Syahbandar Kota Probolinggo Nyatakan Nelayan Aman Melaut

Kapal nelayan Kota Probolinggo sandar di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Mayangan. [wiwit agus pribadi]

Cuaca Buruk Pengaruhi Harga Ikan, Pedagang Kelimpungan
Probolinggo, Bhirawa
Cuaca selama Juni ini memang tidak menentu. Namun, Syahbandar Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan memastikan cuaca perairan dalam kondisi baik. Sehingga nelayan dengan kapal di bawah 30 GT aman melaut.
Kasi Pelayanan Teknis di Syahbandar, Arif, Senin (20/6) mengungkapkan, nelayan kecil masih aman menangkap ikan di selat Madura. Sebab, kecepatan angin berkisar 5 sampai 7 knot. Sementara, ketinggian ombak sekitar 0,5 sampai satu meter.
Memang, beberapa hari ini sempat terjadi kenaikan permukaan air laut akibat fenomena strawberry moon. Namun, pasang air laut ini sudah mencapai puncaknya pada Selasa (14/6). Saat ini, ketinggian air laut sudah menuju normal.
“Cuaca selama Juni ini memang tidak menentu, tapi kalau di perairan aman-aman saja. Kecepatan angin dan tinggi ombak sangat aman untuk digunakan mencari ikan,” ungkapnya.
Cuaca yang bersahabat ini benar-benar dimanfaatkan oleh nelayan Kota Probolinggo untuk melaut. Minggu (19/6), ada 12 nelayan dengan kapal di bawah 30 GT yang mengajukan izin ke kantor Kesyahbandaran untuk melaut. Jumlah ini sama seperti hari-hari normal.
Menurutnya meski cuaca saat ini dalam kondisi baik, tapi pihaknya berharap agar nelayan tetap berhati hati. Saat cuaca di perairan tiba-tiba memburuk seperti hujan disertai petir, sebaiknya nelayan tidak melaut.
“Memang di daerah lain ada nelayan yang tidak melaut karena faktor cuaca buruk. Tapi untuk di Selat Madura, khususnya di perairan Probolinggo saat ini masih aman,” terang Arif.
Perairan di Probolinggo belakangan tak bersahabat dengan nelayan. Gelombang besar dan angin kencang membuat sebagian nelayan harus libur melaut. Akibatnya, harga ikan mengalami kenaikan. Dampaknya ikut berbuntut terhadap pedagang ikan. Mreka kesulitan mencari stok ikan. Jikapun ada harganya juga naik.
Seperti yang diungkapkan Jam’an. Warga Mayangan yang seharinya berjualan ikan tersebut ini mengeluhkan pendapatannya. Supiah yang sering menjual ikan kering juga mengaku, butuh proses panjang karena beberapa hari ini cuaca sering hujan.
Dalam satu minggu ini katanya, harga ikan semakin mahal. Dari berbagai jenis ikan, salah satunya ikan Jenggeleh. Pedagang memberi harga sekitar 50 ribu per kilogram. “Diwaktu cuaca normal, ikan Jenggeleh yang dikeringkan mencapai 25 ribu rupiah saja. Sekarang sudah naik, karena pencarian ikan begitu sulit”, ujarnya.
Sebenarnya mahalnya harga ikan ketika sudah dikeringkan. Berbeda dengan ikan yang belum dikeringkan. Biasanya, Sanapi membeli ikan sebanyak tujuh kilogram sampai 1 ton per harinya. Sanapi membelinya langsung dari nelayan. Kemudian, Sanapi memasarkan melalui pengepul-pengepul untuk dijual lagi.
“Pengepul itu, langsung menuju ke Pasar Tanggul Jember. Sayangnya, saat ini saya hanya bisa mendapatkan ikan sebanyak dua sampai tiga kuintal,” ungkapnya.
Apa yang diungkapkan Sanapi, memang benar adanya. Asmad, 65, misalnya. Nelayan asal Dusun Parus, Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolingho mengatakan, nelayan memang sulit melaut. Mereka khawatir akan ancaman gelombang tinggi.
Alhasil Asmad hanya melakukan pencarian ikan di bagian tepi laut. Setiap harinya hanya mendapat udang kecil. Sehingga mau atau tidak, nelayan seperti dirinya harus menaikkan harga akibat kesulitan mencari ikan, tambahnya. [wap]

Tags: