Frekuensi Pendidikan Indonesia

Maratus SholikahaOleh:
Maratus Sholikaha
Penulis Adalah Mahasiswi Jurusan Filsafat Agama UIN Sunan Ampel Surabaya dan Aktivis Laskar Ambisius

Mendidik adalah tugas semua orang yang terdidik. Akan menjadi fatal jika orang yang harusnya dididik menjadi korban mereka yang telah terdidik (pemerintah yang tidak amanah). Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen bagi suatu bangsa jika ia ingin memiliki daya saing tinggi. Ketika suatu bangasa menganaktirikan pendidikan, mungkin negaranya akan menjadi negara yang termiskin didunia. Karena ia tidak mampu mengolah dan memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ia miliki dengan baik. Normalnya, jika semakin tinggi jumlah penduduk suatu bangsa, harusnya bangsa tersebut semakin makmur dan sejahtera. Karena pemerintah memaksimalkan  dan berusaha memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang dimiliki dengan baik.
Sangat mengagumkan, Australia yang dulunya merupakan tempat pembuangan atau penampungan penjahat kulit putih dari Eropa, sekarang menjadi salah satu negara paling makmur di dunia dan menjadi kiblat pendidikan. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Australia lebih besar ketimbang mereka yang ke Amerika (Komarudin Hidayat, Koran Sindo, 12/09). Tetapi yang mengenaskan adalah, dulunya rakyat Malaysia banyak yang belajar di Indonesia. Karena menganggap Indonesia merupakan negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik pada zamannya. Tetapi dewasa ini semuanya berputar seratus delapan puluh derajat. Tidak sedikit  Warga Negara Indonesia (WNI) yang belajar ataupun malah menjadi tenaga pengajar di negri singa putih tersebut. Dengan alasan pemerintah sana mampu memberikan gaji dan jaminan  hidup yang lebih baik.
Waspada
Tidak hanya di Malaysia, negara-negara di Eropa  banyak menyediakan beasiswa bagi warga Indonesia yang berkualitas. Dengan jaminan bisa mengabdi di negara tersebut untuk beberapa tahun. Lalu siapa yang akan merubah Indonesia jika orang-orang yang memiliki skill itu mengabdi  untuk kemajuan negri orang?
Harusnya Indonesia mampu mengambil pelajaran berharga dari kejadian BJ. Habibi. Orang yang berbakat seperti dia memilih mengembangkan skill nya (merakit pesawat terbang) di negri orang ketimbang tanah kelahirannya sendiri. Itu dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah kepada rakyatnya. Mereka (pemerintah)  terlalu sibuk dengan catur perpolitikan yang semakin hari seperti kehilangan nahkoda.
BBM, kebutuhan pokok, dan uang SPP sekolah semakin hari semakin naik. Tetapi sayang, kesejahteraan rakyat jauh dibawahnya. Mereka yang berada di Timur untuk menuju sekolah harus berjalan kaki. Sedangkan mereka yang berdasi dan berjanjii untuk memaslahatkan rakyat sibuk dengan merek mobil yang akan mereka kendarai.
Pendidikan yang Salah Arah
Yang lebih lucu dari negeri ini adalah orang-orang yang ingin pintar (sekolah) selalu dibatasi. Harus melewati banyak tes untuk masuk sekolah maupun perguruan tinggi. Tidak jarang mereka yang kurang mampu dalam hal finansial yang passion awalanyanya di fakultas kedokteran harus banting setir belajar di fakultas pendidikan. Dengan alasan gagal tes ujian ataupun karena segudang alasan yang lain. Berbeda halnya orang yang pandai dan berkecukupan, hanya dengan membuka mulut saja kursi sudah ada digenggaman.
Bukankah seharusnya pendidikan diberikan kepada mereka yang perlu dididik? Jika semua orang yang dianggap kurang mampu (bodoh) tidak diberi kesempatan untuk belajar, akan dikemanakan mereka? Padahal merekalah aset negara kita.
Banyak sekali beasiswa yang disiapkan pemerintah untuk anak-anak yang pandai dan cerdas, tetapi tidak untuk mereka yang memiliki kekurangan (keterbatasan). Semuanya terpaku pada nilai dan prestasi, membuat anak yang harusnya menadapatkan perhatian pendidikan lebih merasa dianaktirikan di tanah kelahirannya sendiri.
Dipembukaan undang-undang 1945 sebenarnya sudah sangat jelas, bahwasanya kecerdasan warga negara merupakan tanggung jawab negara. Selain itu, di dasar negara (pancasila) poin kelima haruslah kemabali kita cerna. Keadilan tidak hanya untuk mereka yang mampu dan bisa melakukan segalanya. Tetapi keadilan adalah hak bagi semua rakyat Indonesia.
Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan suatu negara. Negara akan dinilai memiliki daya saing jika pemerataan pendidikan dinegaranya baik. Dan perlu kita tahu, mendidik tidak hanya memusnahkan mereka yang buta huruf. Tetapi jauh dari itu, pemerintah harus mampu memanfaatkan dan mengoptimalisasikan orang-orang yang telah terdidik nantinya untuk kemaslahatan bangsa.

—————————– *** ——————————-

Rate this article!
Tags: