Wajah Baru Perkembangan Pendidikan di Abad 21

Oleh :
Titis Putri Pamungkas
Penulis merupakan mahasiswi PPG Prajabatan Tahun 2023, Jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang.

Pendidikan merupakan elemen utama dalam memajukan suatu negara, di dalam pendidikan terdapat nilai-nilai yang dapat membangun karakter dan akal budi manusia. Plato (Idi, 2011) berpandangan bahwa di dalam suatu negara, pendidikan harus menjadi suatu prioritas yang utama. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat menjadi fondasi yang menguatkan dan membangun negara itu sendiri. Tak heran bila tokoh pendidikan menuangkan gagasan-gagasan yang memperjuangkan dan membangun pendidikan di Indonesia. Tokoh yang berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional juga disematkan, gelar ini diberikan sebagai wujud apresiasi perjuangan membela dan mengembangkan dunia pendidikan. Gagasan cemerlang Ki Hajar Dewantara, apakah masih relevan dengan wajah baru perkembangan pendidikan di abad 21?

Perjalanan Pendidikan di Indonesia
Menilik perjalanan pendidikan di Indonesia, cukuplah panjang. Bermula dari Pendidikan Zaman kolonial pada tahun 1854-hingga saat ini. Pendidikan di masa lampau menjadi barang mewah yang tak semua orang bisa menikmatinya, pendidikan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Pada tahun 1854, beberapa bupati memiliki inisiasi untuk mendirikan sekolah kabupaten. Namun, pada saat itu hanya berlaku bagi calon pendidik saja. Tentu hal ini mendapatkan respon yang baik, hanya saja peserta didik masih dibatasi. Berangkat dari ide tersebut, pada tahun 1854 lahirlah sekolah Bumiputera. Sekolah Bumiputera hanya mempunyai 3 kelas, materi yang diajarkan juga terbatas. Materi pembelajaran pada saat itu hanya meliputi kemampuan dasar tentang pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan terbatas pada nasib dan kebutuhan dalam upaya membantu kelancaran usaha. Pendidikan menjadi senjata yang dimanfaatkan kaum penjajah untuk menyabotase anak-anak negeri yang cerdas. Pada tahun 1920, lahir cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Gagasan-gagasan kritis diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara, hal ini menjadi gerbang pembuka bagi masa emas pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922. Taman siswa turut mencetuskan pendidikan yang menekankan pada pendidikan karakter, kemandirian, dan kebebasan belajar. Konsep pendidikan membentuk manusia Indonesia yang utuh beradarkan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kemanusian diterapkan dan dipadukan dengan nilai-nilai lokal. Ki Hajar Dewantara juga memperjuangkan hak pendidikan untuk semua golongan, tanpa memandang kelas sosial.

Perkembangan Pendidikan Abad 21 Melalui Penerapan Kurikulum Merdeka
Perkembangan pendidikan di Indonesia mengalami perubahan demi perubahan, terutama di abad 21. Perkembangan pendidikan di abad 21, dapat dirasakan melalui Kurikulum Merdeka. Kurikulum menjadi salah satu dalam membangun pendidikan serta merencanakan sebuah proses pembelajaran (Zainal Arifin, 2012). Kurikulum Merdeka mengembangkan nilai-nilai lokal, pendidikan karakter, kemandirian, pendidikan berdiferensiasi, dan pendidikan inklusif. Makna dari kurikulum Merdeka Belajar yaitu setiap peserta didik dibebaskan untuk mengembangkan potensinya sesuai kodrat yang dimiliki. Guru tidak hanya sebagai sumber belajar, melainkan guru memiliki peranan sebagai fasilitator dan sekaligus mentor yang membimbing para peserta didik. Perkembangan zaman dapat mememperkaya sumber belajar siswa, namun tidak ada yang bisa menggantikan peran pendidik. Guru sebagai pendidik masih menjadi peran utama dalam proses pembelajaran. Mesin dan teknologi tidak dapat menggantikan peranan guru, sebab guru dapat membimbing peserta didik agar memiliki jiwa luhur dan beradab. Hal ini menjadi alasan kuat, upaya pemerintah mengembangkan Kurikulum Merdeka. Pemerintah terus berupaya untuk menanamkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila ke dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini tentu menjadi kunci dalam meningkatkan rasa cinta kepada tanah air.

Pendidikan di abad 21 juga memiliki perbedaan signifikan, antara lain : perubahan kurikulum K13 menjadi Kurikulum Merdeka, media pembelajaran yang digunakan berbasis teknologi/digital, menekankan pada pendidikan karakter Profil Pelajar Pancasila, paradigma pembelajaran mengalami transformasi dari Teacher Center Learning menjadi Student Center Learning, guru harus memahami siswa secara personal, dan materi pembelajaran bersifat kontekstual serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di abad 21 menekankan 6 keterampilan pada peserta didik. Adapun 6 keterampilan yang harus dimiliki peserta didik yaitu Chritical Thinking and Problem Solving, Communication, Collaboration, Creativity and inovation, Caracter Education, dan Computation.

Gagasan Ki Hajar Dewantara Relevan dengan Konteks Zaman
Perkembangan pendidikan di abad 21, rupanya tak luput dari gagasan-gagasan serta peran Ki Hajar Dewantara dalam membentuk fondasi pendidikan di Indonesia. Wajah baru perkembangan pendidikan di Indonesia merupakan tindak lanjut dari pendidikan di masa lampau. Peserta didik diharapkan memiliki kebebasan untuk meningkatkan kompetensi, potensi, dan berkolaborasi. Setiap peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih potensi yang ingin dia tingkatkan, pendidikan saat ini tak memaksa peserta didik untuk memiliki potensi yang sama. Dengan demikian, gagasan-gagasan Ki Hajar Dewantara masih relevan dengan konteks perkembangan zaman. Wajah baru perkembangan pendidikan di Indonesia sebagaimana tindak lanjut gagasan-gagasan yang berkembang.

———– *** ———–

Tags: