2.500 Siswa Beradu Kompetensi dalam LKS SMK Jatim

Sekdaprov Jatim Dr Achmad Sukardi didampingi Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Kabid Dikemenjur Dr Hudiyono dan Kepala BNSP Sumarna melihat secara langsung kompetisi membatik dalam ajang LKS SMK 2016 di Nganjuk.

Sekdaprov Jatim Dr Achmad Sukardi didampingi Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Kabid Dikemenjur Dr Hudiyono dan Kepala BNSP Sumarna melihat secara langsung kompetisi membatik dalam ajang LKS SMK 2016 di Nganjuk.

Delegasi Indonesia di World Skill Competition 2017 Didominasi Jatim
Pemprov, Bhirawa
Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK kembali digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Suasana berbeda terasa di ajang yang diikuti 2.500 siswa SMK dari 38 kabupaten/kota se Jatim ini. Karena sebagai juara juara umum LKS SMK tingkat Nasional, Jatim mendapat tantangan untuk mempertahankan prestasi itu di tahun mendatang.
Apresiasi datang dari berbagai berbagai pihak atas perkembangan dan prestasi yang sudah diraih dunia pendidikan kejuruan di Jatim. Tingginya jumlah lembaga SMK, peminat pendidikan kejuruan, link and match dengan dunia usaha dan dunia industri serta terobosan dalam merespon revitalisasi SMK. Semuanya langkah itu direkam dengan baik oleh Kemendikbud dan menjadi perhatian penting.
“Jatim telah mendukung dengan sangat baik dalam pengembangan SMK di Indonesia. Dengan derasnya dukungan dari berbagai pihak, kita proyeksikan siswa SMK Jatim pada 2026 mendatang akan menjadi 1,5 juta,” tutur Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Drs Mustaghfirin MBA dalam pembukaan LKS SMK Jatim 2016 di Gelanggang Olahraga Bung Karno Kabupaten Nganjuk, Sabtu (5/11).
Mustaghfirin menyebut, Jatim telah berhasil menjadi juara umum dalam LKS SMK tingkat Nasional pada Mei lalu. Dari ajang itu, Jatim akan menjadi peserta paling banyak yang menjadi delegasi Indonesia dalam World Skill Competition di Abudabi 2017 mendatang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr Achmad Sukardi menyebutkan, perkembangan SMK akhir-akhir ini menambah optimisme Jatim terhadap lulusan SMK. Kompetensi yang dimiliki lulusannya, tidak hanya menjadi modal untuk mencari kerja di dalam negeri, melainkan juga akan berdaya saing di luar negeri. “Kalau siswa SMK itu bekerja di luar negeri, tidak perlu lagi kepingin jadi bupati, anggota DPR atau gubernur. Gajinya lebih besar berkerja di luar negeri,” kata Sukardi.
Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman mengungkapkan, LKS SMK tingkat provinsi tidak hanya ajang untuk mengukur dan memetakan kompetensi siswa. Karena dari ajang ini, akan dipilih bibit unggul yang akan dikirimkan pada LKS tingkat nasional di tahun berikutnya. “Ada 55 bidang lomba yang digelar pada kesempatan ini. Penilaian akan dilakukan seobjektif mungkin sebagai salah satu cara untuk memilih delegasi terbaik di tingkat nasional,” tandasnya.
Selain ajang untuk mempertahankan prestasi, momentum ini juga menjadi kesempatan bertemunya dunia usaha dan dunia industri dengan pelaku pendidikan kejuruan. Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dindik Jatim Dr Hudiyono menerangkan, standar dalam lomba ini telah disesuaikan dengan standar industri. “Kita ajak 100 pelaku industri untuk mendeklarasikan gerakan industri kunjung ke sekolah. Dari situ, setiap minggu akan ada  pelatih tempat industri yang mengajar di sekolah. Khususnya SMK rujukan di Jatim,” tutur Hudiyono.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Nganjuk Drs H Taufiqurrahman MKP mengungkapkan kegembiraannya telah ditunjuk sebagai tuan rumah ajang bergengsi ini. Menurutnya, ajang ini akan memiliki berbagai dampak positif bagi daerah yang dia pimpin. Salah satunya ialah mempromosikan pendidikan kejuruan di daerahnya.
“Kami memahami, selama ini keluhan dunia usaha dan dunia industri adalah kurangnya sinergi dengan dunia pendidikan. Karena itu, langkah membangun sinergi dengan industri seperti saat ini merupakan kesempatan penting untuk menambah kepercayaan perusahaan terhadap lulusan SMK,” pungkas dia.

Peserta Menginap di Rumah ‘Sedulur Dewe’
Ajang LKS SMK Jatim tak sekadar euforia peserta didik pada satuan pendidikan kejuruan. Sebab di sana, peserta dituntut harus cepat beradaptasi dengan sebuah lingkungan yang baru. Bukan di penginapan atau di hotel, selama empat hari, seluruh peserta dititipkan di rumah-rumah warga. Dindik Jatim menamakan ini sebagai ‘sedulur dewe’.
“Dengan program sedulur dewe, kami berharap anak-anak SMK ini akan terbangun karakternya. Mereka akan belajar bagaimana hidup dengan masyarakat yang baru dan belajar disiplin di rumah orang lain,” kata Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman. Dalam pembukaan LKS, Saiful menitipkan secara langsung para peserta kepada orang tua asuh sedulur dewe yang merupakan warga setempat.
Kabid Dikmenjur Dindik Jatim Dr Hudiyono menambahkan, dengan tinggal di rumah penduduk, transaksi karakter akan terjadi antara peserta dengan sedulur dewe (warga). Ini seperti ketika lulusan SMK harus terjun ke industri. Mereka dihadapkan di dunia yang baru dan harus cepat beradaptasi.
“Kelemahan utama lulusan SMK ini adalah mental. Kompetensi mereka bagus tapi etosnya lemah tidak akan berguna. Karena itu, kita juga harus melatih karakter mereka memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin, dan cepat beradaptasi,” pungkas Hudiyono. [tam]

Tags: