Asah Kemampuan Akademik Siswa Lewat Buku Cerita Matematika

Rina Rusdiana (tengah), Seroja Miftahul Jannah, Vina Erni Pratiwi (kudung hitam) menunjukkan materi pembelajaran dalam Matryk “Math Story Book”.

Desain Media Pembelajaran Bagi Tuna Grahita
Surabaya, Bhirawa
Terobosan inovasi dalam media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mempermudah siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. Selain itu, dengan adanya media pembelajaran yang inovatif, diharapkan siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan.
Seperti yang termuat dalam Matryk “Math Story Book”, yang dibuat oleh Rina Rusdiana, Seroja Miftahul Jannah dan Vina Erni Pratiwi. Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mendesain buku pembelajaran matematika bagi siswa SD penyandang Tuna Grahita. Pasalnya, dari penelitian magang di SDLB Kumara 2 Surabaya jl Kalibokor, ditemukan bahwa siswa tuna grahita mengalami masalah yang cukup sulit dalam menyelesaikan soal matematika.
“Dari penelitian itu, kita temukan bahwa mereka (siswa) ini menyukai buku yang berwarna dan bergambar. Selain itu juga pembelajaran yang nyata. Mangkanya kami desain dan tuangkan dalam Matryk ini,”ujar Ketua tim Rina Rusdiana.
Dalam satu buku Matryk, mahasiswa semester enam ini menjelaskan jika materi yang dibahas adalah seputar kegiatan sehari-hari. Seperti cerita berangkat sekolah yang merupakan bentuk komunikasi guru dan siswa, cerita kantin dan berbagi yang memuat operasi hitung dan cerita saling membantu. Tujuannya, agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan dalam bentuk yang sederhana dan mudah dimengerti secara visual.
Rani mengaku, penerapan materi Matryk mendapatkan respon dan antusiasme yang positif dari siswa. Hal itu dibuktikkan dari hasil nilai akademik siswa yang meningkat.
“Sebelum kita ajarkan materi Matryk ini, rata-rata nilai akademik mereka 35.6. tapi setelah kami ajarkan nilainya meningkat di rata-rata 70,”ujar dia.
Tidak hanya sekedar mengajarkan operasi hitung matematika dalam satu buku, namun pihaknya juga merekrut kader dalam media pembelajaran tersebut untuk bisa mengembangangkan materi yang lainnya. dalam hal ini, ia bekerjasama dengan para guru.
“Kader dipilih dari nilai terbaik dan aktif dikelas. Tapi sebelum itu, kita juga mengkader gurunya. Agar dalam penerapannya, guru juga memahami bagimana alur Matryk sesuai buku panduan yang kami berikan,”papar nya.
Pasalnya, sambung dia, dalam satu buku ada lima soal yang harus diselesaikan oleh siswa. Dan materi tersebut bisa dikembangkan oleh gurunya. Sehingga, buku ini menjadi tantangan juga bagi guru untuk membuat soal yang kondisional.
“Karena selain kita berikan pemahaman dalam pembelajaran kami juga ingin melatih cara berpikir imajinatif mereka,”tuturnya.
Alhasil, inovasi buku Matryk yang hanya berbahan dari flannel, benang dan kertas karton ini lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang diadakan Kemenristekdikti tahun 2019 ini. ke depan pihaknya berharap bisa mengembangkan materi Math Story Book (Matryk) dengan materi bangun datar maupun materi matematika yang lainnya.
Sementara itu, Rektor UMSurabaya, Sukadiono memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang proposal PKM nya lolos ke Pimnas. Menurut dia, hal tersebut merupakan pencapaian terbaik. Apalagi tahun ini ada tiga tim yang lolos ke acara bergengsi tingkat Nasional yang diadakan oleh Dirjen Belmawa Ristekdikti ini.
“Kami harapkan semoga program PIM UMSurabaya yang setiap tahunnya diadakan, dapat menstimulus mahasiswa untuk terus berinovasi dan berprestasi di jenjang yang lebih tinggi,” ungkapnya.

Pahamkan Konsep Perkalian Lewat Boneka Cahaya
Mata pelajaran Matematika sering kali menjadi momok bagi siswa. Karena materi soal-soal yang diajarkan dianggap terlalu sulit. Untuk bisa memahami soal matematika, siswa terlebih dulu harus memahami operasi hitung. Sayangnya, untuk materi ini, siswa masih merasa kesulitan. Oleh karena itu, Salsabilah Faidah, Zul Hanifah Suwarno, Andrieany Setiawati dan Andista Mayngsurya membuat media pembeljaran Cross Shine. Yakni sebuah media berhitung bercahaya. Kok bisa?
Dijelaskan Salsabilah Faidah, media tersebut dibuat untuk siswa SD kelas 3-4 agar mereka lebih memahami hasil operasi perkalian. Selain itu diharapkan dengan adanya media pembelajaran tersebut belajar matematika tidak terlalu monoton.
“Kami membuat ini karena berdasarkan pengalaman saya. Yang mana saya mempunyai adek yang susah dalam memahami pelajaran perkalian. Kemudian saya diskusikan dengan teman-teman untuk menyelesaikan itu. jadi kita buat ini untuk menarik perhatian mereka,”ujar mahasiswa Matematika UMSurabaya ini.
Tidak hanya memanghafal, media pembelajaran yang dibuat juga didesain agar siswa SD memahami konsep perkalian. Misalnya, perkalian 3*4 di mana, siswa menekan 4 boneka itik mendatar dan tiga boneka itik menurun dalam satu kolom. Jika benar, dan sudah menemukan titik temu, mereka bisa melihat jawaban di balik boneka itik. “Ketika mereka mengklik angka yang dipilih boneka itiknya akan menyala,”ujar dia. Media pembelajaran inipun telah diterapkan di SDM 18 Surabaya. Dari hasil itu, diakui Zul Hanifah siswa mulai memahami konsep perkalian. Di samping itu nilai siswa tentang perkalian juga lebih meningkat.
“Ke depan, kami berencana mengembangkan untuk melihat hasilnya. Rancangan kami, ketika siswa mengklik angka perkalian, jika benar boneka akan otomatis melompat. Jadi tidak perlu lihat ke balik boneka lagi,” tuturnya. [ina]

Tags: