Berharap Gubernur Tolak Beras Impor Masuk Jatim

Senator DPD RI asal Jatim Ahmad Nawardi

Surabaya, Bhirawa
Dibukanya kran impor beras ke Indonesia diharapkan tidak akan masuk ke wilayah Jatim. Hal itu dikhawatirkan akan mengganggu nilai jual beras dari petani saat momen panen raya seperti saat ini.
Hal itu ditegaskan oleh Senator DPD RI asal Jatim Ahmad Nawardi. Pihaknya khawatir jika sampai beras impor ini masuk ke Jatim akan merugikan masyarakat khususnya petani. Karena akan merusak harga beras di saat ini memasuki musim panen.
Nawardi pun berharap, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berani menolak beras impor masuk Jatim. Pihaknya akan sangat mendukung jika kebijakan itu dikeluarkan.
“Beras impor masuk menjadikan semakin murah harga gabah, harga beras. Ini gubernur harus tegas menolak beras impor masuk Jatim. Kalau hanya lewat nggak masalah, misalnya mau masuk ke wilayah Indonesia timur karena disana kekurangan beras silahkan. Tetapi untuk masuk Jatim, gubernur harus melindungi agar tidak merusak harga,” tegasnya, Minggu (21/3) di Surabaya.
Bahkan Nawardi berharap tidak ada bongkar muat beras impor di Wilayah Jatim, upaya ini untuk menjaga agat tidak terjadi rembesan.
“Dari dulu Jatim selalu tegas menolak beras impor masuk atau merembes ke Jatim, akhirnya dialihkan pembongkarannya. Itu menurut saya cara melindungi petani di Jatim,” ungkap senator yang juga ketua HKTI Jatim ini.
Lebih lanjut dijelaskan Nawardi, situasi pandemi sudah membuat masayarakat terpuruk, jangan sampai kedatangan beras impor membuat petani semakin berat. “Petani sudah susah gini (di masa pandemi), apalagi ditambah pas musim panen beras impor datang,” ungkapnya.
Untuk pengawasan, dirinya yakin satgas pangan di Jatim akan bekerja ekstra keras untuk menjaga masalah ini. Karena Jatim sebagai salah satu daerah dengan produksi beras terbesar di Indonesia tidak membutuhkan beras impor.
Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras di Jatim pada tahun 2020 mencapai 10,02 juta ton dengan total luas panen 1,76 juta hektare. Ini meningkat dibanding tahun 2019 yang total produksinya 9,58 juta ton beras. Jika dikurangi dengan kebutuhan konsumsi beras, maka Jatim masih mengalami surplus 1,50 juta ton beras di tahun 2020.
“Jika mengacu data BPS, jatim ini tidak butuh beras impor. Baik di masa panen maupun masa tanam padi,” tegas Nawardi. [tam]

Tags: