Warga Kabupaten Sidoarjo Perlu Waspasda Penyakit Akibat Air Kencing Tikus

Epidimolog Dinas Kesehatan Dinkes Provinsi Jawa Timur, Hugeng Susanto, memberikan materinya kepada petugas klinik swasta di Kabupaten Sidoarjo. [alikusyanto/bhirawa]

Sidoarjo,Bhirawa.
Fungsional Epidimolog Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Hugeng Susanto, mengatakan di Kabupaten Sidoarjo mulai ditemukan penyakit Leptospirosis. Penyakit yang ditularkan melalui air kencing tikus. Saat ini ditangani di Puskesmas Wonoayu Kecamatan Wonoayu.

Penyakit menular ini bisa terjadi saat terjadi banjir, sehingga air di selokan yang dikencingi oleh Tikus, mengenai manusia. Penyakit ini termasuk bahaya, karena apabila dalam waktu sampai 9 hari tidak mendapat penanganan yang serius, penderita bisa meninggal dunia.

“Yang diserang penyakit ini adalah ginjal. Kita perlu waspada sehingga harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” kata Hugeng, Rabu (14/6) kemarin, di depan para petugas kesehatan dari klinik swasta, yang diundang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.

Dirinya sempat menyebut di wilayah Kabupaten Pasurun, saat ini ada 4 penderita Leptospirosis, yang dinyatakan positip. Penyakit ini menurutnya salah satu ” penyakit lama” yang muncul kembali.

Dirinya menyebut sejumlah ada penyakit masuk dalam kategori menular. Maka ia minta kepada masyarakat waspada dan selalu hati-hati. Misalnya penyakit anthrax, avian influenza , hepatitis, influenza, TBC, dan SARS. Kalau sampai terjadi KLB atau kondisi luar biasa, semua pihak harus segera merespon dan berkoordinasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, DR Feny Apridawati MKes, dalam kegiatan koordinasi tentang penyakit potensial wabah itu menyampaikan Kabupaten Sidoarjo sempat dikelilingi oleh KLB penyakit Campak.Diantaranya terjadi di Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, dan Gresik.

“Untung saja tak sampai terjadi di Kabupaten Sidoarjo,” katanya.

Kasi Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Qudrotin Skeb , juga menyampaikan pihaknya saat ini sedang mengambil sample 7 kasus yang diduga penyakit polio.

“Semoga saja bukan,” kata Bidan teladan tingkat Nasional pada awal tahun 2000 an itu.

Kepada petugas klinik swasta yang ada di Kabupaten Sidoarjo, dirinya mengajak apabila sampai ada muncul penyakit yang potensial menjadi wabah itu, diajak gayung bersambut untuk mengatasinya bersama-sama.

“Dinas Kesehatan tidak bisa sendirian. Kita juga perlu dukungan dan kerja sama dari semua pihak,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang digelar di ruang delta karya Setda Sidoarjo itu, para narasumber dari Dinkes Provinsi Jatim, juga sempat menyinggung, meski pihak WHO sudah mencabut status pandemi covid-19, namun di Indonesia masih belum 100%. Dikarenakan Pemerintah masih mengevaluasi adanya dua kegiatan besar.

Yakni, kegiatan pasca mudik lebaran dan mengevaluasi setelah jamaah haji Insonesia pulang. Kalau kepulangan para jamaah haji Indonesia tidak ada masalah, dimungkinkan pada 17 Aguatus 2023, pandemi covid -19 akan diganti menjadi endemi. (kus.gat)

Tags: