Banjir, Beras dan Ancaman Krisis Kesehatan

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Memasuki pertengahan Bulan Suci Ramadhan berbagai peristiwa bencana terus bermunculan. Persoalan mahalnya harga beras dan kebutuhan pokok lain belum sepenuhnya tertangani, kini disebagian wilayah tanah air dilanda banjir seiring dengan meningkatnya intensitas hujan. Kian meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok merupakan salah satu pemicu dari tekanan atau stress bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan marginal yang pada akhirnya rentan menambah angka kemiskinan di berbagai wilayah. Memang telah ada upaya pemerintah melalui berbagai program bantuan sosial atau sejenisnya namun hanya bersifat sementara dan temporer. Dengan kata lain bantuan sosial didesain hanya mampu menopang kebutuhan masyarakat untuk beberapa minggu atau bulan saja namun selanjutnya mereka tetap tak lepas dari himpitan kemiskinan terstruktur. Apalagi menjelang hari raya tentunya mereka lebih membutuhkan bantuan yang “lebih” untuk kelangsungan hidup berkelanjutan. Secara tinjauan sosiologis bahwa kemiskinan yang mendera masyarakat jika tidak diiringi dengan kekuatan keimanan dan daya psikis yang memadai maka akan berpotensi memicu tindak kriminalitas di masyarakat.

Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung atau berada dalam wilayah yang rentan terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor dan lain-lain tentu ini menjadi PR pemerintah (daerah). Banjir dan tingginya harga beras terdapat hubungan kausalitas dimana ti tengah kian mahalnya harga beras, bencana alam seperti banjir membuat komoditas pangan utama ini semakin sulit diperoleh. Hal ini membuat harganya semakin mahal, bahkan stok beras di wilayah yang terendam banjir berpotensi besar tidak baik-baik saja bahkan bisa membusuk. Mahalnya harga beras tak lepas dari dampak banjir yang melanda sejumlah daerah sentra pertanian padi. Pemerintah segera mengambil kebijakan terkait minimnya pasokan beras karena dikhawatirkan harga beras akan terus naik tajam terutama menjelang momen Idul Fitri. Saat ini merupakan masa panen raya namun demikian Proses panen beras kerap gagal karena iklim yang bisa berubah secara mendadak dalam beberapa waktu terakhir ini. Krisis produksi beras akhirnya berdampak pada kelangkaan dan memicu adanya kenaikan harga yang melejit di pasaran dan pada gilirannya akan memicu inflasi.

Kualitas kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, kualitas lingkungan yang baik akan memperkecil resiko terjadinya penurunan kesehatan. Sarana dan prasarana juga menjadi dasar dalam pengendalian kualitas lingkungan. Untuk menilai keadaan lingkungan, terdapat indikator yang harus diperhatikan adalah penggunaan air bersih, rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, dan tempat umum dan pengelolaan makanan, termasuk persampahan. Bencana banjir misalnya, tentu tidak bisa dilihat dari dampak faktor alam semata bahkan ironisnya menyalahkan alam (El-Nino). Kondisi ini tentu tidak berdiri sendiri. Maraknya alih fungsi hutan, lahan persawahan menjadi Kawasan pemukiman juga turut berkontribusi atas risiko permasalahan lingkungan seperti banjir. Banjir tidak bisa lagi dikatagorikan sebagai bencana alam namun lebih sebagai bencana lingkungan. Artinya bahwa bencana ini lebih banyak dipicu oleh ulah tangan manusia secara sengaja dengan berbagai dalih atau atas nama “pembangunan”. Dahulu zaman Orde Baru ada slogan pembangunan berwawasan lingkungan menjadi mainstream dalam perencanaan pembangunan dan kewilayahan yang masif saat ini meski berganti nama seperti ekonomi hijau yang memiliki makna lebih komprehensif.

Ancaman Krisis Kesehatan
Hendrik L. Blum (1974) dalam teori Blum, bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Kontribusi factor lingkungan perilaku memiliki proporsionlitas terbesar dalam menyumbang kualitas derajat kesehatan masyarakat. Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka, sakit, pengungsian, dan adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai. Meski kondisi saat ini belum sepenuhnya berkatagori krisis kesehatan namun demikian kegiatan penanggulangan krisis kesehatan perlu memperoleh prioritas. Tidak hanya bertujuan untuk melakukan pencegahan penyebaran krisis kesehatan, namun juga melakukan pengurangan risiko krisis kesehatan dengan cara melakukan peningkatan peningkatan sumber daya kesehatan, pengelolaan ancaman terjadinya Krisis Kesehatan, dan pengurangan kerentanan. Adanya serangkaian kegiatan penanggulangan krisis kesehatan, diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat dari adanya ancaman, risiko, dan dampak permasalahan kesehatan baik sebelum, saat, maupun pasca terjadinya krisis kesehatan terjadi. Semoga fenomena diatas dapat sesegera mungkin dapat diatasi bersama melalui berbagai upaya antara pemerintah, swasta dan masyarakat serta kolaborasi berbagai pihak tanpa kecuali.

———— *** ————-

Tags: