Inovasi Mahasiswa Departemen Teknik Biomedik ITS bagi Disabilitas

Inovasi mahasiswa Departemen Teknik Biomedik ITS yang mengembangkan kursi roda elektrik yang bisa digerakkan maju, mundur, belok dengan joystik.

Kembangkan Kursi Roda Elektrik, Alat Bisa Digerakkan Maju, Mundur, Belok dengan Joystik
Kota Surabaya, Bhirawa
Penggunaan kursi roda manual masih dianggap kurang efektif bagi penyandang disabilitas. Ini didasarkan dari penelitian yang telah dilakukan tim dosen dan mahasiswa Departemen Teknik Biomedik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Melihat hal tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat (Abmas) ini mengembangkan Kursi Roda Elektrik Kendali Joystick dengan meja portable.
Kursi Roda Elektrik Kendali Joystick dengan meja portable merupakn pengembangan dari kursi roda manual. Dengan menambah perangkat motor, kursi roda ini kemudian menjadi kursi roda elektrik. Menariknya, alat ini dapat digerakkan maju, mundur, maupun belok ke samping dengan menggunakan joystick.
“Agar lebih praktis, kami menggunakan baterai sebagai sumber daya listriknya, sehingga dapat di-charge ulang,” papar salah satu tim dosen Abmas, Eko Agus Suprayitno, Rabu (15/9).
Selain itu, lanjutnya, kursi roda elektrik ini juga dilengkapi dengan meja portable yang berfungsi untuk memaksimalkan kebutuhan pengguna dalam mobilitas. “Fitur meja portable ini sedang kami garap dan masih dalam tahap penyelesaian,” cetus Eko.
Dari sisi keamanan, tambah Eko, kursi roda juga dilengkapi dengan sabuk pengaman, sehingga berpotensi mengurangi pengguna terperosok ke depan. Berbeda dengan kursi roda pada umumnya, alat ini dapat dilipat sehingga memudahkannya untuk dibawa berpindah tempat.
“Yang terpenting, alat kami juga dilengkapi manual book untuk memandu pengguna dalam pengoperasian dan perawatannya,” terangnya.
Dijelaskn Eko, penelitian mengenai kursi roda listrik merupakan salah satu contoh teknologi asistif yang cukup berkembang di Departemen Teknik Biomedik.
“Dengan adanya permasalahan ini, diseminasi hasil penelitan menjadi lebih berguna bagi masyarakat yang membutuhkan,” tutur dosen kelahiran Pasuruan, 13 Agustus 1987 tersebut.
Pengembangan inovasi ini, dikatakan Eko tak lepas dari hasil penelitian tim mahasiswa dan dosen Abmas ITS ini. Pasalnya, berdasarkan studi kasus di SLB YPAC Surabaya, dalam aktifitasnya siswa masih memanfaatkan kursi roda konvensional. Terlebih, setiap siswa memerlukan pendampingan guru secara khusus untuk bergerak dan berpindah. “Padahal jumlah sumber daya guru di sana (SLB YPAC,red) lebih sedikit dibanding jumlah siswanya,” urainya.
Dalam pengembangan inovasi, terdapat enam dosen dan 10 mahasiswa Departemen Teknik Biomedik, tim yang juga tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas ITS) ini telah menjalankan kegiatan penelitian sejak Juni dan akan berakhir pada bulan September. Sebelumnya, kursi roda elektrik ini yang sudah rampung di tahun 2020 telah digunakan untuk pelatihan dan sosialisasi kepada guru dan siswa SLB YPAC Surabaya Agustus lalu.
“Usai sosialisasi bulan lalu, kami melihat antuasiasme siswa dan guru di sana sangat tinggi dalam menyambut kursi roda elektrik ini,” ujar lelaki yang mendapat gelar magisternya di Teknik Elektro ITS tersebut.
Beberapa program kegiatan seperti survei dan sosialisasi dilakukan secara offline dengan menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat mengingat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Ke depan, Eko berharap hubungan kerja sama antara Departemen Teknik Biomedik dengan SLB YPAC Surabaya dapat terus berkembang dan terjalin dengan baik, khususnya di bidang teknologi asistif.
“Kami juga berharap hasil produk riset kami dapat diimplementasikan dalam membantu siswa siswi yang berkebutuhan khusus di SLB YPAC Surabaya, sehingga diseminasi produk iptek hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat atau mitra yang membutuhkan,” pungkasnya. [Diana Rahmatus]

Tags: