPN 3 Tulungagung berjalan di atas genangan air menggunakan sandal jepit, Senin (28/1).

Tulungagung, Bhirawa
Hujan deras diserta angin yang melanda Kota Tulungagung pada Minggu (27/3) sore membuat SMPN 3 Tulungagung kembali kebanjiran. Genangan air itu, juga mengganggu aktifitas siswa dan guru setempat saat masuk sekolah, Senin (28/3).
Mereka semua harus melepas sepatu ketika memasuki atau keluar areal sekolah. Meski air banjir tidak sampai masuk dalam kelas.
Wakil Kepala SMPN 3 Tulungagung, Achmad Syaiku, mengakui jika aktifitas siswa dan guru saat masuk sekolah kembali terganggu akibat banjir. ”Terpaksa lepas sepatu. Ini karena ketinggian air sampai mata kaki,” ujarnya.
Menurut Achmad Syaiku, genangan air di sekolah yang pernah berstatus RSBI itu akibat hujan deras sehari sebelumnya. Kalau terjadi hujan deras dan berlangsung minimal dua hari hampir dipastikan SMPN 3 kebanjiran.
Achmad Syaiku menyebut berbagai upaya sudah dilakukan pihak sekolah agar kejadian serupa tidak sampai terjadi lagi. Namun sampai saat ini belum ada solusi yang tepat untuk penanganannya.
“Dinas Pendidikan sudah tahu kalau di sekolah ini selalu terjadi banjir saat terjadi hujan deras. Bahkan, kami sudah pernah melapor ke Dinas Pengairan (saat ini Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman) Kabupaten Tulungagung,” paparnya.
Ia berharap banjir yang menggenangi SMPN 3 Tulungagung dapat segera surut. Seperti pengalaman banjir beberapa waktu lalu, di mana genangan air segera surut ketika hujan tidak lagi turun secara terus menerus. ”Kalau hari ini tidak ada hujan, air akan surut pada siang atau sore hari,” terangnya.
Menjawab pertanyaan, Achmad Syaiku membeberkan jika di belakang areal sekolah sudah ada selokan untuk pembuangan air hujan. ”Mungkin karena tidak mampu menampung air yang banyak akhirnya menjadikan banjir di areal sekolah,” ucapnya.
Pantauan Bhirawa, semua siswa yang masuk sekolah pada Senin (28/3) terpaksa melepas sepatunya untuk memasuki kelasnya masing-masing. Begitu pun dengan para guru. Mereka juga harus rela melepas sepetu ketika akan masuk kelas.
Kini SMPN 3 Tulungagung masih memberlakukan sistem pembelajaran PTMT 50%, sehingga siswa yang masuk sekolah setiapharinya hanya separuh dari jumlah seluruh siswa.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Tulungagung, Rahadi Puspita Bintara, belum bisa dihubungi untuk dikonfirmasi. Sampai berita ini ditulis, ia bahkan belum menjawab pesan tertulis yang dikirim Bhirawa melalui telepon selulernya. [wed.fen]

Tags: