Beras Premium Tulungagung Diminati DKI Jakarta

Kepala Bulog Divre Tulungagung, Supriyanto

Kepala Bulog Divre Tulungagung, Supriyanto

Tulungagung, Bhirawa
Bulog Sub Divre Tulungagung mempertimbangkan besaran jumlah beras yang bakal dikirim ke DKI Jakarta. Pengiriman beras jenis premium tersebut merupakan permintaan untuk ketersediaan beras di ibu kota yang kini sedang melakukan operasi pasar (OP).
Kepala Bulog Divre Tulungagung, Supriyanto, pada Bhirawa, Selasa (6/10), mengungkapkan masih melakukan pertimbangan dan pembicaraan terkait permintaan beras dari DKI Jakarta. “Masalahnya tidak hanya DKI Jakarta yang meminta persediaan beras Tulungagung. Tetapi juga ada daerah lainnya yang meminta, seperti Bali dan Papua. Apalagi DKI Jakarta mintanya tidak terbatas,” ujarnya.
Supriyanto memastikan persedian beras premium di Bulog Sub Divre Tulungagung berlebih dan bisa dikirim ke berbagai daerah. Dari 12 ribu ton yang dimilikinya, Bulog Sub Divre Tulungagung diperkirakan hanya butuh 5 ribu ton saja.
“5 ribu ton itu untuk tiga kabupaten dan satu kota yang menjadi wilayah Bulog Sub Divre Tulungagung. Jadi masih bisa untuk mengirim ke daerah lain,” paparnya.
Seperti diketahui Bulog Sub Divre Tulungagung mempunyai wilayah kerja di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Trenggalek. Selain pula Kota Blitar.
Sejauh ini, Bulog Sub Divre Tulungagung menilai harga beras di Tulungagung, Blitar dan Trenggalek masih relatif stabil. Kalau pun nantinya diperlukan OP beras, kebutuhannya tidak akan sampai melebihi 5 ribu ton.
“OP tahun lalu di tiga daerah (Tulungagung, Blitar dan Trenggalek) menyerap 2 ribu ton. Kalau diprediksi nanti naik dua kali lipat hanya 4 ribu ton saja. Masih cukup persediaan 5 ribu ton,” papar Supriyanto lagi.
Ditambahkannya, untuk saat ini Bulog dalam OP beras tidak lagi menggunakan beras kelas medium. Namun sudah menggunakan beras premium seperti yang dikehendaki pemerintah.
Menjawab pertanyaan, Supriyanto menyatakan keoptimisannya pada akhir tahun ini Bulog Sub Divre Tulungagung dapat menyerap beras dari petani sebanyak 55 ribu ton. “Saat ini kami sudah mencapai 75 persennya. Masih ada waktu sampai Desember mendatang untuk menyerap sampai 55 ribu ton yang terdiri dari beras medium dan beras premium,” terangnya.
Supriyanto membeberkan selama Bulog melakukan pengadaan secara komersial, harga pembelian yang mereka tawarkan menjadi acuan pedagang. Karena itu, Bulog kemudian mengevaluasi pembelian beras petani yang dinilai terlalu tinggi dan bisa menyebabkan kenaikan inflasi. “Sekarang kami membeli dengan Rp 8.100 (sebelumnya Rp 9.000). Pedagang pun mengikuti diharga sekitar itu. Dan itu pun masih banyak petani yang menjual pada Bulog,” tuturnya. (wed)

Tags: