UM Surabaya Kukuhkan Guru Besar Keperawatan Pertama di Muhammadiyah

Prof Dr A Aziz Alimul Hidayat yang dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Sebuah kebanggaan bagi Muhammadiyah dengan lahirnya guru besar pertama ilmu keperawatan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia.

Dia adalah Prof Dr A Aziz Alimul Hidayat yang dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sabtu (30/9). Prosesi pengukuhan yang cukup dramatis lantaran Aziz menyampaikan pidato ilmiah dan rangkaian ucapan trimakasih dengan berurai air mata. “Ini adalah perjuangan panjang setelah mengalami beberapa kali penolakan karena harus melakukan penyesuaian. Alhamdulillah proses itu akhirnya rampung setelah dimulai tahun 2019,” jelas Aziz.

Dalam orasi ilmiahnya, Aziz mengusung tema tentang Transformasi Pendidikan Keperawatan di Era Society 5.0. “Pendidikan keperawatan adalah pendidikan yang sifatnya akademis dan professional dan menghasilkan perawat atau profesi ners yang dituntut untuk memiliki kompetensi dalam praktik keperawatan dengan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan,” kata Prof. Aziz.

Selain itu, perawat mempunyai tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dan dalam rangka program pemerintah baik sifatnya delegatif maupun mandate secara tertulis, serta sebagai pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu berdasarkan penugasan pemerintah.

“Orientasi pendidikan keperawatan harus sejalan dengan perkembangan pelayanan keperawatan, perubahan di berbagai aspek dalam pelayanan keperawatan karena hal ini memberi konsekwensi perubahan dalam proses pendidikan keperawatan,” ujar Aziz.

Ia mengatakan perubahan dalam pelayanan keperawatan di era Soeciety 5.0 lebih menfokuskan pada konteks manusia yang memungkinkan dalam aktivitas menggunkan ilmu pengetahuan berbasis modern (AI, Robot, IoT) untuk kebutuhan agar dapat hidup secara nyaman, manusia sebagai komponen utamanya.

Menurutnya, era Society 5.0 internet tidak hanya digunakan sumber informasi, akan tetapi digunakan untuk menjalani kehidupan, termasuk manusia diharapkan mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Aziz menjelaskan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan yang berkorelasi dengan kebutuhan mutu pelayanan keperawatan di masa sekarang dan masa depan. Rupanya pria kelahiran Pucuk Lamongan tersebut mengembangkan model sistem mutu yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari model sistem mutu Malcolm Baldrige.

Pertama, dengan rekonstruksi kurikulum yang berorientasi pada OBE (Outcome base education). Dengan berbasis skill masa depan perawat seperti: skill komunikasi, berpikir kritis/kreatif untuk problem solving, tentu hal ini akan meningkatkan kemampuan dalam analysis, synthesis, evaluation, decision making, dan creative thinking, Colaborasi & Adaptif Thinking.

Skill teknologi yang meliputi computer literacy (digital literacy), internet skill, dan mengambil dan mengelola informasi melalui teknologi (nursing data science) dan skill keperawatan itu sendiri, termasuk didalamnya terdapat skill interpersonal, personal, diharapkan lulusan mampu membangun teamwork, membangun hubungan, manajemen konflik, manajemen perubahan, responsiveness, dan perilaku caring.

Kedua, penataan sistem pembelajaran berbasis teknologi Informasi. Penataan system tersebut dengan menggunakan model Blended Learning dengan pendekatan Contextual Teaching learning, Problem based Learning dan Project based learning.

Pengembangan blended learning merupakan bagian dari pengembangan pembelajaran karena di dalamnya terdapat proses yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran, mulai dari identifikasi masalah, pengembangan strategi dan pengembangan bahan ajar, serta evaluasi bahan ajar.

Ketiga, Integrasi system Pendidikan dan pelayanan keperawatan adalah bagian dari link and match dunia industri kesehatan. Link and Match adalah menghubungkan pendidikan dengan dunia industri, sehingga diharapkan ada relevansi atau kesinambungan antara institusi sebagai pencetak lulusan (produk tenaga kerja) dengan industri yang membutuhkan tenaga kerja yang sesuai bidang keahlian.

“Dari ketiga upaya dan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut, perlu digunakan prinsip kerja dengan menggunakan pola ADLI, A=Approach (pendekatan), D=deployment (penyebarluasan), L=learning (pembelajaran) dan I=integrasi dalam mengukur, mengevaluasi serta dalam menjalankan upaya tersebut,” ujarnya.

Dengan demikian ketiga upaya tersebut tentu dapat melakukan transformasi pendidikan keperawatan di era Society 5.0 yang dapat memberikan kontribusi pada kualitas perawat-perawat baru yang dihasilkan dari institusi pendidikan keperawatann dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di tatatan pelayanan kesehatan atau industri kesehatan. [tam.iib]

Tags: