BI: Perekonomian Jawa Timur Diproyeksikan Tumbuh 4,7-5,5 Persen

Jatim Talk sebagai rangkaian Road to East Java Economic Forum (EJAVEC) 2024

Surabaya, Bhirawa
Menggandeng sejumlah kalangan akademisi dan praktisi, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur meng gelar Jatim Talk sebagai rangkaian Road to East Java Economic Forum (EJAVEC) 2024 yang berlangsung di Surabaya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Erwin Gunawan Hutapea mengungkapkan perekonomian Jawa Timur pada 2024 diproyeksikan bisa tumbuh 4,7%-5,5%, dengan motor utama investasi dan konsumsi.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Jatim didorong pula kinerja berbagai lapangan usaha. Dalam penjualan eceran, survei mendapati penjualan suku cadang dan aksesori bakal menguat, demikian juga untuk bahan bakar dan peralatan komunikasi.
“Adapun dalam kredit rumah tangga, pertumbuhan kredit segmen ini diproyeksi bisa 9,79% pada triwulan I/2024, sementara pada triwulan IV/2024 bisa tumbuh 9,43%. Signifikansi Jatim itu ekonomi kedua terbesar, kontribusi lebih 14% terhadap PDRB/PDB domestik, sehingga perlu bersama merumuskan strategi paling optimal untuk mendorong kesejahteraan ekonomi Jatim,” terangnya,” Rabu (27/3).
Di sisi eksternal, ekonomi Jatim masih akan terpengaruhi situasi global, perang Rusia, konflik Palestina, krisis Laut Merah yang bisa mempengaruhi harga energi, sejumlah komoditas impor hingga biaya transportasi logistik internasional yang bisa naik. Tantangan eksternal ini bisa terkontrol bilamana potensi domestik bisa dimaksimalkan.
“Sinergi dan kolaborasi penting dilakukan untuk menjaga ekonomi Jatim. Bersama dengan kalangan praktisi dan akademisi memberikan sejumlah rekomendasi strategi yang perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi maupun inflasi di tengah tantangan konflik geopolitik,” jelasnya.
Erwin Gunawan Hutapea, menambahkan tantangan yang pertama ada konflik geopolitik. Perang Ukraian – Rusia yang kita pikir cepat selesai, ternyata bertahan lama, lalu di Timur Tengah ada perang Israel – Palestina sehingga goblal supply terganggu, harga energi naik. Ini yang bikin finlasi global jauh diatas dugaan.
Di tambah lagi, sektor pertanian di dunia menghadapi El-Nino sehingga harga-harga barang pangan meroket, lalu Vietnam dan India menahan ekspornya demi ketahanan pangan mereka. Kondisi ini pun menambah beban inflasi global.
“Sebagai respons, tentunya bank-bank sentral di negara utama seperti The Fed menaikkan suku bunga. Itu menyebabkan ekonomi dunia di 2023 tumbuh melambat 3,06%,” paparnya.
Namun demikian, Indonesia perlu bersyukur karena di tengah tantangan tersebut ekonominya masih bisa tumbuh di atas 5% pada 2023, lantaran tidak banyak negara yang bisa tumbuh hingga 5%. Sedangkan inflasi Jatim juga berhasil mencapai 2,92% atau berada di range target 2023 yakni 3%+ – 1%.
Menurutnya, konsumsi domestik yang solid telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Jatim, ditambah lagi berlanjutnya investasi dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN), serta ada sinergi kebijakan antara pemerintah, BI dan seluruh stakeholder.
“Motor penggerak Jatim adalah konsumsi yang solid, obyek PSN, dan peningkatan konsumsi LNPRT sejalan dengan persiapan pemilu yang mulai dirasakan putarannya di akhir 2023,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, M. Noor Nugroho mengatakan, faktor belanja pemerintah yang sejalan dengan persiapan pemilu dan pilkada serantak 2024 diyakini akan turut mendorong perbaikan kinerja ekonomi Jatim.
Hal tersebut sudah terlihat di kuartal I/2024 dari beberapa indikasi seperti penjualan eceran dan penjualan motor cenderung sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, dan konsumsi kredit rumah tangga meningkat yang semuanya berdampak padai sektor usaha.
“Dengan konsumsi naik, kondisi usaha otomatis membaik dan juga raw manufacturing meningkat. Meski begitu, menurut Noor, inflasi masih perlu diwaspadai dan tidak tidak boleh lengah. Sebab, ada tren kenaikan harga pangan seperti daging ayam, telur ayam ras, dan daging sapi. Serta ada kenaikan harga dengan level tinggi yakni beras yang selama 5 tahun tidak pernah menjadi penyumbang inflasi saat Ramadan, tetapi kini menjadi pendorong inflasi,” tuturnya.
Koordinator Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga dan Staf Ahli Gubernur Jatim, Rumayya Batubara memberikan sejumlah rekomendasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.
“Yang pertama adalah program/kebijakan hilirsasi yang berperan dalam upaya mendukung perkembangan industri pengolahan Jatim dan mendorong diversifikasi ekspor produk manufaktur,” ujarnya.
Sedangkan rekomendasi untuk menjaga inflasi, dari sisi penawaran yakni pemerintah dapat menerapkan kebijakan untuk meingkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi. Ini bisa meliputi investasi dalam infrastruktur, deregulasi untuk meningkatkan persaingan dan regormasi pasar tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas.
“Yang perlu diperbaiki adalah sistem pengawasan distribusi dan transaksi pangan antar daerah guna mengurangi biaya transportasi dan logistik yang juga dapat berkontribusi pada inflasi,” tuturnya.
Ketua Departemen Ilmu EKonomi FEB Universitas Indonesia, Vid Adrison menjelaskan, masyarakat tidak perlu begitu khawatir terhadap ekonomi Indonesia, sebab rasio ketergantungan dengan mitra luar negeri tidak besar. Bila ada shock eksternal efektnya tidak sebesar seperti negara-negara terbuka.
“Terkait Jatim kan akan ada Pilkada, biasanya ada siklus ekonomi yang akan mengikuti siklus politik. Biasanya ekonomi akan membaik, tetapi memang inflasi cenderung tinggi,” pungkasnya. [riq.hel]

Tags: