2015, 92 Ekor Hewan Ternak Mati di Bojonegoro

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Disnakan Kabupaten Bojonegoro, Catur Rahayu Kusumaningsih

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Disnakan Kabupaten Bojonegoro, Catur Rahayu Kusumaningsih

Bojonegoro, Bhirawa
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bojonegoro, mencatat sejak Januari hingga Desember tahun 2015 mencatat 92 ekor hewan ternak mati karena kena penyakit. Namun jumlah tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2014 mencapai 100 ekor hewan yang mati.
“Matinya hewan ternak tersebut ada beberapa faktor yakni keracunan, indigesti (ganggungan pencernaan), kembung, titanus, cacing hati dan lainnya,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Disnakan Kabupaten Bojonegoro, Catur Rahayu Kusumaningsih, Rabu (30/12).
Menurut dia, matinya hewan ternak karena terserang penyakit, termasuk saat pergantian musim, membuat hewan rentan terserang berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan hewan mati. “Pada pergantian musim ini rentan penyakit pada hewan ternak. Pemilik hewan ternak harus waspada terhadap dengan pergantian musim kemaru ke musim penghujan,” jelasnya.
Ia merinci tahun ini terdapat 92 ekor hewan yang meninggal, diantaranya 51 ekor sapi, 12 ekor kambing dan 29 ekor domba. “Hewan ternak kena panyakit daerahnya merata hampir di semua wilayah, tetapi kematiannya tidak sampai satu persen dari jumlah populasi yang terus meningkat,” terangnya.
Menurutnya , Dinas Kesehatan Hewan harus segera mengambil langkah prefentif agar kasus ini tidak meluas. Apalagi saat ini sedang memasuki musim hujan. Musim seperti ini bisa menimbulkan beragam penyakit. Saat ini Dinsnakan Bojonegoro juga melakukan kesiapsiagaan peralatan pengobatan hewan, serta menyiapkan manteri-manteri pengobatan bagi hewan.
“Selain itu memantau ketinggian bengawan solo dan harus memantau ternak-ternak, ketika nanti perlu diungsikan,” imbuhnya.
Terpisah, salah satu peternak ayam mengkhawatirkan adanya virus flu burung pada musim hujan. Sebab, hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar peternak ayam. “Kalau di musim hujan saat ini yang dikhawatirkan virus flu burung dan nayamuk malaria,” kata Jumali.
Dikatakan Jumali, dalam dua tahun terakhir ini alhamdulilah ayam-ayamnya tidak pernah mati karena virus tersebut. Sebab, dia selalu memberikan desinfektan pada kandang ayamnya. “Selain itu, dia juga memberikan vaksin pada ayam yang diternaknya,” ucap salah satu peternak ayam di Desa Padang, Kecamatan Trucuk.
Jumali menjelaskan, pada musim hujan ayam memang rentan terkena penyakit. Dalam seminggu ada lima hingga tujuh ekor ayam yang mati karena berbagai sebab. Ada yang stres ada juga yang kena penyakit tetelo (telonen).
Selain penyakit, yang sering dikeluhkan peternak ayam adalah mahalnya harga pakan. Sebab, harga pakan ayam tersebut sering mengalami kenaikkan. Hal tersebut membuat harga ayam di pasaran terus naik. “Jika harga pakan stabil, harga ayam juga akan stabil. Dan begitu sebaliknya,kalu harag pakan mahal akan berdamp[ak harga ayam naik,” pungkasnya. [bas]

Tags: