Berjihad Lewat Politik

Oleh:
Busrol Chabibi
Direktur Utama di Lembaga Study Agama dan Nasionalisme (LeSAN) dan Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

Suatu negara tidak akan berjalan tanpa adanya campur tangan politikus yang mau mengurusi suatu kelompok masyarakat. Entah diurus hanya sebagai kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan bersama. Yang terpenting, semua negara sangat  membutuhkan orang-orang yang bersedia berkecimpung dalam urusan pemerintahan.
Indonesia menggunakan sistem demokrasi, yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (Menurut: Abraham Lincoln). Dengan begitu, negara sangat membutuhkan politikus-politikus yang mampu mengutarakan semua aspirasi dari seluruh rakyat. Sehingga, muncullah partai politik yang siap membantu menyampaikan aspirasi rakyat. Karena itu, partai politik juga dijadikan sebagai kedaulatan rakyat, yang mana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 2.
Saat ini, politikus yang ada di Indonesia tidak semuanya menjalankan tugasnya, sehingga sangat wajar jika masyarakat Indonesia memaknai ‘politikus’ sebagai orang yang merampok rakyat. Akan tetapi, hakikat politikus tidak seperti anggapan masyarakat. Tujuan awal adanya politikus adalah orang yang bersedia mengatur tatanan negara dan melindungi negara dari ancaman negara lain.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suatu negara yang baik, adil, dan makmur kuncinya ada pada para politikus. Begitu juga negara yang buruk dan kacau lahir dari politik yang buruk pula. Sudah jelas bahwa, tanpa ada para politikus, suatu negara hanya akan menjadi patung yang tak bergerak, yang akan terus terdiam tanpa mempunyai tujuan dan arah yang jelas.
Indonesia bukan termasuk negara yang tak jelas, karena Indonesia sudah mempunyai landasan ideologi, aturan-aturan, penegak, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan Indonesia saat ini adalah kebanyakan orang yang mengurus negara justru melakukan kesalahan besar, yakni ke-dzalim-an.
Persiapkan Diri Sebelum Berjihad
Mengutip pendapat Dr. Mohammad Nasih yang menyatakan bahwa orang yang mendapat pahala paling besar adalah orang yang berpolitik di jalan Allah, sedangkan orang yang mendapat dosa terbesar adalah orang yang salah dalam berpolitik. Kembali penjelasan di awal, bahwa politik akan mempengaruhi segalanya. Baik dan buruknya dunia politik sangat ditentukan siapa yang berkecimpung di dalamnya.
Sebagai manusia yang megemban tanggungjawab dari Allah Swt untuk menjadi pemimpin (Q.S al-Baqarah : 30), haruslah dipersiapkan sematang mungkin. Sebab jika masih banyak keraguan atau bahkan ketidaksiapan, ditakutkan akan mencidrai masyarakat.
Contoh halnya ketika seorang politikus salah mengambil keputusan sedikit saja, maka akan berimbas kepada masyarakat keseluruhan. Analogi sederhananya Politikus adalah Nahkoda masyarakat, apabila seorang nahkoda sedikit saja melakukan kesalahan dalam navigasi, maka seluruh Anak Buah Kapal (ABK) akan merasakan akibatnya, berupa nyawa yang melayang.
Maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum berpolitik, agar kebijakan-kebijakan yang diambil dan nantinya dibuat pedoman masyarakat tidak melanggar syariat-syariat Islam atau menuju pada kesengsaraan.
Adapun hal-hal yang wajib dipersiapkan adalah, pertama; ‘ilmu al ‘ulama, yakni cerdas, pengetahuan atau ilmu harus mumpuni seperti halnya para ulama-ulama yang senantiasa menegakkan syariat-syariat Allah Swt disertai pengetahuan yang luas atau orang-orang yang cerdik cendekia.
Kedua; amwalu al aghniya’, yaitu orang yang berharta. Maksudnya orang yang berkecimpung dalam dunia politik haruslah memiliki harta yang melimpah, agar selalu terjauhkan dari hal-hal yang berbau korupsi. Selain itu, berpolitik di shirod al mustaqim perlu dana yang tidak sedikit. Karena harus memerangi terlebih dahulu syaithon-syaithon yang sangat kuat, dapat berupa rival politik yang memiliki tujuan buruk atau bahkan nafsu ingin memperkaya diri.
Ketiga; siyasatu al mulk wa al mala’, yakni penguasa dalam artian orang yang mengatur tatanan, aturan, serta kebijakan dalam suatu negara haruslah sesuai tuntunan Allah Swt. Jadi, dapat disimpulkan kemampuan ketiga diatas harus dipersiapkan dengan matang agar menjadi politik yang jelas (memahami kebenaran, mempunyai dana untuk berpolitik, dan dapat membuat aturan di jalan Allah).
Contoh; selama ini belum ada cuti selama dua tahun penuh bagi wanita karir yang sedang menyusui anaknya. Dengan mempunyai pengetahuan mengenai aturan dalam Al-Qur’an permasalahan menyusui harus dua tahun (Al-Baqarah : 233), kemudian mempunyai uang untuk memperjuangkan (tidak terpengaruh dengan sogokan uang yang dapat mengakibatkan gagal dalam proses penegakan), dilengkapi mempunyai kekuasaan yang dengan mudah dalam menentukan kebijakan.
Keyakinan Diri Paling Utama
Ada sebuah istilah jawa yang mengatakan “Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani”. Arti aslinya adalah kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani. Berpolitikpun demikian, kalau berani menegakkan kebenaran, Berjihad-lah. Apabila tidak berani, karena dilatar belakangi kualitas yang kurang baik atau lain sebagainya, maka jangan berani-berani terjun dalam politik. Karena ditakutkan akan berimbas buruk kepada masyarakat. Bukan berarti penulis melarang berjihad, akan tetapi pertimbangan-pertimbangan harus kita pikirkan.
Dampak baik atau buruknya bukan sekedar hal kecil, akan tetapi sudah melingkupi masyarakat luas. Keamanan, keadilan, kemakmuran harus senantiasa diberikan kepada rakyat. Istilah jawa diatas, penulis nyatakan sepakat. Sebab, politik dapat menjadi tempat untuk berjihad -bagi orang-orang yang menegakkan kebenaran -bisa juga menjadi laknat -bagi orang-orang yang salah dalam memutuskan suatu perkara-.
Selain itu, yakinkan diri bahwa sudah memiliki 4ER, yaitu; Bener, Pinter, Kober, dan Seger (pernyataan KH Ahmad Dahlan). Pertama, bener; memiliki niat dan perilaku baik. Kedua, pinter; ilmu luas dan cerdik dalam mengatasi persoalan. Ketiga, kober; menyediakan waktu untuk berjuang. Terakhir, seger; badan yang selalu sehat dan uang yang tetap ada untuk dana berjihad.
Berpolitik bukan sekedar politik untuk mencari kekuasaan, makna politik adalah untuk mengurusi umat menuju kebenaran, kemakmuran, bahkan sebagai dakwah Islam. Dengan politik, kita mampu meng-Islam-kan orang lain, menegakkan syariat-syariat Islam, mengatur kesejahteraan, dan masih banyak lagi untuk kebenaran.
Dengan politik pula, kita mampu mengkafirkan, menutupi kebenaran, menghancurkan, dan lain sebagainya. Maka, berpolitik dapat dijadikan sebagai tempat untuk berjihad, juga bisa mengantarkan kita pada tempat kelaknatan Allah Swt. Maka, siapkan kualitas diri untuk berjihad. Syurga Allah menunggu para politikus yang menegakkan kebenaran. Wa-Allahu ‘alam bi As-shawab.

———————– *** ————————–

Rate this article!
Berjihad Lewat Politik,5 / 5 ( 1votes )
Tags: