Tiap Hari Ziarah ke Makam Suami, Ajari Anak Suka Beramal di Bulan Ramadan

Titik bersama anak sulungnya Akhmad Abdillah saat ziarah kubur ke makam suami sekaligus ayah anaknya, Kusnadi di Kompleks pemakaman umum Kelurahan Dawuhan Kecamatan Kota Situbondo. [sawawi]

Cerita Titik-Akhmad Abdillah, Ibu dan Anak Asal Situbondo
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, sudah menjadi kebiasaan mayoritas umat muslim di Situbondo mendatangi makam orang tua dan para kerabat dekatnya. Kedatangan mereka selain untuk membersihkan makam dari rumput dan ilalang, juga untuk membaca doa-doa serta mengaji Alquran. Hal itu pula yang dilakukan Titik dan Akhmad Abdillah, ibu dan anak yang dikenal rutin mendatangi makam ayahnya, Kusnadi, di kompleks pemakaman umum Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Kota Situbondo yang memiliki cerita tersediri untuk disimak.
Setiap pagi hari sekitar pukul 06.00 wib, Titik bersama dua anaknya, Akhmad Abdillah dan Syaiful Bahri, rutin mendatangi makam suaminya, Kusnadi, di kompleks pemakaman umum di Jalan Hasan Asegaf Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Kota Situbondo. Ibu bersama dua anak kandungnya itu tak punya perasaan bosan untuk mendatangi makam suaminya.
Bahkan malah sebaliknya, hampir tiap hari ibu bersama dua anaknya itu selalu mendatangi makam untuk berziarah ke pusaran suami tercinta. “Saya tiap pagi pasti kesini (makam Kusnadi, red). Saya harus mendoakan beliau,” ujar Titik.
Ada banyak hal yang mengilhami Titik untuk rutin mendatangi makam suaminya, Kusnadi. Selain menjalankan pesan dan amanat suami, kebiasaan titik pergi ke makam untuk mengingat jasa dan pengabdian Kusnadi sebagai kepala rumah tangga dalam keluarganya.
Titik tak bisa menjabarkan betapa besarnya jasa suaminya selama menjalin mahligai rumah tangga puluhan tahun bersama dirinya. “Saya tak bisa melukiskan betapa besar jasa suami dalam mendidik kedua anak. Semua tak terbayangkan, hingga ajal menjemputnya,” aku Titik yang tak terasa meneteskan air matanya.
Selama menjadi pasangan suami istri puluhan tahun lamanya, sosok Kusnadi selalu menjadi suri tauladan Titik bersama dua anaknya. Tak hanya itu, Kusnadi juga banyak membantu saudara-saudara Titik dan kedua orang tuanya. Baik dalam kebutuhan keluarga maupun kebutuhan penting lainnya Kusnadi selalu ringan tangan menyalurkan bantuan.
Banyak sisi sisi lain yang dicontohkan suaminya, sehingga mengilhami Titik dan dua anaknya untuk rajin mendoakan jasad suaminya di pusara batu nisan makamnya. “Sepertinya saya berhutang budi kalau tidak mendoakan suami di makamnya. Makanya saya selalu datang setiap hari,” ucap Titik.
Suaminya, Kusnadi, dikenal masyarakat Situbondo sebagai penjual dan sekaligus kolektor benda-benda antik dan kuno. Mulai lukisan, pintu kuno, cincin dan barang kuno lainnya ditekuni Kusnadi sebagai pekerjaan sehari harinya. Ditengah menjalankan aktivitasnya, Kusnadi mendapatkan cobaan, dengan divonis mengidap penyakit gagal ginjal.
Selama bertahun-tahun Kusnadi, ujar Titik, harus menjalani cuci darah di rumah sakit. “Puncaknya sebelum meninggal, suami saya juga mengidap penyakit jantung. Dan pada momen itu akhirnya suami saya dipanggil menghadap kepada Allah SWT,” tegas Titik.
Kehilangan Kusnadi diperistirahatan terakhir tak hanya dirasakan Titik bersama dua anak dan para kerabat dekatnya, sejumlah tetangga bersama kolega koleganya juga merasa sangat kehilangan sosok Kusnadi yang ramah dan selalu bersikap baik kepada semua orang. Untuk itu, memasuki bulan suci ramadan 1440 Hijriyah, ia bersama anak anaknya rutin mendoakan suaminya.
“Saya tak pernah berhenti mendoakan suami. Apalagi sekarang memasuki bulan ramadan, bulan yang suci dan penuh ampunan. Semoga amal ibadahnya suami selalu diebrakhi oleh Allah SWT,” harap Titik seraya mengajak kedua anknya untuk suka beramal dibulan suci ramadan.
Akhamd Adillah, ketika ditanya jasa Kusnadi, tak kuat menahan haru, saat mendatangi makam di kompleks Kelurahan Dawuhan Kecamatan Kota Situbondo. Abdillah yang kini konsentrasi meneruskan usaha Kusnadi, tak pernah melupakan semua pesan dan wasiat yang disampaikan semasa masih hidup.
Mulai permintaan bersikap baik dan santun kepada orang lain, selalu beramal sholeh serta membantu orang yang kesulitan selalu disampaikan Kusnadi disela sela berkumpul bersama keluarga besarnya. “Bapak itu juga penyabar. Orangnya tidak banyak bicara namun banyak memberikan contoh dan teladan yang baik kepada ibu dan anak anaknya,” kenang Abdillah.
Putra bungsunya, Syaiful Bahri mengaku hal yang sama soal sosok dan kepribadian yang dimiliki Kusnadi, orang tua yang ia cintai selamanya. Dimata Syaiful Bahri, sosok Kusnadi dikenal pekerja keras dan suka mengoleksi benda dan barang antik dikompleks rumahnya di gang Gerdu Nangka, Kelurahan Dawuhan Kecamatan Kota Situbondo.
Bagi Syaiful Bahri, Kusnadi layak menjadi kiblat dalam hal kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial masyarakat.”Bapak itu ibadahnya sangat rajin. Termasuk juga rajin berkunjung ke pusat pusat rehabilitasi sosial. Meski tidak kaya namun selalu meminta kami untuk rajin beramal kepada kalangan tak mampu dan anak yatim,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: