Warga Tiga Desa Blokade Jalan Kalianak

Sejumlah warga memblokade kendaraan yang melintas di Jalan Kalianak, Senin (22/2). [gegeh]

Sejumlah warga memblokade kendaraan yang melintas di Jalan Kalianak, Senin (22/2). [gegeh]

Surabaya, Bhirawa
Kecewa dengan kondisi jalan yang rusak terus menerus  dan menimbulkan korban jiwa, warga tiga desa yakni Greges, Kalianak dan Morokrembangan menggelar aksi demo memblokade Jalan Kalianak, Senin (22/2). Aksi ini mendapat animo. Atas instruksi Kepala Bidang Pelaksana Balai Besar Jatim Selamat Rasidi, jalan yang menghubungkan Surabaya-Gresik langsung diperbaiki. Perbaikan tersebut diuruk menggunakan aspal oleh sejumlah petugas Pemkot Surabaya.
Pantauan Bhirawa, keadaan sepanjang Jalan Kalianak memang cukup parah. Banyak jalan berlubang yang menyebabkan pengendara motor kerap terjatuh.  Ditambah lagi lubang-lubang yang tergolong dalam tersebut digenangi air saat hujan tiba. Alhasil, tak sedikit korban tewas di lokasi kejadian.
Hal inilah yang membuat warga Greges, Kalianak dan Morokrembangan turun ke jalan untuk menghadang kendaraan berat untuk memutar arah. Aksi ini membuat akses jalan Kalianak ditutup mulai pukul 09.00 hingga 11.00. Kendaraan yang dibolehkan melintas hanya roda dua serta mobil angkutan yang tergolong kecil.
Ketua RW 1 Kalianak, Kelurahan Genting, Kecamatan Asemrowo, Tri Muryanto mengatakan, warga sepanjang Jalan Kalianak sudah meminta kepada Pemprov Jatim dan  Pemerintah Pusat untuk segera memperbaiki jalan tersebut. Namun, permintaan mereka selalu kandas mesti sudah ada bukti foto jalan rusak.
“Kami meminta Pemprov Jatim dan Pemerintah Pusat agar Jalan Kalianak diperbaiki secara serius. Bukan hanya tambal sulam saja. Tadi malam saja, belum usai menolong orang jatuh sudah ada yang korban jatuh lagi akibat terperosok lubang yang sangat dalam,” terangnya saat ditemui Bhirawa di lokasi aksi demonstrasi, Senin (22/2).
Aksi blokade jalan sendiri sempat membuat kawasan Jalan Kalianak lumpuh. Bahkan motor pun juga dilarang warga untuk melintasi jalan tersebut. Beberapa motor yang sudah terjebak di tengah jalan, juga terpaksa dikawal pihak kepolisian agar bisa menghindari aksi blokade jalan ini.
Atas insiden tersebut, Koordinator Lapangan Aksi Heru Arifin sempat ditahan polisi yang menjaga blokade jalan tersebut. Namun akhirnya dibebaskan. Heru sendiri  menyesalkan tindakan represif aparat kepolisian dalam menghadapi demonstrasi damai warga tiga desa ini.
“Demonstrasi ini bukan untuk warga, tapi untuk pengguna jalan. Banyak lubang-lubang yang disebabkan oleh proyek Pemprov Jatim yang tidak kunjung selesai, yaitu  pembangunan got dari Barat menuju Timur. Got itu hanya selesai di depan gudang Kalianak 51,” kata Heru.
Heru menegaskan, demonstrasi ini seharusnya juga diikuti semua pengguna jalan. Sebab, selama ini banyak kecelakaan terjadi. Inilah yang menyebabkan hati warga tergerak untuk menutup jalan biar ada pembenahan dan tidak terjadi lagi kecelakaan. “Bisa dilihat data di Lantas Polres Tanjung Perak terkait data kecelakaan di sepanjang Jalan Kalianak ini,” katanya.
Setelah melakukan aksi demo, warga berbondong-bondong menuju Kelurahan Genting Kalianak, bersama dengan aparat kepolisian dan Satpol PP Kota Surabaya. Mereka mengeluarkan aspirasi mereka yang ke lima kalinya, dengan masalah yang sama di kantor kelurahan ini.
Pada pertemuan tersebut beberapa perwakilan warga mengadakan musyawarah dengan Lurah Genting Kalianak, Komisi A Kota Surabaya, dan Bidang Pelaksana Balai Besar Jawa Timur untuk mencari solusi bersama.
Kepala Bidang Pelaksana Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Selamat Rasidi mengatakan, solusi jalan di Kalianak memang kewenangan Pemerintah Pusat. Selama ini, Kementerian PU sudah mengajukan anggaran ke Kementerian Keuangan sebanyak tiga kali untuk pembebasan lahan pelebaran jalan sepanjang Kalianak.
“Pengajuan itu tidak bisa terserap karena warga tidak sepakat dengan harga,” katanya usai pertemuan dengan warga di Kantor Kelurahan Genting Kalianak.
Rasidi mengatakan, pembebasan lahan harus berdasarkan kesepakatan harga dengan warga. Jika belum bisa, maka Kementerian Keuangan tidak bisa merealisasi. “Kami sudah mengajukan sebanyak tiga kali ditolak terus. Akhirnya malu mengajukan lagi. Panjang jalan yang harus dibangun dianggarkan Rp 28 miliar per kilonya. Sementara ada 4 kilo lebih yang rencananya dibebaskan,” jelasnya.
Hasil pertemuan kemarin siang, akhirnya hanya menghasilkan solusi jangka pendek yaitu dengan menembel jalan berlubang di Kalianak. Balai Besar sempat minta waktu 10 hari untuk mengosongkan jalan dari truk trailer. Sebab, penembelan jalan tidak akan berhasil kalau tetap dilewati kendaraan berat.
“Tapi, tadi Kapolsek Asemrowo keberatan. Karena kalau ditutup total untuk trailer, maka akan mengganggu pengiriman barang di Indonesia Timur,” katanya. [geh]

Tags: