Atasi Ikan Predator, DKP Jatim akan Bentuk Pokja/Satgas

Ketua KLH, Imam Rochani memegang ikan arapaima yang ditangkap nelayan, temuan ini kedua kalinya yang ditemukan di sekitaran Sungai Rolak Gunungsari Surabaya.

Pemprov, Bhirawa
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim tetap merencanakan dan membentuk satuan tugas atau kelompok kerja (pokja) untuk mengatasi ikan arapaima maupun jenis ikan predator lainnya yang dikhawatirkan merusak ekosistem ikan di sungai.
“Rencananya memang akan ada pokja atau satgas dan hal ini sudah dilaporkan ke Kepala DKP Jatim. Namun, saat ini ternyata Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKPIM) sudah turun duluan, dan kami biarkan. Karena mereka diminta langsung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),” kata Kepala DKP Jatim melalui Kasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan DKP Provinsi Jatim Nonot Widjayanto, Rabu (4/7).
Nonot juga mengatakan, kalau saat ini memang BKPIM telah mengeluarkan imbauan para pemilik ikan arapaima agar menyerahkan ikannya dalam tempo satu bulan kedepan hingga 31 Juli 2018. “Tidak hanya arapaima, namun ikan sejenis predator lainnya juga harus dilaporkan,” katanya.
Hingga kemarin, DKP Jatim turut ikut melangsungkan operasi pencarian ikan arapaima tersebnt di Kali Surabaya. “Karena disinyalir masih ada ikan tersebut yang ditemukan di rolak gunungsari, kami masih turut mencarinya,” ujarnya.
Sementara, Ketua KLH (konsorsium lingkungan hidup, red), Imam Rochani ketika dikonfirmasi hingga berita ini diturunkan, masih belum ada kabar lanjutan terkait tertangkapnya ikan arapaima. “Nelayan juga masih mencari, dan belum menemukan,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, keberadaan ikan arapaima merusak ekosistem sungai yang selama ini sebagai indikator pencemaran di sungai Brantas. Untuk itulah, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jatim (DLH Jatim) berencana mengkaji kembali bersama NGO (Lembaga Swadaya Masyarakat, red) Lingkungan Hidup untuk mengkaji keberadan biota sungai.
Kepala DLH Jatim, Diah Susilowati mengatakan, adanya kajian ini akan diketahui seberapa besar tingkat pencemaran. “Biota sungai untuk menandai adanya indikator pencemaran, jika semuanya dimakan ikan arapaima maka bisa mengkhawatirkan dan berbahaya,” katanya, kemarin.
Selanjutnya, adamya kejadian ikan arapaima ini, maka rencananya bersama tim patroli kedepan tidak hanya melangsungkan pengawasan dan penindakan terhadap pencemaran di sungai. Namun, tim itu juga turut mengawasi adanya jenis ikan yang membahayakan ekosistem sungai lainya yang menjadi indikator pencemaran. [rac]

Tags: