Usung Cerita Cikal Bakal Tari Jaranan Turangga Yaksa

Sekdaprov Jatim berfoto bersama dengan seniman Trenggalek

Sekdaprov Jatim berfoto bersama dengan seniman Trenggalek

Pemprov, Bhirawa
Fragmen Tari “Cakrik” yang ditampilkan Pemkab Trenggalek dalam Gelar Seni Budaya Daerah (GSBS) Jatim di Pendapa UPT Taman Budaya Jatim, cukup menarik. Selain menampilkan tarian yang gemulai, makna didalam tarian tersebut cukup mudah untuk diterjemahkan. Tidak hanya tarian, selama dua hari (20-21/6) itu, Pemkab Trenggalek juga menampilkan ekonomi kreatifnya.
Fragmen Tari “Cakrik” diangkat dari cerita rakyat upacara adat “Baritan” masyarakat Dusun Blimbing Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek, yang merupakan cerita cikal bakal tari Jaranan Turangga Yaksa.
Makna kata “Baritan” adalah “Bar Rit-ritan” yang menggambarkan kegiatan para petani selesai panen padi memohon Tuhan Yang Maha Kuasa agar padi dan hasil pertanian dan hewan piaraan mereka terhindar dari segala ancaman hama dan penyakit.
Upacara ini dilakukan bersama-sama di sawah yang baru dipanen dan diakhiri dengan pertunjukan Jaranan dan Langen Tayub. Inilah upaya masyarakat Kabupaten Trenggalek untuk mewujudkan jaranan Turangga Yaksa sebagai ikon Kabupaten Trenggalek. Apalagi, seniman yang memainkan peran cukup piawai.
Sajian yang menarik lain yaitu arak – arakan “Musik Banthong”, merupakan gabungan antara Terbang Jedhor dan Khenthongan yang biasanya dimainkan masyarakat Trenggalek mengiringi acara tirakatan pada acara khitanan, majemukan dan “gumbrengan bayi”. Ada lagi sajian berupa Lagu Daerah “Mangga Tindak Trenggalek”  yang menggambarkan kondisi dan potensi pariwisata Kabupaten Trenggalek sebagai potensi dan destinasi unggulan Jawa Timur.
Sedangkan tari “Beksan Asri Trunggali” merupakan tari ucapan selamat datang yang digali dari pergelaran Langen Tayub yang berkembang dan merupakan kesenian tradisi di wilayah Kabupaten Trenggalek dan sekitarnya. Pergelaran juga diakhiri dengan Wayang Kulit Padat Gaya Surakarta, dengan lakon “Mustiko Pringgondani” dan dalang Ki Genit Santoso.
Dalam kesempatan ini. sebagai konsekuensi pengukuhan Tahun Budaya 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus menggalakkan gerakan mencintai kesenian dan kebudayaan lokal. Salah satu upayanya dengan memperbanyak frekuensi pementasan potensi kesenian Kabupaten/Kota se-Jatim.
“Jatim kaya akan kesenian dan kebudayaan. Karena itu harus dilestarikan dan dicintai,” Kata Sekdaprov Jatim, H Akhmad Sukardi saat membuka Gelar Seni Budaya Daerah Kabupaten Trenggalek di Taman Budaya Jawa Timur, Jumat (20/6) Malam.
Lebih jauh dikatakan Sukardi, gerakan mencintai kesenian lokal ini merupakan upaya pemerintah untuk melestarikan warisan para leluhur. Seiring semakin banyaknya kesenian Indonesia yang mulai terancam punah karena tidak ada generasi muda yang bersedia melestarikan.
Sementara, Bupati Trenggalek yang diwakili Sekda Kab Trenggalek, Drs. Ali Mustofa MSi mengharapkan masyarakat khususnya warga Trenggalek tetap berupaya menjaga kelestarian seni budaya yang ada saat ini. “Banyaknya warga yang datang. Tentunya membuktikan kalau jiwa dan raganya tidak pernah bisa melupakan asalnya yang penuh dengan dinamika,” katanya.
Sedangkan Kepala UPT Taman Budaya Jatim, Sukatno SSn mengatakan, pagelaran seni budaya yang ditampilkan Pemkab Trenggalek saat ini sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. “Terlihat dari paket pertunjukkannya yang dinikmati para pengunjung. Dari awal sampai akhir acara masih tetap antusias melihatnya,” ujarnya.
Namun, disayangkan Sukatno, ada beberapa stan ekonomi kreatif yang tidak mengikuti jadwal kegiatan seni budaya sampai tuntas. Padahal, disisi lain, banyak juga pengunjung yang ingin membeli produk yang ditampilkan Pemkab Trenggalek.
Sementara, pelaku ekonomi kreatif Batik Sekar Wangi, Kusdiyana mengungkapkan cukup senang mengikuti kegiatan seni budaya yang ada di Taman Budaya Jatim. “Hasilnya lumayan. Sekaligus bisa mempromosikan batik khas Trenggalek, diantaranya ada motif parang cengkeh,’ katanya yang berdomisili di Sumberingin Permai. [rac]

Tags: