Bisa Ungkapkan Perasaan dan Imajinasi Lewat Film

Yuniardo Alvares

Yuniardo Alvares
Industri kreatif tengah digandrungi remaja di Indonesia. Aktivitas fotografi dan videografi kini menjadi daya tarik mereka untuk mengembangkan kemampuannya bidang industri kreatif.
Hal itu juga yang dilakukan pelajar kelas 12 IPA SMA Khadijah Surabaya, Yuniardo Alvares. Laki-laki yang akrab disapa Ardo ini mulai mengasah kemampuannya untuk penyutradaraan dan penulisan skenario. Terbukti, beberapa kali ia pun mendapat berbagai penghargaan dan menang di beberapa festifal film. Menurut dia, melalui film ia bisa menyuarakan dan menyampaikan perasaan dan imajinasinya dalam bentuk visualisasi. Yang mana, dari hasil karya itu bisa dinikmati oleh semua orang.
“Melalui film saya lebih bisa berekspresi dan menunjukkan diri saya,” ungkap laki-laki kelahiran Lumajang 3 Desember 2000 ini.
Kendati begitu, diakui Ardo menjadi sutradara bukanlah sebuah hal yang mudah. Sebab, pihaknya harus menerjemahkan makna dari tulisan skenario ke dalam visual.
“Apa yang ada dipikiran kita tarik kedalam frame yang kita buat. Sehingga orang bisa melihat apa yang ada di pikiran atau imajinasi kita,” kata dia. Lebih lanjut, seperti dalam pembuatan projek film SEKARAT yang baru-baru ini mendapat juara 1 dari Badan Pemeriksaan Keuangan Pitching Forum nasional kategori dokumenter. Dalam film tersebut ia mengangkat sisi lain Taman Hiburan Rakyat (THR) yang merupakan aset budaya masyarakat Surabaya, yang perlahan ditinggalkan oleh pewarisnya.
“Yang saya buat ini film dokumenter dengan sisi lain tokoh dalam panggung budaya di THR. Setiap minggu selalu ada penampilan. Setiap hari ada penampilan. Tapi sayangnya sedikit sekali yang ngelihat,” urainya.
Melalu karya itu, sambung dia, kami ingin menghidupkan kembali semangat dan motivasi untuk menjaga aset budaya bangsa, yakni Ludruk. Bukan hanya, para penggiat, dan para pemainnya tapi juga penonton.
“Saya juga bayak mengetahui sisi lain para tokoh pemainnya. Mereka berusaha membangun sendiri warisan budaya ini hingga bisa mendapatkan tempat ‘kembali’. Beberapa pemain muda mulain banyak di pertunjukkan ludruk. Dan mereka mulai membangun pertunjukkan kembali. Kalau kita nggak support siapa lagi?,” papar usutradara film Nyanyang pada Festifal ARU Film Kalimantan.
Di lain sisi, ia juga menyebut dibanding menjadi seorang penulis skrenasio, putra pasangan Musyafi dan Aniq Silfiana ini lebih memilih menjadi seorang sutradara.
“Nggak tau ya, lebih greget aja jadi sutradara. Mungkin karena dari kecil udah dikenalkan sama ayah dengan kamera pocket. Jadi kejadian apapun itu pasti direkam meskipun gambarnya ya masih berantakan,” lanjut dia.
Bagi dia, selain mempunyai perjalanan yang panjang mulai dari pra produksi hingga pemutaran film, seorang sutradara juga selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan di setiap cerita yang akan difilmkan.
“Dari semua film yang saya buat, seperti film indie, film pendek dan film panjang yang lebih menantang buat saya adalah film panjang. Karena kita harus ngontrol satu tim dari mulai mood hingga suasana. Jadi tantangan masing-masing jenis film ini beda-beda,” jelas dia.
Ia berharap ke depan, dengan hasil karya yang selama ini bisa dilakukan bisa dikembangkan. Sehingga bisa dinikmati oleh penonton.
“Apa yang bisa dikembangkan terus dikembangkan,” tegas laki-laki yang mempunyai tahi lalat di dagu sebelah kiri ini. [ina]

Tags: