Jombang, Bhirawa
Sedikitnya 1.466 hektare sawah produktif di Jombang Jatim tidak bisa ditanami, akibatnya petani terpaksa menunggu turun hujan untuk bisa mengolah lahan mereka. Kondisi ini disebabkan 19 waduk atau embung yang menjadi sumber air sebelum musim kemarau kini telah mengering.
Kekeringan waduk paling parah terjadi di Kecamatan Kabuh dan Plandaan Jombang, tercatat sebanyak lima waduk di kawasan wilayah utara Jombang ini debit airnya menyusut. Bahkan tiga waduk diantaranya Waduk Grojogan Di Desa Pelabuhan Plandaan. Waduk seluas lima hektare ini telah kering krontang sejak dua bulan lalu telah kering total.” Sudah sejak dua bulan lalu, waduk ini kering, padahal petani mengandalkan wadukkhususnya waktu musim kemarau seperti sekarang ini,”ujar Suladi warga desa pelabuhan
Akibat kekeringan ini, kondisi tanah di dasar waduk telah retak-retak selain itu pintu air juga tampak tak terurus. Padahal waduk ini biasanya mengairi lahan sawah seluas 98 hingga 200 hektare kini lahan yang mengandalkan Waduk Grojogan hanya menunggu hujan turun warga berharap pada bantuan pemerintah setempat untuk dibuatkan sumur bor atau sumur artesis.
Kepala Dinas PU Pengaran, Arif Gunawan mengatakan, selain Waduk Grojogan, waduk yang telah mengering sebanyak 18 waduk yang tersebar di lima kecamatan yakni kecamatan Kabuh, Plandaan, Ploso, Kudu Dan Ngusikan air waduk ini belum kering sama sekali. ” Namun air yang ada tidak bisa dimanfaatkan petani sebab pintu air jauh lebih tinggi dibanding permukaan air waduk,” ujarnya mengatakan.
Akibat keringnya ke-19 waduk tersebut, lahan sawah seluas 1.466 hektare kini tidak bisa ditanami sehingga banyak petani yang alih profesi. Sebab untuk turun ke sawah lagi menunggu turun hujan jika para petani memaksa tanam maka harus menggunakan air bawah tanah dengan biaya produksi yang tinggi. [rur]