Beberkan Sistem Pendidikan Ganda Sekaligus Peluang Kerja

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman bersama perwakilan Kadin Jerman serta Kementerian Pendidikan dan Riset Republik Federasi Jerman menyampaikan paparan terkait sistem pendidikan ganda dan peluang kerja di Jerman, Rabu (6/1).

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman bersama perwakilan Kadin Jerman serta Kementerian Pendidikan dan Riset Republik Federasi Jerman menyampaikan paparan terkait sistem pendidikan ganda dan peluang kerja di Jerman, Rabu (6/1).

Tahun Ini, 200 Lulusan SMK Harus ke Jerman
Dindik Jatim, Bhirawa
Upaya Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim untuk mengekspor tenaga kerja lulusan SMK ke perusahaan-perusahaan di Jerman terus dimatangkan. Rabu

(6/1) kemarin, pihak Dindik kembali mendatangkan sejumlah pihak dari Jerman untuk melihat peluang sekaligus proses yang harus dilalui calon tenaga kerja.
Salah satunya ialah pejabat Kementerian Pendidikan dan Riset Republik Federasi Jerman Ralf Maier yang membeberkan secara detil terkait sistem pendidikan ganda. Sistem ini digunakan untuk siswa yang mengikuti program pendidikan kejuruan atau SMK. “Lulus SMP, 60 persen siswa kita belajar dengan sistem pendidikan ganda. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran di dua tempat sekaligus, yaitu perusahaan dan sekolah vokasi,” tutur Ralf di Kantor Dindik Jatim.
Dari dua tempat pembelajaran itu, siswa akan lebih banyak beraktivitas di perusahaan. Misalnya selama sepekan siswa belajar di sekolah satu sampai dua hari. Selanjutnya, selama tiga sampai empat hari siswa akan mengikuti pembelajaran di perusahaan. “Kami tidak mengatakan sistem ini yang terbaik. Lalu memaksa sekolah-sekolah di Jatim untuk mengadopsinya. Tapi sistem ini akan memberi keuntungan kedua belah pihak (perusahaan dan siswa),” kata dia.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Kadin (IHK) Trier Jan Glockauer. Menurutnya, dari sistem pendidikan ganda manfaat yang terpenting adalah mampu menyuplai kebutuhan tenaga ahli dengan kualifikasi yang tepat. Selain itu, perusahaan juga tidak perlu melakukan pelatihan bagi pekerja baru. Sementara bagi peserta didik, mereka juga akan merasakan manfaatnya ketika lulus. Karena mereka akan mendapat sertifikasi yang diakui dunia industri sehingga peluang kerja akan lebih baik. “Selain itu, mereka juga mendapat upah magang. Apalagi, tak kurang dari 500 ribu perusahaan yang mau menawarkan tempat pemagangan,” ungkap Jan.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman menuturkan sejak satu tahun lalu, kerjasama untuk mengadopsi standar kurikulum pendidikan Jerman telah dimulai. Setidaknya ada enam SMK di Jatim yang kini telah dilengkapi dengan pembelajaran Bahasa Jerman. Selain itu, SMK juga telah dilengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang standarnya diakui nasional. “Standardisasi ini bisa dilakukan dengan penyetaraan dengan standar yang ditetapkan pemerintah Jerman,” kata dia.
Saiful optimistis, setidaknya tahun ini bisa mengirim 200 lulusan untuk bekerja di Jerman. “Target minimal adalah 200 siswa SMK. Kalau lebih banyak maka lebih baik,” tutur mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini. Optimisme Saiful cukup beralasan. Sebab, kultur masyarakat di Jerman yang enggan mempunyai keturunan membuat kebutuhan tenaga kerja dari luar Jerman terus bertambah. Saat ini, ada sekitar 800 ribu kebutuhan tenaga kerja yang bisa diambil peluangnya. “Kita akan mengambil untuk jurusan pariwisata, enginering dan kesehatan,” kata dia.
Terkait sistem pendidikan ganda, Saiful mengakui SMK di Jatim sudah melakukan hal tersebut. Meski polanya berbeda, pihaknya yakin kompetensi siswa SMk tidak akan kalah. Perbedaannya, jika di Jerman siswa belajar di perusahaan dan di sekolah. Di Jatim pihak perusahaan yang ditarik ke sekolah. “Kita beri kesempatan perusahaan untuk membuka kelas praktik di sekolah. Misalnya alfmart class, BJB, atau teknik otomotif Honda,” pungkas Saiful. [tam]

Tags: