Banyak Warga Desa Punggul BAB di Sungai

dr Idong Juanda. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Pemkab Sidoarjo harus memikirkan bantuan untuk membangun jamban bagi warganya yang tidak mampu. Karena di Desa Punggul, Kec Gedangan, hingga kini masih banyak warganya yang Buang Air Besar (BAB) di sungai. Selain tidak bagus untuk untuk keindahan, kebersihan jugs tidak bagus untuk kesehatan lingkungan.
Menurut Dedik, warga Desa Punggul, kebiasaan itu sudah lama. Tapi hingga kini masih tetap dilakukan karena tidak ada yang menegur. Sehingga aktivitas BAB tetap berlangsung sampai sekarang.
”Mereka penduduk asli Punggul, mereka tidak mampu membuat jamban karena mereka tidak ada biaya, mereka warga kurang mampu, seandainya mampu tidak mungkin mereka BAB di sungai,” ujar Dedik, warga Desa Punggul yang berprofesi sebagai office Boy (OB), Senin (28/8) kemarin.
Menurut Ia mungkin Pemkab Sidoarjo terpikirkan untuk membantu membuatkan jamban bagi keluarga yang tidak mampu di desa itu. Kalau tidak ada perhatian dan bantuan, tidak tahu lagi sampai kapan aktivitas BAB di sungai akan terus berlangsung.
”Saya sebetulnya jijik melihatnya, sebab kadang air sungai tidak mengalir lancar tapi tetap dipakai BAB, tapi bagaimana lagi, saya tidak kuasa mencegahnya, harusnya pihak desa jeli dan mengusulkan bantuan pembangunan jamban pada Pemkab,” katanya.
Menurut dr Idong Juanda, Plt Kabid Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, harusnya BAB tidak dilakukan di sungai atau tempat umum. Sebab akan bisa menimbulkan berjangkitnya sejumlah penyakit. Seperti kolera dan diare.
”Penyakit ini bisa bahaya tidak hanya pada anak-anak tapi juga pada orang dewasa, karena bila terlambat penanganan bisa berakibat pada kematian,” katanya.
Sebagai tim pemijuan masalah jambanisasi ini di Dinas Kesehatan, ia selalu motivasi masyarakat supaya tidak melakukan BAB di sembarang tempat. Karena selain tidak bagua untuk kebersihan juga tidak bagus untuk kebersihan dan kesehatan.
Ia mengatakan di daerah Kab Lumajang, tepatnya di Kec Gucialit, ada larangan bagi warga untuk BAB di sembarang tempat. Kalau sampai ketahuan akan diberikan sanksi. Solusi, bila sulit dana membangun jamban rumah tangga sendiri, maka bisa lewat cara arisan dengan warga lain yang juga masih belum punya jamban.
”Membangun cara ini membangun jamban dengan cara gantian, supaya tidak terlalu jadi beban, kita terus mensosialisasikan dan mengingatkan sampai gak ada lagi yang BAB di sungai,” kata Idong.
Menurut Ia, Pemerintah akan membangunkan jamban bila dipakai untuk umum. Tapi kalau jamban keluarga menjadi tanggungan masing-masing warga. [kus]

Tags: