UMM Selenggarakan Pembelajaran Daring Mahasiswa Lombok

Kota Malang, Bhirawa
Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu canggih dewasa ini menawarkan potensi besar untuk berjejaring antar perguruan tinggi.
Hal ini sangat membantu dalam upaya pemerataan mutu pendidikan di Indonesia, terutama dalam kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi (IPTEK) dan inovasi.
Salah satu upayanya, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI) melalui program hibah Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) Indonesia di tahun 2018. Kementerian mempercayakan program itu kepada Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Program ini melibatkan 15 mahasiswa yang menjadi peserta pertukaran mahasiswa dari Universitas Hamzanwadi, Lombok Utara. Mereka bakal menjalani program ini dalam satu semester melalui tatap muka dan daring (online). Menurut Erna Yayuk, S.Pd, M.Pd selaku kepala prodi PGSD UMM, hasil yang diharapkan dari program ini yakni untuk menambah wawasan kebangsaan dalam hal pertukaran budaya, terutama pada sistem perkuliahan.
“Mahasiswa sebagai agent of change harus bisa hidup di tengah-tengah masyarakat yang serba teknologi. Kemudian, dilihat dari luasnya Indonesia tentunya akan membawa budaya yang berbeda-beda. Oleh karenanya, program ini tujuannya menambah wawasan kebangsaan dan meningkatkan rasa toleransi pada mahasiswa,” terang Erna saat diwawancarai, Kamis (1/11).
Prodi PGSD menunjukkan ciri khasnya dalam pembelajaran inklusi anak kebutuhan khusus miliknya kepada mahasiswa dari Lombok. Selain pengenalan ciri khas sistem perkuliahan, dalam kegiatan itu juga mereka memperkenalkan yayasan pendidikan sekolah dasar milik UMM serta pembelajaran membatik. Program ini, sambung Erna, dikenalkan atas dasar penerapan visi dari Muhammadiyah untuk bangsa.
Sebaliknya, Prodi PGSD UMM juga mengirim 15 mahasiswanya untuk mengikuti program serupa di Universitas Hamzanwadi. Di sana tidak hanya pembelajaran mengenai budaya pembelajaran universitas, melainkan juga ikut terjun langsung wilayah terdampak bencana di Lombok, tepatnya daerah Sambelia. Mahasiswa diajak untuk berpartisipasi untuk memberikan trauma healing atau pemulihan trauma di sekolah dasar serta membagikan sembako kepada korban bencana.
“Mungkin banyak orang yang tidak bisa datang dan melihat kondisi saudara kita di Lombok secara langsung. Sehingga bagi saya, ini menjadi momen yang baik ketika saya dapat berbagi rasa dan kebahagiaan kepada korban secara langsung,” ujar Elys Sulistyowati, salah satu mahasiswa yang memberikan kegiatan trauma healing bagi siswa sekolah dasar korban bencana Lombo. [mut]

Tags: