Wali Kota Probolinggo Pastikan Warganya Aman di Wamena

Wali Kota Hadi ber video call dengan salah satu warga di Wamena.

(Kunjungi Warga Baru Pulang)

Kota Probolinggo, Bhirawa
Satu lagi, warga Kota Probolinggo sudah kembali dari Wamena, Papua. Ialah Kamaludin, warga Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan yang tiba Kamis 3/10 malam pukul 21.00 menggunakan pesawat Hercules dan turun di Bandara Abdurahman Saleh Malang. Saat bertandang ke rumah Kamaludin, Jumat (4/10) pagi, Wali Kota Hadi Zainal Abidin disambut oleh orangtua dan keluarga Kamaludin. Ternyata, selain Kamaludin, beberapa saudaranya pun masih ada di penampungan di Wamena dan Jayapura.
Habib Hadi-sapaan akrab wali kota pun sempat ber-video call dengan empat orang keluarganya yang masih ada di daerah konflik itu. Dari tangkapan layar gawai, mereka nampak baik-baik saja. Ada yang di lokasi penampungan ada yang di dalam mobil.
“Bagaimana kondisi disana? Jaga kondisi baik-baik ya, cari tempat yang aman. Ikut mengantre supaya bisa masuk ke pesawat hercules. Pulang saja ya. Yang penting terus berkabar dengan keluarga,” kata Habib Hadi kepada mereka.
Sama seperti kunjungan sebelumnya, wali kota menyerahkan bantuan berupa beras dan kebutuhan nutrisi untuk mereka. Ia juga menyampaikan, Dinas Kesehatan akan memeriksa warga secara jasmani dan rohani.
Perintah wali kota untuk kelurahan dan kecamatan membuka posko pengaduan bagi warga yang keluarganya bekerja di Wamena/Papua berjalan efektif. Belum 24 jam data terus bertambah seiring laporan masyarakat melalui RT dan RW. “Karena mereka berangkat kan tanpa laporan, jadi kami tidak punya data. Dengan data ini kami bisa mengetahui berapa yang sudah kembali dan belum,” ujar Wali Kota Habib Hadi.
Dari data yang tersampaikan, Kecamatan Kademangan 20 orang; Kedopok 30 orang; Wonoasih 90 orang; Mayangan 7 orang dan Kanigaran 28 orang. “Data bisa masih terus masuk ke kami. Jadi, saya tekankan camat lurah sampai jajaran RT RW menampung informasi dari masyarakat,” tegasnya.
Raut wajah delapan warga Kota Probolinggo yang tiba dari Papua menunjukkan ekspresi beragam. Ada yang masih cemas, ada yang sedih, ada pula yang merasa lega bisa kembali ke tanah kelahirannya. Mereka semua kompak tidak ingin kembali ke Papua, tapi memilih menetap di Kota Probolinggo.
Kondisi di Wamena memang sedang tidak kondusif, maka mereka harus dipulangkan ke daerah masing-masing. Rabu 2/10 malam, delapan orang tersebut sudah tiba dijemput Dinas Sosial dari Bandara Abdurahman Saleh, Malang.
Nur bercerita, ia harus pulang ke Kota Probolinggo karena kondisi di Wamena tidak memungkinkan untuknya dan warga bukan Papua. Lelaki berusia 52 tahun itu pulang dengan pesawat Hercules milik TNI AU bersama rombongan warga lainnya pada 30 September lalu dari Jayapura menuju Biak (bermalam satu malam).
Lalu pesawat berhenti di Ambon untuk mengisi BBM, sampai akhirnya tanggal 2 Oktober tiba di Bandara Abdurahman Saleh Malang disambut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Nur Faizin tinggal di Wisaput, Wamena sejak 1,5 tahun lalu. Kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek dengan pendapatan sekitar Rp 200 ribu per hari.
Kini ia mengaku tidak akan kembali ke Papua. “Saya tetap disini saja, cari yang Rp 50 ribuan-lah, kembali nukang saja. Mau cari pendapatan yang besar tapi kayak begini,” tegas Nur Faizin, yang sebelum ke Papua ia sudah jadi tukang bangunan di Kota Probolinggo.
Habib Hadi lalu bertemu dengan M Lutfi, warga Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok. Usia M Lutfi lebih muda, ia juga sudah empat tahun tinggal di Wamena sebagai tukang bangunan. Setiap bercerita, pria berambut gondrong ini matanya memerah dan berkaca-kaca.
Lutfi mengaku agak sedih karena ia merantau bertahun-tahun tapi belum bisa menunjukkan keberhasilannya kepada keluarga. “Yang penting selamat, rejeki bisa dicari,” ujar Habib Hadi menenangkan Lutfi.
Dari delapan warga yang dipulangkan, dua diantaranya satu keluarga. Seperti Abdullah bersama istri Supainah dan anaknya Hairul Wildan warga Jalan Cokroaminoto, Kanigaran. Abdullah dan istrinya Dewi, warga Jalan KH Hasan Genggong Gang Lele.
Sedangkan Abdullah Sihabudin, warga Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih pulang sendirian. Istri dan kedua anaknya menggunakan pesawat komersil, yang diperkirakan sampai di Surabaya pada pukul 14.00 hari ini 3/10.
Selanjutnya, yang menjadi tantangan Pemerintah Kota Probolinggo adalah bagaimana mereka bisa tetap mempunyai pendapatan dengan skill yang dimiliki. “Senyampang dengan program pemerintah kota menggerakkan 500 UMKM per tahun, kami akan lihat keluarga ini punya keahlian apa lalu kita fasilitasi untuk yang terbaik bagi warga Kota Probolinggo. Jadi mereka tidak perlu jauh-jauh cukup di Kota Probolinggon saja,” tambah Hadi.(Wap)

Tags: