Avor Ditengah Kota Sidoarjo Terkesan Kumuh dan Penuh Sampah

Avor yang melintas ditengah Kota Sidoarjo, nampak kumuh sebab penuh sampah yang dibuang warga. [alikus/bhirawa]

(Kecamatan Sidoarjo Fokus Cegah Banjir)

Sidoarjo, Bhirawa
Fokus utama mencegah banjir tetap diusulkan oleh Kec Sidoarjo kota, pada Musrenbang tahun 2020 mendatang, sama dengan saat Musrenbang tahun 2019 ini. Dikarenakan masalah tersebut dianggap sangat urgent sekali.
Menurut Camat Sidoarjo, Agustin Iriani SH, karena hampir 50% Desa/Kelurahan di wilayah Kec Sidoarjo itu, saat turun hujan dengan volume tinggi dan lama, beresiko tinggi mengalami banjir.
Kec Sidoarjo ada 10 Desa dan 14 Kelurahan. Saat banjir karena hujan, menurut Agustin, melanda mulai wilayah tengah Kota Sidoarjo sampai wilayah timur Kota Sidoarjo.
Di wilayah tengah kota itu misalnya Kelurahan Sidokare, Lemah Putro dan Magersari. Banjir di wilayah kelurahan yang berada tengah Kota Sidoarjo itu hampir tiap tahun terjadi banjir.
“Wilayah Kec Sidoarjo bagian barat tidak sampai terjadi,” kata Agustin, Senin (6/5) kemarin, di Kantornya.
Menurut evaluasi Agustin, terjadinya banjir di wilayah tengah kota dan wilayah timur itu, dikarenakan  pelaksanaan normalisasi  avor dan sungainya kurang dalam. Pelaksanaan normalisasi menurutnya  hanya pemerataan saja.  Misalnya pada Avor Mambang, Avor Sidokare  dan  Avor Pucang.
“Karena kurang dalam dan kurang rutin, sehingga tidak bisa menampung air saat hujan lebat dan deras. Sehingga airnya meluber,” katanya.
Namun apabila pelaksanaan normaliasi dilakukan lebih dalam, maka menurut Agustin, akan  bisa dibuat embung, yakni bisa untuk menampung air hujan. Maka itu pengerukan harus dengan kedalaman lebih dari 2 meter.  Masalah itu katanya selalu diusulkan dalam Musrenbang.
“Kami harap  pengerukan ini dimulai dari hulu sampai hilir,” pendapat Mantan Camat Krian tersebut.
Tahun 2019 ini apa ada sungai yang melintas wilayah Kec Sidoarjo  dinormalisasi?  Menurut Agustin, yang tahu dari OPD  terkait. Namun, pihaknya tiap tahun selalu mengusulkan untuk normalisasi sungai di wilayah Kec Sidoarjo.
Agustin mengatakan sampai saat ini pada tahun 2019, kondisi banjir di wilayah Kec Kota Sidoarjo tidak sampai seperti tahun sebelumnya. Pada tahun 2019 ini, tidak sampai tergenang berhari-hari.
Agustin mencontohkan saat  banjir di Kel Celep, beberapa waktu lalu. Dalam sehari bisa diatasi. Banjir terjadi saat hujan dan kondisi air laut juga sedang pasang.
Kuncinya selain harus rutin dan maksimal dalam  normlisasi sungai, ditambahkan Agustin, adalah juga harus membersihkan bangunan liar (Bangli) yang banyak bertebaran di pinggir-pinggir sungai di wilayah Kec Sidoarjo.
Keberadaan bangunan liar tersebut, dianggap tidak bisa memperlancar aliran air saat hujan. Akibatnya air sungai meluber sehingga terjadilah banjir.
Wilayah Kec Sidoarjo kota diakui dipinggir sungainya banyak dihuni bangunan liar, baik semi permanen bahkan permanen, karena wilayah Kec Sidoarjo Kota menjadi salah satu tempat urbanisasi yang ada di Kab Sidoarjo ini.
“Makanya bangunan liar di tepi sungai ini harus terus  dibersihkan,” katanya.
Dari pantauan, di avor yang melintasi dusun Wates Kelurahan Magersari, wilayah tengah Kota Sidoarjo salah satu contohnya. Bertahun-tahun, warga sekitar membuang sampah-sampah rumah tangganya ke avor tersebut. Akibatnya avor menjadi kotor, kumuh dan tidak ada air yang mengalir. (kus)

Tags: