Yang Unik dari Kegiatan Jalan-jalan Asarongan

Wakil Bupati Situbondo Yoyok Mulyadi didampingi Forpimda dan Ketua TP PKK Hj Ummi Kulsum saat pemberangkatan acara Jalan-jalan Asarongan, Minggu (4/9). [sawawi]

Wakil Bupati Situbondo Yoyok Mulyadi didampingi Forpimda dan Ketua TP PKK Hj Ummi Kulsum saat pemberangkatan acara Jalan-jalan Asarongan, Minggu (4/9). [sawawi]

Pemkab Ajak Masyarakat Kenalkan Potensi Wisata Religi Khas Kota Santri
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Jika di daerah kabupaten/kota lain di Tanah Air, kini ngetren menyuguhkan potensi dan kebanggaan dunia pariwisata melalui ajang kegiatan karnaval jalan raya, sebaliknya di Kabupaten Situbondo yang dikenal dengan sebutan Kota Santri, justru mengangkat potensi wisata religi dengan kegiatan Jalan-jalan Asarongan, Minggu (4/9) pagi kemarin.
Kegiatan Jalan-jalan Asarongan yang unik dan membanggakan publik itu banyak menyedot animo masyarakat setempat. Suasana berlangsung meriah. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Situbondo yang ke-198 tahun dan dihelat di Alun-alun Kota Situbondo.
Sebelum dilepas Wakil Bupati Situbondo H Yoyok Mulyadi, para peserta  lebih dahulu berkumpul di Jalan Kartini Nomor 1, persis di depan Alun-alun kota. Dari ratusan peserta, mereka menggunakan corak dan motif sarung yang berbeda-beda dengan peserta lain. Bahkan ada peserta yang memakai motif sarung khas kain batik Situbondo yang bernuansa batik kerang. Pun demikian, para peserta perempuan yang dikomandani Ketua TP PKK Kabupaten Situbondo Hj Ummi Kulsum, memakai motif sarung dengan garis-garis cerah.
Dalam sambutan singkatnya, Wabup Yoyok Mulyadi sangat mendukung penggagas acara Jalan-jalan Asarongan atau dalam bahasa Indonesianya mengandung makna jalan-jalan dengan memakai sarung tersebut. Pasalnya, kata mantan Kadis Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Situbondo itu, kegiatan unik dan religius tersebut sangat cocok dengan nama dan julukan yang disandang Kabupaten Situbondo sebagai Kota Santri (Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Ramah dan Indah) itu. “Kegiatan ini bagus karena mengandung makna keislaman,” ujar Yoyok Mulyadi.
Heboh kegiatan Jalan-jalan Asarongan, kian terlihat ketika orang nomor dua di jajaran Pemkab Situbondo melepas bendera, tanda dimulainya acara yang baru pertama kali digelar di Kota Bumi Salawat Nariyah tersebut. Tanda musik dan lagu-lagu Islam pun diputar untuk mengiringi kemeriahan acara yang mendapat dukungan masyarakat dan kalangan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kabupaten Situbondo tersebut. Tak sedikit pula para camat se-Kabupaten Situbondo yang tergabung dalam wadah Fosmat ikut melambaikan tangan, sinyal ajakan kepada penonton untuk menyambut acara Jalan- jalan Asarongan kemarin. “Ayo sukseskan’,” teriak Camat Panji Nugroho.
Di sepanjang jalan yang dilewati acara ini yakni rute Jalan Kartini, Jalan Ahmad Jakfar, Jalan Ahmad Yani, belok kanan ke Jalan Madura dan Jalan Diponegoro hingga finish di Alun-alun kota,  kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari warga Situbondo, baik anak anak, remaja dan kalangan orang dewasa. Mereka tak bosan ikut meneriakkan yel-yel keunikan peserta di pinggir jalan raya. Bahkan tak sedikit pula yang tertawa lepas, karena melihat kelucuan para peserta dalam memakai sarung. “Ini lucu. Bagus untuk disinambungkan setiap tahunnya,” teriak salah satu penonton di Jalan Diponegoro kemarin.
Kasubag Humas Bidang Dokumentasi Yanto Agus membenarkan jika Pemkab Situbondo menggelar kegiatan unik dan religi bernama Jalan- jalan Asarongan kemarin. Makna yang dapat dipetik dari kegiatan ini, urai Yanto Agus, untuk menunjukkan jati diri Kabupaten Situbondo sebagai Kota Santri, dimana mayoritas penduduknya sebagai seorang muslim. “Kegiatan ini juga merupakan representasi bahwa sebagai salah satu kabupaten di Indonesia, Situbondo juga menjunjung tinggi adanya kearifan lokal,” ujar mantan pegawai di Bappeda Situbondo itu kemarin.
Yanto Agus menambahkan, Pemkab Situbondo sengaja mengangkat sarung sebagai pakaian acara Jalan-jalan Asarongan karena sarung sendiri merupakan ciri khas masyarakat Kabupaten Situbondo yang sebagian besar beragama Islam. “Ini untuk menunjukkan kepada kalangan masyarakat regional, nasional serta dunia, bahwa sarung itu bagian tak terpisahkan dari ciri khas seorang muslim di Indonesia pada umumnya serta Kabupaten Situbondo pada khususnya,” pungkas Yanto Agus. [Sawawi]

Tags: