Audit Plengseng Sungai

Hujan semi-kemarau basah masih mengguyur deras. Menjadikan aspal cepat mengelupas. Serta aliran sungai semakin kencang, mampu menghanyutkan plengseng beton. Bahkan kaki pancang jembatan turut bergeser, dan runtuh. Sudah banyak jembatan besar ikon nasional dan daerah yang runtuh. Menyebabkan korban jiwa, serta harta masyarakat. Maka pemerintah (dan daerah), seyogianya lebih kerap melakukan audit plengseng sungai, jalan dan  jembatan.
Hingga kini belum pernah dilakukan audit plengseng sungai. Tidak ada daerah yang memiliki program berkala menjaga kelestarian plengseng sungai. Kecuali telah terjadi longsor, pemerintah tergopoh-gopoh. Banyak sungai telah berubah peta aliran. Sering pula menggerus bantaran, dan “melahap” lahan masyarakat. Pada beberapa lokasi, bantaran sungai juga bertambah karena sendimentasi. Misalnya, pada aliran sungai Kali Brantas (di Balongbendo).
Di Jawa Timur, kawasan barat (dikenal sebagai daerah pemilihan VII) menjadi daerah paling sering dilanda jembatan runtuh. Sudah beberapa kali di Magetan terjadi jembatan runtuh, terakhir terjadi kecamatan Poncol, Magetan. Daerah tetangga, Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan, juga telah mengalami hal serupa. Runtuhnya jembatan karena longsornya plengseng sungai, pernah terjadi pada jembatan dengan konstruksi kokoh.
Usia utilitas jembatan, seolah-olah berpacu dengan daya dukung plengseng sungai. Sehingga tidak menjamin keamanan pengguna jembatan sebagai arteri  penghubung yang ramai. Hal itu terjadi pada jembatan Mrican, penghubung kabupaten dan kota Kediri, Jembatan yang nampak masih kokoh, ambruk pada awal bulan lalu. Tiga musim lalu, pada jembatan Caluk, penghubung Ponorogo dengan Pacitan. Plengseng beton penyangga terbawa arus air sampai 30 meter, tergeletak di tengah sungai.
Kawasan barat propinsi Banten, juga memiliki banyak kerawanan konstruksi jembatan. Yang mengagetkan, terjadi pada jembatan Cipari II (peninggalan zaman Belanda) ambruk pekan lalu. Jembatan ini sangat strategis sebagai penghubung kota dengan kabupaten Serang, dan Rangkasbitung. Banyak jembatan dengan konstruksi kokoh, namun berdiri pada bantaran sungai yang rapuh.
Tiga musim hujan yang bersambung (terus hujan), telah terjadi tragedi ambruknya jembatan. Yang fenomenal, runtuhnya jembatan Kuning di Klungkung, Bali. Seharusnya telah menjadi perenungan seluruh stake holder bidang PU (Pekerjaan Umum). Khususnya urusan ke-Bina Marga-an, dan Pengairan (Sumber Daya Air). Jembatan ambruk telah terjadi ber-iringan. Sepekan sebelum jembatan Kuning, dua jembatan vital di kabupaten Pangandaran dan Banjar (Jawa Barat) juga runtuh.
Sesuai usia utilitas, jembatan yang ambruk seharusnya masih berdiri kokoh. Hujan deras yang menerpa seharusnya telah diperhitungkan. Begitu pula jembatan Ketapang di Banjarnegara, dan jembatan Putrapinggan di Pangandaran, seharusnya tidak runtuh. Konstruksi kedua jembatan, niscaya telah memperhitungkan vitalitasnya sebagai penghubung lintas trans Jawa jalur selatan. Sebagai jalan nasional yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Jawa Barat, pastilah sangat padat lalulintas.
Ingat pula jembatan Kutai Kartanegara ikon nasional di Samarinda (Kalimantan Timur), juga runtuh, lima musim lalu. Ironisnya keruntuhan jembatan Kartanegara terjadi pada sore jam sibuk pulang kantor. Tak ayal, seluruh kendaraan bermotor yang sedang melintas, tercebur masuk sungai Mahakam. Tercatat sebanyak 18 korban jiwa, dan puluhan luka-luka. Padahal usia utilitas jembatan Kutai Kartanegara, belum genap 10 tahun!
Hujan seolah-olah bukan menjadi berkah. Malah menjadi pertanda periode tergerusnya bantaran sungai, tebing jalan, serta mengelupasnya aspal jalan (dan jembatan). Banyak jalan terputus karena ambles. Infrastruktur (jalan dan jembatan) yang rusak meliputi jalan negara, jalan propinsi, serta jalan kabupaten. Dapat menjadi jebakan maut yang nyata. Pemerintah (dan daerah) seyogianya memiliki program periodik audit infratsruktur. Kelak, korban infrastruktur yang buruk bisa menutut pemerintah.

                                                                                                          ———   000   ———

Rate this article!
Audit Plengseng Sungai,5 / 5 ( 1votes )
Tags: