Abadikan Ruang dan Manusia dalam Bingkai Foto

2-Pengunjung saat mengamati foto karya Bertrand Meunier yang dipamerkan di Galeri Art House of Sampoerna (HoS) Surabaya, Selasa (176). gehSurabaya, Bhirawa
Festival seni budaya Prancis atau ‘Musim Semi Prancis’ ke-10 tahun ini di Surabaya tak terasa menapaki acara terakhirnya. Bekerjasama dengan House of Sampoerna (HoS) untuk penyelenggaraan acara pada penghujung festival ini. Sebanyak 69 foto karya fotografer Prancis Bertrand Meunier bertajuk ‘Hub Side Down’ yang menyorot urbanisasi di Lima Kota Meganpolitan Asia ini.
Penanggungjawab Budaya dan Komunikasi IFI, Pramenda Krishna mengatakan, pameran foto ini mengakhiri festival Budaya Prancis ke 10 di surabaya yang di gelar di Galeri Art House of Sampoerna (HoS) sampai 23 Juni mendatang.
” Bertrand Meunier adalah peraih beragam penghargaan fotografi, diantaranya penghargaan Niepce pada tahun 2007, membuat karya dengan pendekatan sinematografis. Setelah studi lapangan, ia merangkai seri gambar dan mengkonstruksi kejadian,” jelasnya ketika di temui Bhirawa di HoS, Selasa (17/6).
Didampingi Manajer Museum ‘HoS’ Rani Anggraini, ia menjelaskan Bertrand Meunier membidik lima kota megapolitan Asia yaitu Hong Kong, Bangkok, Tokyo, Shanghai, Jakarta untuk mengabadikan ruang dan manusia yang ada didalamnya.
” Ia menghasilkan karya yang bertekstur grainy atau berpasir, dimana teknik ini memberikan kesan unik, namun tetap artistik pada foto karyanya,” ungkapnya.
karya-karyanya, tambah Pramenda Krishna, karya-karyanya menampilkan keresahan manusia kota yang diambil dengan pendekatan ekspresionis. Bertrand mengetuk empati kita melalui kegelisahan yang tersirat dari raut wajah dan perilaku manusia yang terbidik oleh kameranya sekaligus memberikan perspektif baru mengenaikemanusiaan yang dihadapkan secara langsung pada dunia science-fiction yang mewujud dalam foto hitam-putih, grainy dan berukuran besar.
” Dalam 69 foto itu, Meunier fokus kepada manusia sebagai objek utama dengan menghilangkan unsur arsitektur pada latar belakangnya untuk memberikan penekanan terhadap sisi humanisme setiap individu dalam menghadapi globalisasi,” tambah Pramenda.
Proyek ini diawali dengan dibuatnya karya foto mengenai Tiongkok pada tahun 2004. Tiongkok berhasil membuka perspektifnya akan sebuah kota modern, yang kemudian tertuang sebagai kota imajiner dan berkesan fiksi-ilmiah dalam karya fotonya.
Hal tersebut mendorongnya untuk merambah kota besar lain di Asia, seperti Hong Kong, Bangkok, Tokyo dan Shang-hai. Bahkan, atas undangan IFI, ia menetap di Jakarta selama bulan Februari 2014 untuk melakukan proyek yang sama di Jakarta untuk dipamerkan di Jakarta dan Surabaya sebagai acara penutupan 10 tahun Printemps Français di Surabaya.
” Printemps Français merupakan sebuah festival musim semi skala nasional yang memperkenalkan khazanah seni modern Prancis sekaligus memberikan kesempatan bagi masyarakat serta seniman Indonesia untuk berinteraksi dengan seniman Prancis,” katanya.
Bertrand Meunier menyelami bidang perubahan sosial dan telah tinggal di China selama 12 tahun, kemudian berkelana ke sejumlah meganpolitan Asia, termasuk di Jakarta, pada awal 2014. ” Ia juga menjadi bagian dari perkumpulan fotografer Tendance Floue,” tambahnya.
Karyanya juga telah meraih berbagai penghargaan tingkat internasional seperti: penghargaan ‘Niépce’ (2007); penghargaan ‘Joseph Kessel’ (2006); penghargaan ‘International Media’ (2005), ‘Photo of the Year’ dari sebuah majalah Jerman ‘Die Pageszeitung’ (2003), dan penghargaan ‘Oskar Barnack’ (2001).
Selain pameran foto tentang urbanisasi pada lima kota megapolitan Asia, Festival Budaya Prancis ke-10 juga dimeriahkan dengan tari kontemporer, musik klasik, musik elektro, teater, musik folk (jazz), hip hop, dan sebagainya. [geh]

Keterangan Foto:  Pengunjung-saat-mengamati-foto-karya-Bertrand-Meunier-yang-dipamerkan-di-Galeri-Art-House-of-Sampoerna-HoS-Surabaya. [geh/bhirawa]

Tags: