Wajar adanya, jika sektor pertanian sampai kapanpun tidak akan ada habisnya mendapat perhatian publik. Salah satunya, melalui upaya pengawalan terhadap progress sektor pertanian itu sendiri. Terutama bisa terukur melalui tingkat kesejahteraan petani. Nah, di tengah situasi tingkat penyebaran Covid-19 yang masih terbilang masiv terjadi. Lima bulan sudah Covid-19 merasuk ke Indonesia, yang faktanya kita semua belum berhasil beranjak untuk menyingkirkannya. Bahkan, dampaknya pun seperti kita ketahui perekonomin nasional mengalami pelemahan di berbagai lini.
Namun, meski demikian ada secerca gembira datang dari sektor pertanain. Pasalnya, sektor pertanian justru mengalami pertumbuhan positif. Ini terlihat dari penerimaan petani atas harga gabah yang terus meningkat. Melangsir dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Juli 2020 mengalami kenaikan sebesar 100,09 atau naik 0,49 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP tersebut, lebih disebabkan karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,47 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,2 persen.
Itu artinya, kesejahteraan petani saat ini mengalami peningkatkan dari harga gabah yang diperolehnya. Logikanya lagi, yang wajib kita syukuri bersama dari data BPS tersebut adalah memberikan gambaran bahwa beras yang kita miliki sangat melimpah di pasar. Selain itu, juga dapat tersimpulkan bahwa selama ini sektor pertanian tidak pernah mengenal pandemi dan krisis. Termasuk Pandemi Covid-19. Jadi besar kemungkinan dengan adanya peningkatan kesejahteraan petani saat ini akan memberikan efek positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, saatnya kita tumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya mengawal kesejahteraan petani, melalui hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani muda.
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang