Atasi Perubahan Iklim, Ciptakan Alat Lentera Fotosintesis

Dari Kanan : Ghois Qurniawan (Teknik Elektro), dan mahasiswa Ilmu Keperawatan Marta Kusuma Putri, Judith Syifa Fauziah, Dikrie Vajrii Vegananda menunjukkan cara kerja Lentera Fotosintesis (Teknologi Lentera Pertumbuhan Tanaman) kepada Rektor UMSurabaya Dr dr Sukadiono saat penyambutan kedatangannya di ruang rektor, Senin (12/2)

UMSurabaya Raih Medali Emas pada kejuaraan IPTEX di Thailand
Surabaya, Bhirawa
Perubahan iklim yang tak menentu menjadi salah satu penyebab pengembangan petani di Indonesia susah berkembang. Apalagi hal tersebut juga akan mempengaruhi proses fotosintesis tumbuhan tidak sempurna. Hasilnya, banyak petani yang mengeluhkan kegagalan panen sawah miliknya. Oleh karena itu, lima mahasiswa gabungan Teknik dan Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, yakni Ghois Qurniawan, Marta Kusuma Putri, Judith Syifa Fauziah, Fatma Aula Nursyifa dan Dikrie Vajri Vegananda menciptakan produk inovasi di bidang modern agricultural. Alat tersebut berhasil meraih medali emas dikejuaraan “Bangkok International Intellectual Property, Inovention, Innovation and Technolofgy Exposition” (IPTEX) yang diselenggarakan oleh National Research Council of Thailand pada 2-6 february lalu.
Diungkapkan Ketua tim lentera fotosintesis, Ghois Qurniawan bahwa alat tersebut dirancang dengan fungsi untuk mempercepat pertumbuhan pada tanaman. Selain itu, juga bisa digunakan untuk tanaman musiman agar dapat tumbuh dan menghasilkan buah setiap musim.
“Prinsip kerja dari alat ini adalah supaya tanaman dapat berfotosintesis selama 22 jam per hari,” ungkap mahasiswa semester 8 jurusan Teknik Elektro ini.
Lebih lanjut, Ghois menjelaskan agar bisa melakukan percepatan pertumbuhan tanaman, pihaknya mengkalibrasikan dengan spectrum cahaya dari cahaya matahari. Sehingga warna spectrum dari alat tersebut sesuai dengan energi yang dihasilkan cahaya matahari.
“Alat ini bekerja secara otomatis dengan menggunakan sensor cahaya yang akan menyala pada malam hari dan otomatis mati pada siang hari,”kata dia.
Kelebihannya, lanjut Ghois adalah dapat menghindari tanaman dari hama. Di samping itu, buah yang dihasilkan lebih besar dan hemat energi hingga 80 persen karena menggunakan lampu LED 30 watt. Selain itu juga dapat digunakan oleh petani pada gedung bertingkat. Sebab, tidak membutuhkan energi matahari yang cukup besar.
“Dari jurnal yang kami temukan, intensitas cahaya 65 persen ini bisa diterima tumbuhan dengan jarak tiga meter dari tanah. Alat ini juga memiliki jangkauan 30 meter persegi pada bidang tanah,”papar dia.
Kendati begitu, diakui Ghois jika pihaknya kesulitan dalam mecari lampu LED. Karena, menurut dia, tidak semua lampu LED, bisa diterapkan untuk spectrum warna.
Ditambahkan Marta Kusuma Putri, yang merupakan mahasiswa semester 6 jurusan Ilmu Kesehatan, lentera fotosintesi merupakan hasil dari pengembangan inovasi dari alat sebelumnya. Yang merupakan hasil penelitian Ghois Qurniawan. Namun, di awal pembuatannya pd tahun 2017, alat tersebut belum dilengkapi dari sisi kesehatan.
“Kita cari lagi literature dan jurnal untuk mencari tahu seberapa besar dampak dari sinar infrared dan ultraviolet. Akhirnya kita meneliti panjang gelombang yang dihasilkan energi dari lentera. Kita temukan panjang gelombang 500-600 nano meter ini tidak bahaya bagi kulit,”kata dia.
Maya Kusuma Putri mengaku untuk uji coba pertama, pihaknya menerapkan pada tumbuhan dengan jangka usia yang pendek. Seperti, padi, jagung, dan kacang-kacangan dan buah treasmil untuk mencari tahu hasilnya.
“Kalau sampai berbuah yang kita coba di kacang hijau yg terlihat sekali perbedaaannya. Masa panen kacang hijau 3.5 bulan. Dengan alat ini bisa panen 2 bulan 25 hari. Dan kita dapati bahwa tanaman ini berbuah lebih besar,” urai dia.
Akan tetapi, sambung dia, kami akan terus meneliti kandungan buah yang dihasilkan dari proses fotosintesis dengan menggunakan lentera fotosintesis.
Pihaknya berharap, kedepan alat tersebut akan dikombinasikan dengan solar sel. Sehingga lebih efisien dan memudahkan petani dalam mengontrol pengguna listrik. Selain itu, pihaknya juga berencana untuk meneliti kandungan buah. “Kita akan tahu denga penelitian lanjutan apakah nutrisinya berkurag dengan menggunakan alat ini atau malah tetap,” jelas dia.

Perbanyak Inovasi, UMSurabaya Fokus Kembangkan AI
Usaha tak menghianatai hasil, pepatah itu yang saat ini tergambar dari tim Lentera Fotosintesis. Usai sukses meraih medali emas pada kejuaran tingkat International, IPTEX di Bangkok beberapa waktu yang lalu. dikatakan dosen pendamping tim, Yolanda Wulandari bahwa hasil itu tidak lepas dari persiapan yang matang. Di mana, sebelumnya lentera fotosintesis merupakan hasil pengembangan inovasi yang sudah ada sejak tahun 2017 lalu.
“Sebelum berangkat ke Thailand alat ini hanya dibuat untuk pencahayaan tanaman saja. Tapi kemudian mereka (tim) mengembangkan inovasi dari sisi kesehatan untuk manusia,” ungkap dosen Ilmu Kesehatan ini.
Sebab, imbuh dia, banyak yang mempertanyakan apakah alat tersebut panjang gelombang (radiasi,red) aman bagi manusia. Mengingat alat tersebut bekerja maksimal untuk tumbuhan.
Yolanda menilai dengan penggunaan alat tersebut, berdampak pada kualitas panen, kesuburan tanaman dan buah yang lebih cepat berbuah.
“Hama pun tidak bisa mendekat. Karena sinar lentera ini tidak ramah untuk hama tapi aman untuk manusia,” kata dia.
Dikatakan Yolanda, tidak sedikit ilmuan yang memuji alat lentera fotosintesis ini. padalnya, alat tersebut merupakan inovas ide baru, tidak hanya di internal kampus tapi juga di Indonesia.
“Alhamdulillahb anak-anak ini passioner. Sehingga kedepan bisa terus dilakukan penelitian untuk diterapkan pada tanaman jangka panjang,” pungkas dia.
Sementara itu, Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni, Junaidi Fery Efendi mengatakan, dari hasil prestasi tersebut, pihak kampus akan memberikan beasiswa internal. Selain itu, mahasiswa juga bebas dari biaya SPP dan mendapat intensif dari kampus.
“Hasil dari inovasi mahasiswa ini sudah proses HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) sejak tahun lalu,” jelas dia.
Akan tetapi, hak paten itu lebih didominasi produk merek, dan despro (desain produk). Sejak tahun 2018 lalu, ada sekitar 13 program inovasi mahasiswa, dan 9 hasil program kreatifitas mahasiswa. kendati begitu, target pengembangan inovasi untuk bidang Artificial Intellengence (AI) masih menjadi tujuan utamanya.
“Karena ada revolusi industri 4.0 kita ingin kejar kesana.AI nya ini kita rencanakan untuk bisa diterapkan pada semua progran studi pendidikan disini,” tandas dia. [ina]

Tags: