Belajar Aksara Jawa Melalui Pohon Honocoroko

Belajar Aksara Jawa Melalui Pohon Honocoroko

Kabupaten Pasuruan, Bhirawa
Penguatan muatan lokal menjadi salah satu harapan dalam menebalkan kembali karakter bangsa yang kian menipis. Pelajaran Bahasa Jawa yang ditetapkan sebagai muatan lokal wajib di Sekolah Dasar diharapkan bisa berperan serta dalam membentuk karakter siswa. Sayangnya, jam pembelajaran di SD hanya 2×35 menit setiap minggunya.
Pembelajaran Aksara Jawa terintegrasi dengan pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa. Dengan jumlah jam yang sangat sedikit menjadikan guru banyak mengalami kesulitan dalam penyampaian materi. Selain itu siswa juga kurang tertarik sehingga mengakibatkan hasil belajar menurun. Oleh karena itu guru harus pandai menyusun strategi untuk meningkatkan minat dan aktivitas siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, agar pembelajaran mulok Bahasa Jawa dapat tersampaikan dengan baik terutama pembelajaran Aksara Jawa. Banyak siswa yang mengalami kesulitan memahami aksara Jawa “ho no co ro ko” membuat guru SDN Rejosalam I Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan Yulia Nuryani Candra, SPdYulia memutar otak agar Aksara Jawa mudah dipelajari dan menyenangkan.
Salah satu cara yang dilakukan Yulia, guru kelas VI SDN Rejosalam I ini adalah dengan membuat pohon honocoroko. Media ini dibuat dengan tujuan agar siswa tidak melupakan budayanya sendiri, dan memudahkan siswa dalam belajar Aksara Jawa.
Pohon honocoroko dibuat bersama dengan siswa, dengan memanfaatkan barang bekas. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan media ini adalah stik bambu, kertas origami, sterefoam dan karton. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (20/3), siswa kelas 6 mengikutinya dengan sangat antusias.
“Cara pembuatannya sangat mudah, dan hanya memanfaatkan barang-barang bekas. Ada dua tahap yang dilakukan, yang pertama membuat bunganya yang berjumlah dua puluh dan kedua membuat pohonnya sebagai tempat menancapkan bunga,” kata Yulia sambil menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Menurut Yulia, cara pembuatan bunga sama seperti membuat kincir angin. Jika tidak menghendaki bentuk seperti kincir angin bisa membuat bunga dengan bentuk yang lain. Cara pembuatannya adalah, pertama-tama membuat garis miring/diagonal pada kertas origami, beri titik pada jarak 6 cm. kemudian gunting ujung kertas mengikuti garis miring sampai tanda titik. Setelah itu tarik semua ujung ke tengah dan dilem. Bunga ini mempunyai dua sisi, sisi depan untuk menulis Aksara Jawa dan sisi belakang untuk menulis huruf latinnya. Setelah bunga selesai, tempelkan karton berbentuk lingkaran yang bertuliskan aksara Jawa di bagian belakang dan aksara latinnya di bagian belakang. Jangan lupa pasang stik bambu dibagian tengah agar mudah ditancapkan ke pohon honocoroko.
Bunga dibuat berwarnai-warni agar Aksara Jawa menarik bagi siswa. Fika, salah satu siswa yang membuat pohon honocoroko mengaku senang, ini merupakan kali pertama dia membuat bersama teman-temannya.
“Saya suka membuat pohon ini, menyenangkan, unik dan seru,” ucapnya polos. Selain sebagai media, pohon honocoroko ini bisa juga dijadikan pajangan untuk memperindah kelas.
“Melalui pohon honocoroko ini pembelajaran Aksara Jawa semakin mudah dipelajari dan menyenangkan. Aktifitas belajar siswa meningkat dan dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,” tegas Yulia lagi. [Yulia Nuryani Candra, SPd, SDN Rejosalam I Kecamatan Pasrepan, Kab Pasuruan]

Tags: